20 Tahun Kepergian Jenderal Benny Moerdani, Loyalis yang Terpental dari Cendana

Share

NUKILAN.ID | JAKARTA – Dua puluh tahun lalu, 29 Agustus 2004, Jenderal TNI (Purn) Leonardus Benyamin Moerdani berpulang. Ia dikenang sebagai prajurit tangguh yang pernah menjadi orang kepercayaan Presiden Soeharto. Namun perjalanan hidupnya juga memperlihatkan bagaimana kedekatan yang begitu erat bisa berakhir dengan perpisahan karena kritik yang tak berkenan di telinga sang presiden.

Hasil penelusuran Nukilan.id, sejak masa mudanya Benny akrab dengan risiko. Bahkan keluarganya sudah ia persiapkan menghadapi segala kemungkinan buruk akibat pekerjaannya di dunia militer dan intelijen. Kesetiaan dan keberanian menjadikan dirinya tokoh sentral dalam menjaga keamanan negara, sekaligus pelindung bagi Soeharto.

Hubungan keduanya terjalin sejak awal 1960-an ketika bersama-sama terlibat dalam operasi militer di Irian Barat. Kedekatan itu membuat Benny kerap dipanggil secara khusus untuk mendampingi perjalanan Soeharto, bahkan setelah Soeharto naik menjadi presiden. Dari berbagai pos penugasan luar negeri, ia selalu kembali bila dibutuhkan untuk memastikan keselamatan sang kepala negara.

Loyalitas ini menjadikan Benny tokoh penting di lingkaran dalam Soeharto. Namun justru di situlah benih ketidaksukaan muncul. Ketika ia dipromosikan sebagai Panglima ABRI, isu kudeta berhembus kencang. Sejumlah pihak menilai Benny hendak mengambil alih kekuasaan. Namun pada akhirnya, Soeharto tetap mengangkatnya, menandai betapa besar kepercayaan yang diberikan kepada sang jenderal.

Memasuki akhir 1980-an, situasi berubah. Nama Benny sempat muncul sebagai calon wakil presiden, tetapi ia memilih memberi jalan kepada koleganya, Try Soetrisno. Harapannya pupus ketika Soeharto justru memilih Sudharmono. Meski masih dipercaya sebagai Menteri Pertahanan, langkah politiknya dianggap terlalu jauh sehingga menimbulkan kecurigaan.

Perlahan hubungan akrab antara keduanya merenggang. Benny melihat perilaku bisnis anak-anak dan menantu Soeharto berpotensi merugikan citra presiden. Ia menyampaikan keprihatinannya secara langsung. Namun nasihat itu dianggap sebagai campur tangan dalam urusan pribadi. Sejak saat itu, Benny tak lagi berada di lingkaran dalam Cendana.

Ketika Soeharto menyusun Kabinet Pembangunan VI, nama Benny tak lagi tercantum. Karier yang selama ini bersinar redup perlahan, menandai berakhirnya sebuah era loyalitas yang sebelumnya begitu kokoh.

Benny Moerdani akhirnya menutup perjalanan hidupnya pada 29 Agustus 2004. Ia meninggalkan warisan panjang tentang pengabdian, kesetiaan, dan keberanian berkata jujur meski konsekuensinya adalah kehilangan kedekatan dengan orang yang selama puluhan tahun ia lindungi. (XRQ)

Reporter: Akil

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img

Read more

Local News