Hasil Survei UNDP dan Oxford,Tegaskan Kondisi Darurat Iklim

Share

Nukilan.id | Hasil survei global terbaru yang melibatkan 1,2 juta responden di 50 negara – yang mewakili 56% populasi dunia – kembali menegaskan kondisi darurat iklim.

Hasil survei hasil kerja sama United Nations Development Programme (UNDP) dan Universitas Oxford ini dijabarkan dalam laporan terbaru berjudul “Peoples’ Climate Vote” yang dirilis baru-baru ini. Laporan ini adalah hasil survei opini publik terkait perubahan iklim terbesar yang pernah dilakukan di dunia.

Laporan “Peoples’ Climate Vote” juga menjadi pilar kampanye UNDP guna mendorong dunia membatasi kebaikan suhu bumi di bawah 1.5 derajat Celcius yang diluncurkan pada tahun 2020.

Kampanye ini bertujuan mengedukasi masyarakat mengenai perubahan iklim dan mengetahui aksi apa yang menurut mereka harus dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasinya. Tujuannya tidak lain adalah untuk menyambungkan aspirasi masyarakat dengan para pembuat kebijakan negara.

Aspirasi masyarakat tersebut saat ini sangat diperlukan mengingat dunia tengah menyusun target NDC (Nationally Determined Contribution) yang lebih ambisius.

Hasilnya, laporan ini menyatakan, walaupun dunia tengah berada dalam situasi pandemi Covid-19, sebagian besar responden (64% responden di 50 negara) menyatakan dunia saat ini berada dalam kondisi darurat perubahan iklim. Hasil ini ditemukan di semua negara yang disurvei.

Kaum muda (di bawah 18 tahun) menjadi kelompok yang lebih percaya bahwa perubahan iklim adalah keadaan darurat global dibandingkan kelompok usia lainnya, walau sebagian besar lansia masih setuju dengan mereka. Hampir 70% dari mereka yang berusia di bawah 18 tahun mengatakan bahwa perubahan iklim adalah keadaan darurat global, dibandingkan dengan 65% dari mereka yang berusia 18-35, 66% yang berusia 36-59, dan 58% dari mereka yang berusia di atas 60 tahun.

Hasil ini menjadi bukti yang jelas dan menyakinkan bagi para pembuat kebijakan untuk lebih ambisius beraksi mengatasi krisis iklim.

Tingkat dukungan tertinggi terhadap aksi iklim datang dari responden di negara-negara berkembang kepulauan kecil atau SIDS (74%), diikuti oleh negara berpenghasilan tinggi (72%), negara berpenghasilan menengah (62%), lalu negara miskin atau LDC (58%).

Secara regional, proporsi responden yang menyebutkan dunia berada dalam kondisi darurat iklim berasal dari Eropa Barat dan Amerika Utara (72%), Eropa Timur dan Asia Tengah (65%), negara-negara Arab (64%) , Amerika Latin dan Karibia (63%), Asia dan Pasifik (63%), dan Afrika Sub-Sahara (61%).

Dari mereka yang mengatakan dunia berada dalam kondisi darurat iklim, sebanyak 59% menyatakan dunia harus beraksi dengan segala daya upaya untuk mengatasi kondisi kedaruratan ini.

Kebijakan Iklim Paling Populer

Survei ini juga menemukan empat kebijakan iklim yang paling populer secara global. Kebijakan-kebijakan tersebut adalah:

1. Konservasi hutan dan lahan (dengan 54% dukungan publik);

2. Pemakaian tenaga surya, angin dan energi terbarukan (53%);

3. Teknik pertanian ramah iklim (52%); dan

4. Berinvestasi lebih banyak dalam bisnis dan pekerjaan ramah lingkungan (50%).

Di negara-negara dengan emisi dari deforestasi dan alih guna lahan yang tinggi, muncul dukungan yang kuat untuk melestarikan hutan dan lahan. Responden di empat dari lima negara yang memiliki emisi tertinggi dari alih guna lahan, memberikan dukungan yang besar bagi pelestarian hutan dan lahan, termasuk Brasil (60%), Indonesia (57%) dan Argentina (57%).

Sementara itu mayoritas responden di delapan dari sepuluh negara yang memiliki emisi tertinggi dari sektor ketenagalistrikan/pemanas, memberikan dukungan yang besar pada penggunaan energi terbarukan, termasuk responden dari Amerika Serikat (65%), negara penghasil emisi terbesar yang disurvei, serta Australia (76%), Kanada (73%) , Jerman (71%), Afrika Selatan (69%), Jepang (68%), Polandia (57%), dan Rusia (51%).

Kebijakan iklim terpopuler ketiga adalah penerapan pola pertanian yang ramah iklim. Kebijakan ini didukung secara mayoritas di negara-negara agraris termasuk di Indonesia (60%), Filipina (56%), Ekuador (53%), dan Mesir (51%).

Hampir semua responden di negara anggota G20 mendukung investasi bisnis dan pekerjaan yang ramah lingkungan, yang menjadi kebijakan iklim terpopuler ke-4. Responden di Inggris (73%) mendukung kebijakan ini, diikuti oleh Jerman, Australia dan Kanada (semuanya 68%), Afrika Selatan (65%), Italia (64%), Jepang (59%), Amerika Serikat (57%), Prancis, (56%), dan Argentina, Brasil, dan Indonesia (semuanya 51%).

Transportasi bersih adalah kebijakan iklim terpopuler kelima secara keseluruhan. Sembilan dari sepuluh negara dengan populasi paling urban mendukung transportasi bersih. Ini termasuk mayoritas besar responden di Chili (58%), Jepang (57%), dan Amerika Serikat (56%).

Responden di 7 dari 12 negara maju juga mendukung aksi untuk membuat perusahaan penghasil polusi membayar atas perbuatan mereka. Responden di Inggris memimpin dukungan atas kebijakan ini (72%) diikuti responden dari Kanada (69%) [hijauku.com].

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img

Read more

Local News