NUKILAN.ID | BANDA ACEH – Aksi penggalangan dana yang digagas Ferry Irwandi berhasil menghimpun dana sebesar Rp10,3 miliar, menjadi bukti kuat besarnya kekuatan komunitas digital Indonesia dalam merespons kondisi darurat bencana di wilayah Aceh dan Sumatra.
Ferry, yang dikenal aktif mengawal berbagai isu sosial, memastikan bahwa seluruh dana donasi masyarakat disalurkan tepat sasaran, mulai dari kebutuhan pokok, layanan kesehatan, hingga pemulihan infrastruktur dasar di wilayah terdampak bencana.
Melalui unggahan terbarunya di media sosial, Ferry menyampaikan laporan pertanggungjawaban sekaligus pesan emosional kepada jutaan donatur yang telah memberikan kepercayaan. Ia menegaskan bahwa seluruh proses pelaporan dan penyaluran bantuan dilakukan secara transparan melalui Kitabisa, email, dan media sosial.
“Teman-teman saya informasikan dana 10,3 Miliar hasil campaign kita bersama @kitabisacom sudah teralokasikan semua, untuk itu saya mohon pamit undur diri, pamit pulang, dan semoga Sumatra lekas pulih seperti sedia kala”, katanya.
Meski secara fisik telah meninggalkan lokasi bencana, Ferry menegaskan bahwa tanggung jawab moral dan administratifnya belum sepenuhnya selesai. Menurutnya, kepercayaan publik yang begitu besar harus dibayar dengan transparansi yang mutlak.
Dalam unggahan sebelumnya, Ferry juga menyampaikan terima kasih kepada timnya, Wakil Gubernur Sumatera Barat, Kapolda Sumbar, Asar Humanity, para relawan, Warga Jaga Bumi, serta berbagai pihak lain yang terlibat dalam misi kemanusiaan tersebut.
Penyaluran bantuan logistik darurat secara resmi dimulai pada Rabu (24/12/2025) dengan dukungan armada udara dari Susi Air, maskapai milik Susi Pudjiastuti. Dalam pelaksanaannya, Ferry secara khusus menyampaikan apresiasi atas kebijakan khusus yang diberikan Susi terkait penggunaan pesawat Cessna Grand Caravan.
Melalui akun Instagram pribadinya, Ferry mengungkapkan rasa terima kasih tersebut.
“Di sini gua terima kasih banget Ibu Susi,” ungkapnya.
Ucapan itu disampaikan setelah Susi memberikan kebijakan ‘harga spesial’ untuk penggunaan pesawat dalam misi kemanusiaan tersebut. Pesawat tersebut digunakan untuk mengirimkan bantuan ke wilayah-wilayah yang sulit dijangkau akibat terputusnya akses darat.
Bantuan yang dikirimkan meliputi logistik pangan, perangkat panel surya untuk pemulihan energi, serta peralatan medis darurat.
Ferry juga menegaskan bahwa seluruh biaya penyewaan pesawat tidak menggunakan dana donasi publik.
“Soal pembiayaan, ini ditanggung gua pribadi dan kasnya Malaka,” tegasnya.
Dengan kebijakan tersebut, seluruh dana donasi masyarakat melalui Kitabisa dapat disalurkan 100 persen dalam bentuk bantuan barang kepada korban bencana.
Selain menjalankan misi kemanusiaan, penerbangan tersebut juga dimanfaatkan untuk menjaga denyut ekonomi petani lokal. Pesawat Cessna 208B Grand Caravan digunakan untuk mengangkut hasil bumi Aceh menuju Jakarta, termasuk Kopi Gayo.
“Kita angkut 1 ton hari ini ke Jakarta, besok kita akan angkut lagi 10 ton ke Jakarta,” jelasnya.
Tak hanya kopi, pesawat juga direncanakan membawa komoditas lain seperti cabai dan bawang merah agar rantai distribusi tidak lumpuh.
Pemilihan pesawat Cessna 208B Grand Caravan dinilai tepat karena kemampuannya mendarat di landasan pendek dan wilayah terpencil, menjadikannya tulang punggung transportasi perintis di berbagai daerah Indonesia.
Meski sempat menuai sorotan dan bahkan sempat dilaporkan oleh oknum TNI, Ferry menegaskan bahwa pemulihan pascabencana tidak dapat dilakukan sendiri. Ia menekankan pentingnya kolaborasi antara relawan, TNI, Polri, BNPB, Basarnas, serta berbagai pihak lainnya demi kepentingan kemanusiaan. (XRQ)
Reporter: AKIL

