NUKILAN.id | Banda Aceh – Bencana banjir dan tanah longsor yang melanda Aceh pada akhir tahun 2025 menjadi bukti nyata harmonisasi kehidupan beragama di Bumi Serambi Mekkah. Kebersamaan lintas iman terlihat nyata dalam upaya tanggap darurat hingga pemulihan pascabencana.
Hal ini terungkap dalam kegiatan Coffee Morning Refleksi Akhir Tahun yang digelar Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Aceh dengan tema “Harmoni Umat Beragama di Tengah Bencana Aceh”, di Aula Kantor Kesbangpol Aceh, Banda Aceh, pada Selasa (31/12/2025).
Ketua FKUB Aceh, H. A. Hamid Zein, menyampaikan bahwa bencana banjir yang terjadi tidak hanya menimpa umat Muslim, tetapi juga masyarakat lintas agama. Bahkan, Sekretaris FKUB Aceh turut menjadi korban banjir selama tujuh hari tujuh malam.
“Dalam kondisi darurat tersebut, solidaritas lintas iman sangat terasa. Beliau tidak hanya bersama umat Muslim, tetapi juga bersama saudara-saudara non-Muslim. Bahkan, ada yang diterima dan beristirahat di salah satu masjid,” ujar Hamid Zein.
Ia menambahkan, berdasarkan hasil pendataan dan pengecekan di 23 kabupaten/kota di Aceh, terdapat sejumlah warga non-Muslim yang juga terdampak bencana. Oleh karena itu, Hamid menilai bantuan lintas agama dan lintas bangsa sangat dibutuhkan, khususnya dalam tahap rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana.
“Bantuan dari lintas agama dan lintas bangsa sangat diperlukan dalam rehabilitasi serta rekonstruksi pascabencana ke depannya,” tegasnya.
Sebagai bentuk komitmen nyata, FKUB Aceh juga tengah menggelar Sarasehan Perempuan Lintas Agama bertajuk “Dari Dapur Duka ke Dapur Asa untuk Bangun Ketahanan dan Pemulihan Pascabencana”.
Dalam sarasehan tersebut, berbagai masukan disampaikan oleh tokoh-tokoh perempuan dari beragam elemen masyarakat sipil guna memperkuat ketahanan sosial pascabencana.
Sementara itu, perwakilan umat Buddha di Aceh menyampaikan apresiasi atas kondisi kerukunan yang terus terjaga sepanjang tahun 2025. Ia menyebutkan, seluruh rangkaian ibadah umat Buddha, termasuk perayaan dan penyambutan malam Hari Raya Imlek, berlangsung aman, lancar, dan damai.
“Kami menjalankan ibadah hingga tengah malam di vihara, namun situasinya tetap aman. Banyak masyarakat yang datang melihat, kebanyakan dari umat Muslim, karena ingin mengetahui jalannya ritual kami. Tidak ada sikap yang menyinggung atau menghina, justru ini menunjukkan tingginya toleransi masyarakat Aceh,” ujarnya.
Distribusi bantuan dilakukan oleh pengurus-pengurus vihara yang turut terdampak di beberapa daerah, seperti Aceh Tamiang, Kuala Simpang, dan Takengon. Hingga saat ini, tercatat sebanyak 12 kali pengiriman bantuan telah disalurkan ke wilayah terdampak.
“Ini adalah bentuk partisipasi kami sebagai umat Buddha, sejalan dengan semangat Coffee Morning Refleksi Akhir Tahun, yakni menjaga dan merawat harmoni umat beragama di tengah bencana Aceh,” pungkasnya.
Reporter: Rezi

