NUKILAN.ID | IDI RAYEUK – Pemandangan memilukan terlihat di SD Negeri Seuneubok Teungoh, Kecamatan Darul Ihsan, Aceh Timur. Sejumlah siswa tampak belajar sambil tengkurap di lantai karena tidak memiliki meja dan kursi yang layak.
Kondisi ini terjadi akibat rusaknya perabotan sekolah, terutama meja dan kursi, yang selama ini digunakan siswa. Bahkan, sebagian besar mebel telah tak layak pakai.
Menurut Kepala SD Negeri Seuneubok Teungoh, Nurul Fajri, situasi paling parah dialami siswa kelas satu dan dua. Mereka harus mengikuti proses belajar mengajar di ruangan tanpa alas, dengan posisi tengkurap sambil menulis.
“Meja dan kursi sudah rusak. Yang ada pun, tidak layak pakai lagi. Akibatnya, anak-anak terpaksa tengkurap saat belajar. Kondisi ini menyebabkan beberapa anak mengeluh sakit punggung,” kata Nurul Fajri di Aceh Timur, Selasa (20/5).
Selain tidak nyaman, kondisi tersebut juga berdampak pada semangat belajar siswa. Bahkan, kegiatan belajar harus dilakukan secara bergantian karena keterbatasan ruang.
Lebih lanjut, Nurul menjelaskan bahwa keterbatasan ruang dan sarana membuat proses belajar harus diatur dengan sistem bergilir.
“Usai kelas satu menyelesaikan proses belajar mengajar, barulah kelas dua masuk. Kemudian, siswa kelas dua menyapu lantai sebagai persiapan ruang belajar,” tambahnya.
Faktor utama penyebab kerusakan ini adalah banjir yang secara rutin melanda kawasan sekolah. Akibatnya, berbagai sarana dan prasarana, termasuk mebel, menjadi rusak berat dari tahun ke tahun.
“Kami berharap pemerintah daerah segera turun tangan dan memberikan perhatian serius agar anak-anak bisa belajar dengan layak dan bermartabat,” ujar Nurul Fajri.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Bidang Sekolah Dasar Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Aceh Timur, Rizwan, membenarkan bahwa kerusakan meja dan kursi disebabkan oleh banjir yang kerap terjadi di wilayah tersebut.
“Kami juga sudah turun langsung ke lokasi dan melihat sendiri kondisinya. Memang memprihatinkan, tidak ada kursi dan meja, siswa harus belajar di lantai,” kata Rizwan.
Namun, Rizwan mengakui bahwa hingga saat ini belum ada pengadaan baru untuk mengganti meja dan kursi tersebut. Salah satu alasan utamanya adalah keterbatasan anggaran.
“Kami baru bisa mengusulkan anggaran pengadaan meja dan kursi serta lainnya untuk sekolah dasar tersebut pada perubahan anggaran sekitar Juni atau Juli 2025,” tambahnya.
Fenomena ini bukan kasus tunggal. Di berbagai wilayah Aceh, bencana banjir memang kerap melumpuhkan aktivitas pendidikan. Namun, ketika anak-anak terpaksa belajar sambil tengkurap, maka jelas sudah bahwa intervensi serius tak bisa ditunda lagi.
Editor: Akil