NUKILAN.ID | BANDA ACEH – Sejarah dunia berubah pada 8 Juli 1497. Dari pelabuhan Lisbon yang ramai di tepi Samudra Atlantik, seorang pelaut Portugis bernama Vasco da Gama memimpin armada kecil berisi empat kapal dengan satu ambisi besar: menemukan rute laut langsung ke India.
Pelayaran yang dipenuhi badai, diplomasi lintas budaya, dan konflik dagang ini menjadi babak awal kolonialisme Eropa di Asia—dikenal sebagai pembuka gerbang ke Rute Rempah yang mengguncang tatanan global abad ke-15.
Ekspedisi Ambisius dari Barat
Dikutip Nukilan.id dari berbagai sumber, berkat restu penuh dari Raja Manuel I, da Gama ditugaskan menjalankan misi besar yang sebelumnya gagal dituntaskan oleh banyak pelaut Eropa: menembus jalur perdagangan rempah Asia tanpa harus melalui perantara Arab dan Venesia. Untuk itu, ia memimpin empat kapal—São Gabriel, São Rafael, Berrio, dan satu kapal logistik—menyusuri rute pantai Afrika yang pernah dilalui pendahulunya, Bartolomeu Dias, hingga ke ujung selatan benua: Tanjung Harapan.
Namun perjalanan ini bukan sekadar uji arah angin dan peta bintang. Da Gama dan krunya harus menghadapi badai ganas, penyakit, serta kesulitan perbekalan. Mereka menyusuri pantai Timur Afrika, singgah di pelabuhan-pelabuhan penting seperti Mozambik, Mombasa, dan Malindi—yang saat itu merupakan simpul dagang dunia Islam dan Afrika Timur.
Di Malindi, sejarah mencatat sebuah pertemuan penting: seorang navigator Muslim—dalam beberapa sumber disebut sebagai Ahmad ibn Majid, meski kontroversi identitas masih diperdebatkan—membantu da Gama menyeberangi Samudra Hindia. Tanpa pemandu lokal ini, kemungkinan besar da Gama tidak akan pernah menginjakkan kaki di India.
20 Mei 1498: Jejak Eropa di Pesisir Calicut
Setelah hampir sepuluh bulan berlayar, pada 20 Mei 1498, Vasco da Gama mencapai Kappad, dekat Calicut (sekarang Kozhikode) di pantai barat India. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, orang Eropa berhasil mencapai India melalui jalur laut. Dunia tak lagi sama.
Namun sambutan di Calicut tak semeriah harapan. Meski Sultan Zamorin, penguasa setempat, sempat menerima da Gama, hubungan keduanya cepat memburuk. Portugis dianggap arogan dan tidak menghargai tata niaga lokal. Ketegangan inilah yang kemudian menjadi cikal bakal serangkaian konflik dan pendudukan berdarah di masa mendatang.
Dampak yang Menggema hingga Abad ke-21
Pelayaran Vasco da Gama menandai dimulainya dominasi Portugis di Samudra Hindia. Pos dagang mereka di India berkembang menjadi benteng kolonial. Dalam dekade berikutnya, bangsa-bangsa Eropa lain—Spanyol, Belanda, Inggris—menyusul dengan ekspedisi masing-masing. Abad penjelajahan pun berubah menjadi abad penjajahan.
Tidak hanya soal perdagangan rempah, kedatangan da Gama membuka jalan bagi konflik budaya, penyebaran agama, dan dalam banyak kasus, penaklukan brutal. Dunia Asia yang semula otonom, perlahan-lahan mulai tunduk pada kompas dan meriam bangsa Eropa.
Penutup: Laut sebagai Gerbang Kekuasaan
Kini, lebih dari 500 tahun setelah Vasco da Gama mengangkat sauh dari Lisbon, pelayarannya dikenang sebagai momen bersejarah yang menghubungkan dua dunia—dengan segala kerumitannya. Ia bukan sekadar pelaut pemberani, melainkan simbol ambisi imperialisme yang menjelma dalam layar-layar putih di lautan biru.
Sejarah kadang dimulai dari keputusan sederhana. Dalam hal ini, sebuah pelayaran pada 8 Juli 1497 yang akhirnya mengubah wajah Asia dan Eropa selamanya. (XRQ)
Reporter: Akil