Menabung Cinta dengan Emas: Kisah Izza dan Pegadaian MengEMASkan Indonesia

Share

NUKILAN.ID | BANDA ACEH – Di ruang tamu sederhana di kawasan Meuraxa, Banda Aceh Besar, sepasang pengantin muda tampak tersenyum dalam bingkai foto yang tergantung di dinding. Wajah mereka memancarkan kebahagiaan dan ketenangan. Sang pria, Izzaturridha, atau biasa disapa Izza, mengenakan jas hitam dengan kopiah khas Aceh. Di sampingnya, sang istri tampak anggun dengan kebaya putih dan suntiang keemasan di kepala.

Bagi Izza, foto itu bukan sekadar kenangan hari bahagia. Ia melihatnya sebagai simbol perjuangan, ketekunan, dan mimpi yang dirajut sedikit demi sedikit. Ia menikah bukan karena berlimpah harta, melainkan karena pandai merencanakan masa depan. Di balik kisah cintanya, ada perjalanan menabung emas di Pegadaian, lembaga keuangan yang kini tidak hanya identik dengan gadai barang, tetapi juga menjadi mitra masyarakat dalam berinvestasi.

Awal dari Sebuah Niat

Kepada Nukilan.id Izza mengisahkan bahwa kala itu ketika tahun 2024 baru saja dimulai, ia sedang duduk di warung kopi tempat ia biasa menghabiskan pagi. Di layar ponselnya, harga emas kembali naik. Dalam hati ia bergumam, “Kalau begini terus, kapan saya bisa beli emas untuk mahar?”

Sebagai pegawai swasta dengan gaji yang pas-pasan, Izza tidak punya banyak ruang untuk menabung besar sekaligus. Namun, ia sudah bertekad untuk menikah pada awal 2025. Dalam adat Aceh, mahar atau mas kawin bukan hal yang bisa dianggap ringan. Tradisi menuntut agar mahar diberikan dalam bentuk emas dengan satuan mayam, yang setara dengan 3,3 gram.

“Rata-rata kawan saya kasih lima sampai sepuluh mayam. Saya juga mau kasih sepuluh mayam, biar mantap. Tapi kalau dihitung-hitung, itu sama dengan 33 gram emas. Lumayan besar nilainya,” ujar Izza sambil tersenyum kecil saat diwawancarai pada Sabtu (11/10/2025)

Pada saat itu harga emas sudah mencapai sekitar 1,1 juta rupiah per gram atau Rp3.300.000 per mayam dan cenderung naik tiap bulan. Izza tahu, jika menunggu hingga mendekati hari pernikahan, harga emas bisa melonjak lebih tinggi. Ia mulai mencari cara untuk membeli emas secara bertahap. Di situlah ia mengenal produk Tabungan Emas Pegadaian.

Investasi dari Gram ke Gram

Pegadaian selama ini dikenal sebagai lembaga keuangan milik negara yang menyediakan layanan gadai, pembiayaan, dan investasi. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, Pegadaian melakukan transformasi besar dengan mengembangkan layanan Tabungan Emas, sebuah produk yang memungkinkan masyarakat menabung emas mulai dari pecahan 0,01 gram.

Bagi Izza, inilah solusi yang ia cari. Dengan tabungan emas, ia tidak perlu menunggu uang terkumpul banyak untuk membeli emas batangan. Ia bisa menyicil sedikit demi sedikit setiap bulan, sesuai kemampuan.

“Awalnya saya buka rekening tabungan emas di kantor Pegadaian dekat tempat kerja. Petugasnya menjelaskan dengan sabar. Saya cukup setor uang, nanti dikonversi ke gram emas sesuai harga hari itu. Jadi gampang sekali,” katanya.

Sejak Januari 2024, Izza mulai rutin menabung 3 gram emas per bulan. Ia menjadikannya komitmen bulanan, seperti membayar listrik atau langganan internet. Setiap akhir bulan, ia merasa lega karena tabungannya bertambah meski sedikit.

“Saya nggak merasa terbebani. Yang penting konsisten. Pegadaian memudahkan semuanya karena bisa dilakukan lewat aplikasi juga,” ujarnya.

Dalam waktu 12 bulan, tabungannya mencapai melebihi target yaitu 36 gram emas. Tepat sebulan sebelum hari pernikahan, ia menutup tabungan dan mencetak emas untuk dijadikan mahar. Ketika hari itu tiba, emas yang dulu hanya mimpi kini berada di tangannya, siap diserahkan kepada calon istrinya di depan penghulu.

Emas dalam Tradisi dan Kehidupan Orang Aceh

Di Aceh, emas memiliki kedudukan istimewa. Ia bukan sekadar logam mulia, tetapi bagian dari identitas budaya dan simbol penghormatan. Dalam upacara pernikahan, mahar emas menunjukkan kesungguhan hati seorang pria dan menjadi kebanggaan bagi keluarga mempelai perempuan.

Menurut Syahrul Amin, pegiat budaya dan pemerhati adat Aceh, emas telah menjadi bagian dari kehidupan sosial masyarakat sejak ratusan tahun lalu. Dalam sejarah kerajaan-kerajaan Aceh, emas digunakan sebagai alat tukar, simbol kekuasaan, dan penanda status sosial.

“Dalam adat Aceh, emas dianggap benda yang bernilai tinggi. Tidak heran mahar emas selalu menjadi syarat utama dalam perkawinan. Ini bukan soal kemewahan, tapi simbol tanggung jawab,” ungkap Syahrul saat ditemui di Banda Aceh, pada Minggu (12/10/2025).

Tradisi ini terus bertahan hingga kini, meski zaman sudah berubah. Bedanya, generasi muda kini memiliki akses yang lebih mudah untuk mempersiapkan mahar berkat layanan investasi seperti Tabungan Emas Pegadaian. Dengan menabung sejak dini, calon pengantin tidak perlu lagi terbebani harga emas yang naik setiap waktu.

Pegadaian dan Gerakan MengEMASkan Indonesia

Transformasi digital yang dilakukan Pegadaian telah memperluas akses investasi emas hingga ke berbagai lapisan masyarakat. Melalui program nasional bertajuk “Pegadaian mengEMASkan Indonesia”, perusahaan pelat merah ini berupaya mendorong literasi finansial dan kesadaran berinvestasi, terutama di kalangan generasi muda.

Menurut data kontan.co.id, jumlah nasabah Tabungan Emas terus meningkat setiap tahunnya. Hingga awal 2024 lalu, tercatat ada 9,6 juta rekening tabungan emas aktif di seluruh Indonesia. Pertumbuhan ini menunjukkan minat masyarakat terhadap investasi aman dan mudah semakin tinggi.

Investasi yang Menumbuhkan Harapan

Bagi Izza, tabungan emas bukan hanya sarana untuk memenuhi mahar. Ia menyadari bahwa kebiasaannya menabung setiap bulan telah membentuk kedisiplinan finansial. Kini, setelah menikah, ia tetap melanjutkan kebiasaan itu, tetapi dengan tujuan baru: masa depan anak.

“Setelah menikah, saya dan istri sepakat untuk lanjut menabung emas, walau sedikit. Kami ingin punya cadangan untuk pendidikan anak nanti. Kalau tabungan biasa, kadang terpakai. Tapi kalau emas, terasa sayang kalau dijual,” katanya.

Ia juga mengaku lebih tenang menghadapi fluktuasi ekonomi. Ketika harga bahan pokok naik atau inflasi meningkat, nilai emas yang ia tabung tetap terjaga. Dari pengalaman pribadinya, ia belajar bahwa emas bukan hanya benda berkilau, tetapi alat untuk menjaga stabilitas keuangan.

Kisah Izza kemudian menyebar di kalangan teman-temannya. Beberapa di antara mereka mulai mengikuti jejaknya. Ada yang menabung untuk mahar, ada pula yang menabung untuk membeli rumah. Semua terinspirasi dari satu hal: bahwa menabung emas di Pegadaian bisa dimulai dari langkah kecil.

Emas, Teknologi, dan Masa Depan

Pegadaian kini semakin mudah dijangkau. Lewat aplikasi Pegadaian Digital Service, nasabah bisa membeli, menabung, dan menjual emas secara daring tanpa harus datang ke kantor cabang. Fitur ini menjadi daya tarik utama bagi generasi muda yang akrab dengan teknologi.

Selain itu, Pegadaian juga memperkenalkan berbagai inovasi seperti Gadai Tabungan Emas dan Investasi Emas Kolektif, di mana beberapa orang bisa menabung bersama untuk mencapai target tertentu, misalnya dana pendidikan atau modal usaha.

Menurut Ekonom Aceh, Dr. Rustam Effendi, SE, M.Econ, langkah Pegadaian mengembangkan produk digital adalah wujud nyata transformasi lembaga keuangan tradisional menuju inklusi keuangan yang sesungguhnya.

“Pegadaian tidak hanya membantu masyarakat mengelola aset, tapi juga mengubah cara pandang terhadap investasi. Produk seperti tabungan emas memberi peluang bagi masyarakat kecil untuk ikut memiliki instrumen investasi yang dulu hanya bisa dijangkau kelas menengah atas,” ujarnya.

Ia menilai, gerakan mengEMASkan Indonesia sejalan dengan semangat pemberdayaan ekonomi rakyat yang dicanangkan pemerintah. Ketika masyarakat menabung emas, sesungguhnya mereka sedang menabung kemandirian bangsa.

Cermin dari Perubahan

Sore itu, Izza kembali menatap bingkai fotonya di dinding. Dalam pantulan kaca, ia melihat dirinya setahun lalu, seorang pemuda yang cemas tentang masa depan. Kini, ia melihat sosok yang lebih matang dan berani bermimpi.

Ia tersenyum kecil, lalu berkata, “Ternyata menabung emas bukan hanya soal uang. Ini tentang tekad. Tentang bagaimana kita menghargai waktu dan bersiap menghadapi masa depan.”

Bagi Izza, Pegadaian bukan sekadar tempat menabung, tetapi sahabat yang menuntunnya memahami arti investasi. Ia menyadari, di balik setiap gram emas yang ia simpan, ada nilai kesabaran, harapan, dan cinta.

Kisah Izza adalah potret kecil dari ribuan warga Indonesia yang merasakan manfaat layanan Pegadaian. Mereka datang dengan tujuan berbeda, tetapi dengan semangat yang sama: ingin hidup lebih baik melalui perencanaan yang bijak.

Dalam kilau emas yang terus naik nilainya, Pegadaian terus hadir sebagai jembatan antara impian dan kenyataan. Melalui produk Investasi Emas, lembaga ini membuktikan bahwa kemakmuran bisa dimulai dari tabungan sekecil 0,01 gram.

Dari Aceh hingga ujung timur Indonesia, ribuan cerita serupa terus tumbuh. Cerita tentang anak muda, ibu rumah tangga, petani, hingga pedagang kecil yang kini menabung masa depan bersama Pegadaian. Semua menjadi bagian dari gerakan besar yang disebut Pegadaian mengEMASkan Indonesia.

Dan bagi Izza, kilau emas di jari manis istrinya kini bukan hanya simbol cinta, tetapi juga bukti bahwa kerja keras dan perencanaan yang baik selalu berbuah manis. #mengEMASkanindonesia

spot_img
spot_img
spot_img

Read more

Local News