NUKILAN.ID | BANDA ACEH – Semangat berhaji tak mengenal usia. Tahun ini, Embarkasi Aceh mencatat dua sosok yang mencuri perhatian: seorang calon haji berusia 100 tahun dan satu lagi baru menginjak usia 18 tahun.
Keduanya menjadi simbol semangat lintas generasi dalam menjalankan rukun Islam kelima.
Ketua Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Embarkasi Aceh, Azhari, menyampaikan bahwa calon haji tertua berasal dari Kabupaten Aceh Tengah. Ia bernama Muhammad Dahlan, yang tergabung dalam Kloter BTJ-03.
Sementara itu, jemaah termuda tahun ini berasal dari Kabupaten Nagan Raya.
“Muhammad Dahlan, berusia 100 tahun menjadi jemaah haji tertua dari Embarkasi Aceh tahun ini yang tergabung dalam Kloter BTJ-03, sedangkan jemaah termuda berusia 18 tahun berasal dari Kabupaten Nagan Raya,” kata Azhari, Sabtu, 17 Mei 2025.
Pagi tadi, kloter pertama yang berasal dari Banda Aceh telah tiba di Asrama Haji Embarkasi Aceh. Mereka akan menjalani beberapa tahapan penting sebelum diterbangkan ke Arab Saudi pada esok hari.
“Untuk jemaah tertua di kloter pertama asal Kota Banda Aceh berusia 89 tahun, sementara yang termuda 20 tahun. Namun, jemaah tertua secara keseluruhan berusia 100 tahun,” ujarnya.
Selama berada di asrama, seluruh jemaah menjalani pemeriksaan kesehatan. Selain itu, mereka juga menerima pembagian living cost dan kartu Baitul Asyi. Seluruh jemaah pun mendapatkan pembinaan serta mengikuti acara pelepasan resmi.
Namun demikian, tidak semua jemaah diwajibkan mengikuti seluruh rangkaian kegiatan. Pengecualian diberikan kepada jemaah lanjut usia (lansia).
“Kami menyediakan kamar di lantai satu untuk jemaah lansia agar lebih mudah beristirahat. Kursi roda juga sudah disiapkan,” jelas Azhari.
Kisah Muhammad Dahlan dan jemaah muda asal Nagan Raya menjadi pengingat bahwa ibadah haji bukan hanya perjalanan fisik, tetapi juga perjalanan batin yang sarat makna. Dari usia belia hingga satu abad, semangat mereka menuju Tanah Suci adalah bukti bahwa panggilan Allah dapat datang kapan saja—dan selalu layak disambut dengan penuh harap dan ketulusan.
Editor: Akil