Ayah Seubadeh Nilai Program Magrib Mengaji Bisa Redam Kenakalan Remaja

Share

NUKILAN.id | Tapaktuan – Program Gampong Magrib Mengaji yang digagas oleh Bupati dan Wakil Bupati Aceh Selatan, H. Mirwan MS, SE, M.Sos dan H. Baital Mukadis, SE, mendapat apresiasi dari berbagai pihak. Salah satunya datang dari Pimpinan Dayah Mudi Inshafiah Gampong Seubadeh, Kecamatan Bakongan Timur, Tgk. Syahwizal Elsy atau yang akrab disapa Ayah Seubadeh.

Menurutnya, program tersebut merupakan langkah strategis dalam membentengi generasi muda dari pengaruh negatif seperti kenakalan remaja. Namun demikian, ia menilai bahwa efektivitas program ini masih dapat ditingkatkan melalui inovasi dan kolaborasi lintas sektor.

“Program Magrib Mengaji adalah titik mula yang sangat baik. Tapi kita tidak bisa berhenti di rutinitas saja. Harus ada sentuhan kreatif dan pendekatan sosial yang membuat remaja merasa ini adalah rumah mereka, bukan sekadar kewajiban,” ungkap Ayah Seubadeh, Kamis (15/5/2025).

Lebih lanjut, Ayah Seubadeh menyoroti maraknya kenakalan remaja seperti balap liar dan penyalahgunaan narkoba. Ia memandang bahwa kondisi tersebut merupakan alarm sosial, bukan semata-mata kesalahan individu. Karena itu, menurutnya, pembinaan karakter sejak dini sangatlah penting.

Ia menyebutkan bahwa masjid, dayah, sekolah, dan keluarga harus bersatu sebagai pilar utama dalam membina remaja secara terintegrasi. Tanpa sinergi, berbagai upaya akan sulit membuahkan hasil yang berkelanjutan.

Agar program Magrib Mengaji menjadi lebih relevan dan menarik bagi generasi muda, Ayah Seubadeh mengusulkan sejumlah strategi inovatif. Salah satunya adalah digitalisasi program, seperti penerapan aplikasi kehadiran dan capaian santri. Selain itu, ia juga mendorong hadirnya konten dakwah kreatif melalui video pendek dan podcast bertema Remaja Gampong Islami.

Tak hanya itu, ia menyarankan dibentuknya Forum Remaja Masjid Kecamatan. Forum ini nantinya menjadi ruang bagi anak muda untuk menyalurkan kreativitas, mengikuti pelatihan bakat, hingga mendapatkan konseling dengan pendekatan keagamaan.

Dalam usulan lainnya, Ayah Seubadeh menginginkan adanya program Gampong Ramah Anak dan Remaja. Gampong tersebut diharapkan memiliki ruang literasi, pusat belajar informal, serta sistem pelaporan pribadi bagi remaja yang menghadapi masalah.

Ia juga menekankan pentingnya peningkatan kapasitas para pengajar. Program pelatihan guru ngaji dan imam, menurutnya, harus diarahkan agar mereka mampu menjadi pembina karakter, bukan sekadar pengajar baca Al-Qur’an.

Sebagai upaya terakhir, Ayah Seubadeh mengusulkan pendirian Pos Konseling Rohani Remaja. Layanan ini berbasis masjid dan Puskesmas dengan melibatkan dai muda, psikolog, serta relawan sosial.

“Kalau anak-anak kita masih terseret arus destruktif, itu bukan karena mereka jahat. Mereka hanya kehilangan pelita. Program Magrib Mengaji harus jadi cahaya, bukan hanya di mushalla, tapi sampai ke hati dan akal mereka,” tegasnya.

Menutup pernyataannya, Ayah Seubadeh menegaskan bahwa sinergi antar semua pihak—baik pemerintah, dayah, tokoh adat, maupun masyarakat—merupakan kunci keberhasilan program ini dalam jangka panjang.

“Ini bukan hanya soal program 100 hari, tapi pondasi untuk 100 tahun ke depan. Jika hari ini kita mampu memeluk remaja kita dengan akhlak, maka besok mereka akan memeluk negeri ini dengan cinta dan tanggung jawab,” pungkasnya.

Editor: AKil

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img

Read more

Local News