Nukilan.id – Peluang investasi sektor pariwisata Indonesia kembali mendapat panggung di Timur Tengah. Pemerintah Aceh, melalui Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP Aceh), secara resmi menawarkan proyek pengembangan Lhoknga Golf & Marine Sport Resort dalam ajang Indonesia Dubai Business Forum 2025. Forum promosi investasi ini digelar di Palazzo Versace, Dubai, 25 November 2025 atas inisiasi Bank Indonesia Kantor Perwakilan (KPw) Tokyo.
Dalam forum bertajuk “Bridging Indonesia and the UAE for a Resilient Future” tersebut, Aceh berupaya memikat modal asing dengan menawarkan skema pengembangan aset yang matang. Riadi Husaini, perwakilan delegasi DPMPTSP Aceh, memaparkan bahwa proyek Lhoknga bukanlah investasi dari nol (greenfield), melainkan revitalisasi aset yang sudah ada (brownfield) dengan risiko yang lebih terukur.
Di hadapan para calon mitra strategis termasuk perwakilan dari perusahaan investasi global, Riadi menyajikan data kelayakan finansial yang agresif. Proyek yang terletak di Aceh Besar ini membutuhkan estimasi belanja modal (Capital Expenditure) sebesar USD 6,18 juta.
“Kami menawarkan tingkat pengembalian internal (Internal Rate of Return/IRR) sebesar 26,83 persen dengan Net Present Value (NPV) positif di angka USD 7,37 juta. Ini adalah indikator profitabilitas yang sangat sehat bagi investor,” jelas Riadi dalam sesi panel yang dimoderatori oleh Direktur IIPC Abu Dhabi, Nova Herlangga Masrie.
Riadi menambahkan bahwa investor diproyeksikan dapat mencapai titik impas (payback period) dalam waktu 11 tahun 5 bulan. Untuk menjamin kepastian usaha, Pemerintah Aceh menawarkan masa konsesi hingga 30 tahun yang dapat diperpanjang, serta opsi skema kerja sama mulai dari Bangun Guna Serah (BOT), usaha patungan (Joint Venture), hingga sewa jangka panjang.
Salah satu poin krusial yang ditekankan dalam presentasi tersebut adalah status legalitas lahan. Area seluas 57 hektare yang ditawarkan berstatus clean and clear dan sepenuhnya dimiliki oleh Pemerintah Aceh. Hal ini memberikan jaminan keamanan bagi investor asing yang sering kali terkendala isu pembebasan lahan di negara berkembang.
Proyek ini dirancang sebagai kawasan resor terintegrasi. Selain modernisasi lapangan golf 18 lubang yang menghadap langsung ke Samudra Hindia dan perbukitan kapur, rencana pengembangan juga mencakup pembangunan vila, fasilitas MICE, serta wahana olahraga air.
Kehadiran Aceh di Dubai tidak lepas dari peran Bank Indonesia. Kepala Perwakilan Bank Indonesia Tokyo, Imaduddin Sahabat, yang memberikan pidato kunci dalam acara tersebut, menjadikan forum ini sebagai etalase bagi proyek-proyek investasi daerah yang telah terkurasi (shortlisted) dan siap tawar.
Konsul Jenderal RI di Dubai, Denny Lesmana, dalam sambutannya juga menggarisbawahi pentingnya kemitraan ekonomi antara Indonesia dan Uni Emirat Arab, mengingat kedekatan budaya dan visi ekonomi kedua negara. Aceh, dengan statusnya sebagai destinasi wisata halal unggulan dunia dan penerapan syariat Islam, dinilai memiliki keunggulan komparatif kultural yang kuat untuk menarik minat investor Timur Tengah.
Forum ditutup dengan sesi business matching, di mana delegasi Aceh melakukan pertemuan one-on-one dengan calon investor untuk menindaklanjuti minat teknis terhadap pengembangan kawasan Lhoknga.





