Pembukaan Tawajuh Thariqat Naqsyabandiyah di Nagan Raya

Share

NUKILAN.ID | SUKAMAKMUE — Menyambut datangnya Tahun Baru Islam 1 Muharram 1447 Hijriah, Dayah Istiqamuddin Darul Ulum di Desa Alue Raya, Kecamatan Darul Makmur, Nagan Raya, menggelar pembukaan kegiatan Tawajuh Thariqat Naqsyabandiyah, Senin (30/6/2025).

Acara spiritual ini dipimpin langsung oleh Mursyid Thariqat Naqsyabandiyah, Abuna Tgk. H. Mohd Ja’far Amja, S.Hi, yang juga merupakan pimpinan Dayah Sirajul Ibad Rot Teungoh Meukek, Aceh Selatan.

Lebih dari 200 peserta yang terdiri atas santri dan masyarakat sekitar terlihat antusias mengikuti baiat thariqat, tanda resmi bergabung dalam perjalanan spiritual Thariqat Naqsyabandiyah. Prosesi baiat berlangsung khidmat di bawah bimbingan Abuna Ja’far, yang telah diirsyadkan langsung oleh Abuya Prof. Dr. Muhibbuddin Waly.

Dalam tausiyahnya, Abuna Ja’far mengajak seluruh peserta untuk menjaga persatuan dan menjauhi sikap merendahkan orang lain setelah bergabung dalam thariqat.

“Saya berharap kepada bapak-ibu dan Tgk-Tgk semua yang telah masuk thariqat hari ini, marilah kita menjaga persatuan dan kesatuan umat. Jangan ada di antara kita yang justru mengeruhkan suasana kehidupan bermasyarakat. Justru kita harus lebih banyak bermuhasabah diri,” ujarnya.

Abuna juga menegaskan bahwa masuk ke dalam thariqat bukan berarti merasa lebih tinggi atau lebih suci dari orang lain, melainkan sebagai jalan untuk semakin merendah di hadapan Allah SWT.

“Jangan suka menyatakan orang lain tidak alim, tidak pintar, tidak kuat, atau tidak mulia. Thariqat tidak membolehkan kita mencaci maki atau menjelek-jelekkan orang lain. Justru dengan berthariqat, kita semakin melihat diri kita sendiri sebagai orang yang lebih hina, lebih lemah, dan lebih miskin di hadapan Allah SWT daripada orang lain,” tegasnya.

Ia mengingatkan, jalan thariqat adalah jalan untuk terus mengenang Allah dan menyucikan hati dengan ilmu serta amal ibadah yang ikhlas. Salah satu inti ajaran tasawuf, menurut Abuna, adalah menerima segala ketentuan Allah SWT dengan penuh syukur dan kerendahan hati.

Hal itu ia gambarkan melalui syair bahasa Aceh yang sarat makna:

saban saket deungon mangat.
saban upaya deungon pujoee.
saban gasin deungon kaya.
saban hina deungon muliya.

Ia kemudian menjelaskan makna di balik syair tersebut: “Inilah yg inti dari bertasauf / thariqat. Sebagaimana tersebut didalam kitab tasauf yaitu: bermula dihadapi oleh manusia dan dibelakangi mereka Itu tetap sama saja. Maksudnya orang yang bertariqat jangan merasa beruntung dalam disanjung manusia, dan jangan terhina dikala tidak disanjung. Karena hidup ini bagaikan roda pedati selalu berputar, sekali ke atas sekali ke bawah, begitulah keadaan kita hamba ini, ada putaran, miskin, kaya, hina, mulia, sakit, sehat dan sebagainya. Maka semua itu kita terima dengan Alhamdulillah dan berbaik sangka pada pencipta kita Allah SWT.”

Kegiatan pembukaan tawajuh ini menjadi momentum penting bagi masyarakat Nagan Raya untuk memperkuat spiritualitas dan meneguhkan niat dalam menapaki jalan tasawuf yang sarat dengan nilai keikhlasan dan kerendahan hati.

Editor: Akil

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img

Read more

Local News