NUKILAN.ID | MEULABOH — Pelajar dan mahasiswa asal Kabupaten Aceh Selatan yang sedang menempuh pendidikan di Aceh Barat mendesak Pemerintah Kabupaten Aceh Selatan untuk segera membangun Asrama Pelajar dan Mahasiswa Aceh Selatan di Meulaboh. Desakan ini kembali menguat setelah lahan yang sejak 2017 tercatat sebagai aset daerah diketahui terbengkalai dan belum dimanfaatkan.
Lahan tersebut merupakan aset Pemerintah Kabupaten Aceh Selatan yang dibeli pada masa kepemimpinan (alm.) H. Sama Indra, SH. Aset yang sebelumnya direncanakan untuk kepentingan pendidikan dan sosial itu kini dipenuhi semak belukar dan tanaman seperti sawit, mangga, dan rambutan. Sejumlah hasil panen dari tanaman tersebut bahkan kerap diambil oleh pihak yang tidak dikenal.
Aktivis mahasiswa Aceh Selatan di Aceh Barat, Tonicko Anggara, menyebut jumlah mahasiswa Aceh Selatan yang berkuliah di Meulaboh tergolong besar, termasuk yang belajar di Universitas Teuku Umar (UTU) maupun siswa sekolah menengah di Aceh Barat. Kondisi ini membuat kebutuhan tempat tinggal semakin mendesak.
“Banyak di antara kami menempuh pendidikan di Universitas Teuku Umar (UTU) dan beberapa sekolah menengah atas di Aceh Barat. Tapi, persoalan utama yang kami hadapi setiap tahun adalah kesulitan tempat tinggal karena mahalnya harga sewa kost dan terbatasnya rumah sewa,” ujar Tonicko kepada NUKILAN.ID, Jumat (14/11/2025).
Ia menuturkan, sebagian besar mahasiswa berasal dari keluarga dengan kondisi ekonomi sederhana, sehingga keberadaan asrama permanen sangat dibutuhkan. Menurutnya, asrama bukan hanya solusi tempat tinggal, tetapi juga bentuk perhatian pemerintah terhadap dunia pendidikan.
“Asrama akan menjadi rumah kebersamaan, tempat kami belajar, berorganisasi, dan menjaga silaturrahmi antar sesama mahasiswa Aceh Selatan. Lebih dari itu, asrama juga menjadi sarana pembinaan karakter, kedisiplinan, dan semangat kebangsaan,” tambahnya.
Tonicko berharap Bupati Aceh Selatan, H. Mirwan MS, SE, M.Sos, dapat memberikan perhatian khusus untuk memanfaatkan aset yang telah tersedia dan menjadikannya lokasi pembangunan asrama. Ia menegaskan bahwa mahasiswa siap terlibat dalam proses perencanaan maupun gotong royong pembangunan.
“Kami siap membantu, baik dalam tahap perencanaan maupun gotong royong jika diperlukan. Ini bukan hanya kebutuhan mahasiswa, tapi juga amanah moral bagi kita semua untuk menyiapkan generasi penerus Aceh Selatan yang lebih baik,” katanya.
Dalam pernyataannya, para mahasiswa juga menyampaikan sejumlah pesan moral kepada pemerintah daerah, di antaranya:
-
“Asrama adalah investasi jangka panjang untuk pendidikan anak-anak Aceh Selatan.”
-
“Kami tidak meminta kemewahan, hanya tempat yang layak untuk belajar dan berjuang.”
-
“Kami ingin kelak bisa pulang membawa ilmu dan membangun Aceh Selatan.”
-
“Bangunan bisa berdiri, tapi semangat generasi muda hanya tumbuh jika ada kepedulian.”
-
“Asrama akan menjadi bukti nyata bahwa pemerintah hadir untuk pendidikan.”
Mahasiswa berharap seluruh pemangku kepentingan—mulai dari pemerintah daerah, DPRK Aceh Selatan, hingga tokoh perantau—dapat bersatu mendorong terwujudnya pembangunan asrama tersebut.
“Tanah sudah ada, tinggal kemauan politik dan kepedulian kita bersama yang menentukan. Jangan biarkan aset daerah menjadi semak belukar, sementara anak-anak Aceh Selatan berjuang tanpa tempat tinggal yang layak, penggunaan Aset selain untuk Asrama, juga bisa tempat berkumpulnya pelajar dan mahasiswa serta Rumah Singgah,” tutup Tonicko. (xrq)
Reporter: Akil



