Menakar Program Makan Siang Gratis dalam Perspektif Ontologis, Epitemologis dan Aksiologis

Share

NUKILAN.ID | OPINI – Program Makan Siang Gratis (MBG) menjadi salah satu kebijakan publik yang paling ramai dibicarakan dalam beberapa waktu terakhir. Program ini dirancang untuk memastikan anak-anak sekolah mendapatkan asupan gizi yang cukup agar dapat tumbuh sehat dan belajar dengan optimal.

Di satu sisi, MBG dipandang sebagai langkah nyata negara dalam memperkuat kesejahteraan masyarakat, terutama di sektor pendidikan dan kesehatan anak. Namun di sisi lain, muncul perdebatan soal kesiapan negara dari aspek anggaran dan pelaksanaannya di lapangan.

Tulisan ini mencoba melihat program MBG melalui tiga sudut pandang filsafat ilmu — ontologis, epistemologis, dan aksiologis — guna memahami hakikat, dasar pengetahuan, serta nilai di balik kebijakan tersebut.

Analisis Ontologis (Hakikat Program)

Secara ontologis, MBG adalah sebuah kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dasar manusia, yaitu makanan. Program ini berhubungan dengan usaha negara untuk membantu kesehatan dan perkembangan anak sejak dini. Jadi, hakikat MBG bukan hanya memberi makan, tetapi menunjukkan bahwa negara hadir untuk membantu warganya agar dapat tumbuh dengan baik dan berkualitas.

Analisis Epistemologis (Dasar Pengetahuan dan Perencanaan)

Secara epistemologis, kebijakan MBG harus disusun berdasarkan pengetahuan dan data yang jelas. Pemerintah perlu mengetahui Seberapa besar masalah gizi anak saat ini, apakah anggaran negara cukup untuk menjalankan program secara terus-menerus? Bagaimana cara mendistribusikan makanan dengan baik dan merata? Apa saja tantangan pelaksanaan di sekolah-sekolah?

Jika program dibuat hanya berdasarkan keinginan politik tanpa mempertimbangkan data dan kemampuan, maka program ini bisa sulit dijalankan atau justru membebani anggaran. Karena itu, MBG memerlukan kajian ilmiah dan perencanaan yang matang.

Analisis Aksiologis (Nilai dan Manfaat)

Secara aksiologis, MBG mengandung nilai kemanusiaan dan keadilan sosial. Program ini membantu anak-anak untuk mendapatkan gizi yang cukup, meningkatkan konsentrasi belajar, dan mengurangi beban ekonomi keluarga.

Manfaat yang mungkin muncul anak lebih sehat dan aktif belajar, ketimpangan sosial antar siswa dapat berkurang, keluarga kurang mampu merasa lebih terbantu. Namun, nilai baik ini hanya bisa tercapai jika pelaksanaannya jujur dan teratur.

Jika tidak dikelola dengan baik, dapat muncul pemborosan anggaran, penyalahgunaan dana, ketidakseimbangan pembagian makanan antar daerah. Karena itu, pengawasan dan keterbukaan sangat penting.

Kesimpulan

Secara filosofis, Program Makan Siang Gratis memiliki pondasi yang kuat: secara ontologis berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dasar manusia, secara epistemologis memerlukan dasar data dan perencanaan yang jelas, dan secara aksiologis membawa nilai kemanusiaan, keadilan, serta kepedulian sosial.

Agar program ini tidak sekadar menjadi janji politik, pemerintah perlu memastikan perencanaan yang matang, penggunaan anggaran yang tepat sasaran, serta pengawasan ketat di setiap tahap pelaksanaannya.

Jika dikelola dengan baik, MBG bukan hanya sekadar program makan siang, melainkan investasi sosial jangka panjang bagi masa depan generasi bangsa.

Penulis: Rahmat Raji, S.Pd  (Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Arab, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry)

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img

Read more

Local News