20 Tahun Damai, Aceh Harus Perangi Kemiskinan dan Ketidakadilan

Share

NUKILAN.ID | Banda Aceh – Dua dekade setelah penandatanganan perjanjian damai di Helsinki pada 15 Agustus 2005, Aceh kini menghadapi tantangan baru yang tak kalah serius. Guru Besar UIN Ar-Raniry, Prof Yusni Sabi, mengingatkan bahwa medan perang Aceh telah berubah: bukan lagi konflik bersenjata, melainkan perjuangan melawan masalah-masalah sosial yang menggerogoti kesejahteraan masyarakat.

“Dulu kita berperang pakai senjata, sekarang tidak lagi. Tapi perang untuk menjaga damai tetap harus dilakukan. Musuh kita sekarang adalah kemiskinan, korupsi, kebodohan, ketidakadilan, dan sejenisnya,” kata Yusni kepada Nukilan, Kamis (14/8/2025).

Menurut Yusni, meski konflik bersenjata telah berakhir, ketegangan sosial dapat kembali muncul jika akar masalah seperti kemiskinan dan ketidakadilan dibiarkan. Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, Aceh masih menjadi provinsi dengan tingkat kemiskinan tertinggi di Sumatra.

“Kalau ada masalah yang bisa memicu konflik lagi, kita harus beri tahu pemerintah bahwa musuh kita bukan rakyat miskin, tetapi kemiskinan. Bukan rakyat yang tidak sehat, tetapi pelayanan kesehatan yang buruk,” ujarnya.

Ia menekankan, perbaikan pelayanan publik, pemerataan pembangunan, dan penegakan hukum yang adil merupakan kunci mencegah kembalinya ketegangan di Aceh. “Kalau persoalan-persoalan ini tidak diselesaikan, perdamaian hanya akan menjadi slogan kosong,” tegasnya.

Yusni menilai, pemerintah memegang peran sentral dalam perang melawan masalah sosial ini, namun partisipasi masyarakat juga sangat diperlukan. Menurutnya, kolaborasi antara pemerintah, tokoh masyarakat, dan generasi muda harus dipererat.

“Siapa pun, terutama para pemimpin, harus siap memerangi semua hal itu. Kita semua punya tanggung jawab untuk menjaga perdamaian,” katanya.

Ia menambahkan, salah satu langkah strategis adalah mengidentifikasi “musuh-musuh baru” perdamaian, seperti praktik korupsi di tingkat birokrasi, ketimpangan ekonomi antarwilayah, dan kualitas pendidikan yang belum merata.

“Kalau musuh-musuh ini kita biarkan, mereka akan merusak fondasi damai yang sudah dibangun dengan susah payah,” ujarnya. []

Reporter: Sammy

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img

Read more

Local News