Nukilan | Banda Aceh – Pengamat terorisme Universitas Malikussaleh (Unimal), Al Chaidar Abdurrahman Puteh menyatakan jika aliran Millata Abraham atau Millah Abraham berpotensi membawa radikalisme dalam doktrin dan pendekatannya.
“Ada potensi radikalisme. saat ini di Aceh anggotanya ada sekitar 3.000 orang,” ujar Al Chaidar saat dikonfirmasi Nukilan, Senin (11/8/2025).
Dia menambahkan, Millah Abraham bukanlah fenomena baru di Aceh. Aliran ini merupakan kelanjutan dari gerakan yang telah lama beroperasi di Indonesia dengan berbagai nama dan bentuk, termasuk Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar).
Pendiri aliran ini, Ahmad Musadeq—mantan pelatih bulu tangkis nasional—mengklaim dirinya sebagai nabi ke-26 setelah Nabi Muhammad SAW. Pada tahun 2000, ia mendirikan Al-Qiyadah Al-Islamiyah yang kemudian berubah menjadi Millah Abraham. Ajaran kelompok ini menolak Islam sebagai agama yang benar dan mengusung doktrin sinkretis yang memadukan unsur Yahudi, Kristen, dan Islam.
Meski sempat menjalani hukuman penjara karena penodaan agama, Musadeq kembali aktif menyebarkan ajarannya melalui Gafatar, sebuah organisasi yang mengklaim bergerak di bidang sosial dan pertanian mandiri.
Saat ini, Millah Abraham diketahui telah menyebar ke berbagai wilayah di Indonesia, termasuk Medan, Jakarta, Depok, Yogyakarta, Surabaya, Padang, Makassar, dan Kalimantan Barat.
Struktur organisasi mereka terbilang rapi, dengan posisi seperti imam, bendahara, sekretaris, dan duta. Penangkapan terbaru menjadi bukti bahwa jaringan ini masih aktif dan beroperasi dengan pola rekrutmen terencana.
Sebelumnya diberitakan, Satuan Reserse Kriminal Polres Aceh Utara menangkap enam pria diduga menyebarkan aliran menyimpang Millah Abraham yang berinisial AA (48) sebagai pembaiat, HA (60) sebagai imam 2, RH (39) sebagai imam 4, ES (38) sebagai bendahara, NAJ (53) sebagai ututsan dan ME (27) sebagai sekretaris. Para pelaku ditangkap dalam operasi terpisah di Lhoksukon, Pidie, dan Bireuen pada 26, 28, dan 29 Juli 2025. []
Reporter: Sammy