NUKILAN.id | Banda Aceh – Deforestasi di Aceh terus menjadi perhatian. Sepanjang 2024, provinsi ini kehilangan tutupan hutan seluas 10.610 hektare. Angka tersebut mengalami kenaikan sebesar 19 persen atau 1.705 hektare dibandingkan dengan 2023. Temuan ini berdasarkan pemantauan Yayasan Hutan Alam dan Lingkungan Aceh (HAkA), yang menggunakan citra satelit serta verifikasi lapangan.
Pemantauan yang dilakukan sejak 2015 itu memanfaatkan teknologi penginderaan jauh dengan interpretasi visual manual citra satelit, seperti Landsat 8, Sentinel 2, dan Planet Scope. Selain itu, data peringatan dini kehilangan pohon dari Global Forest Watch (GFW) turut digunakan untuk memetakan deforestasi di Aceh.
Menurut hasil pemantauan Yayasan HAkA, tutupan hutan Aceh kini tersisa 2.936.525 hektare. Tren laju kehilangan hutan memang mengalami penurunan dalam beberapa tahun terakhir, namun lonjakan pada 2024 menimbulkan kekhawatiran baru terkait dampak ekologis dan keseimbangan lingkungan.
Lukmanul Hakim, Manager GIS Yayasan HAkA, menyoroti bahwa Aceh Selatan masih menjadi kabupaten dengan kehilangan tutupan hutan terbesar selama tiga tahun terakhir.
“Kami memperkirakan Aceh Selatan telah kehilangan tutupan hutan seluas 1.357 Ha sepanjang 2024,” sebutnya dalam acara peluncuran buku dan talkshow Dua Dekade Deforestasi Aceh: dari Hilangnya Hutan hingga Menurunnya Kesejahteraan di Aula BPS Provinsi Aceh, Selasa (25/2/2025).
Selain Aceh Selatan, Aceh Timur menjadi kabupaten dengan deforestasi tertinggi kedua, mencapai 1.096 hektare, disusul Kota Subulussalam dengan kehilangan 1.040 hektare.
Tekanan Serius pada Kawasan Konservasi
Peningkatan kehilangan tutupan hutan di Aceh, khususnya di Kawasan Ekosistem Leuser (KEL) dan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL), menandakan tekanan serius terhadap kawasan konservasi dan ekosistem yang memiliki nilai ekologis tinggi. Perlindungan lebih ketat serta penegakan hukum menjadi kebutuhan mendesak untuk menjaga kawasan ini, terutama di Suaka Margasatwa Rawa Singkil dan TNGL.
Pada 2024, kehilangan tutupan hutan di KEL meningkat sebesar 17,41 persen atau 845 hektare dibandingkan tahun sebelumnya. Pemantauan juga menunjukkan bahwa deforestasi di Suaka Margasatwa Rawa Singkil masih terus berlanjut. Secara akumulatif, sejak 2020 hingga 2024, kawasan ini telah kehilangan hutan seluas 2.181 hektare.
Fenomena ini sangat disayangkan, mengingat KEL merupakan habitat terakhir di dunia bagi empat spesies ikonik: Orangutan Sumatra, Badak Sumatra, Gajah Sumatra, dan Harimau Sumatra. Jika tren ini tidak dihentikan, keberlangsungan keanekaragaman hayati di Aceh akan semakin terancam.
Editor: Akil