NUKILAN.id | Banda Aceh — Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Kota (DPRK) Banda Aceh, Irwansyah, mengungkapkan sejumlah pekerjaan rumah (PR) besar yang masih harus diselesaikan dalam upaya membangun dan memajukan Kota Banda Aceh. Hal ini ia sampaikan dalam Podcast SagoeTv yang tayang baru-baru ini.
Ketika ditanya apa saja tantangan utama yang dihadapi pemerintah kota saat ini, Irwansyah menyoroti persoalan klasik yang kian kompleks dari tahun ke tahun: penyediaan lapangan kerja yang memadai, terutama bagi generasi muda.
“PR kita masih banyaklah. Misalnya yang paling sederhana saja bagaimana membuka lapangan kerja seluas-luasnya,” ujar Irwansyah dikutip Nukilan.id pada Selasa (13/5/2025).
Ia menilai, tingginya angka lulusan perguruan tinggi tidak diimbangi dengan kapasitas dunia kerja yang mampu menampung mereka. Ketimpangan ini menurutnya menjadi tantangan serius yang perlu segera dicarikan solusi.
“Bagi anak muda, seperti lulusan kuliah makin banyak. Siapa yang tampung lulusan kuliah? Di satu sisi produksi alumni kita semakin tinggi. Tapi penampungan untuk alumni ini makin kecil,” lanjutnya.
Lebih jauh, Irwansyah mengingatkan bahwa kebijakan pemerintah pusat membatasi peluang kerja di sektor pemerintahan, yang selama ini menjadi salah satu harapan besar para pencari kerja di Aceh.
“Karena terbaru saja regulasi pemerintah pusat kita itu ‘mengharamkan’ untuk kontrak baru dan honor baru. Jadi ketika pemerintah enggak bisa menyediakan ruang bagi lulusan-lulusan baru, lulusan lama juga masih butuh kerja. Ini kan PR besar,” tegasnya.
Menurut Irwansyah, pemerintah daerah perlu mencari jalan keluar dengan menciptakan lebih banyak peluang kerja yang relevan dengan kebutuhan zaman. Hal ini tak bisa lepas dari adaptasi terhadap perubahan teknologi dan tren ekonomi global.
“Nah, jadi ini tantangan kita, bagaimana membuat lapangan kerja sebesar-besarnya. Tentu penyesuaian dengan perkembangan zaman, itu yang mungkin harus menjadi perhatian pemerintah,” kata dia.
Dalam konteks ini, Irwansyah menyebut bahwa pemanfaatan teknologi dan penguatan sektor ekonomi kreatif menjadi kunci utama dalam menekan angka pengangguran, khususnya di kalangan generasi muda yang lebih adaptif terhadap perubahan digital.
“Bagaimana mengakselerasi dunia kerja anak muda dengan kemajuan teknologi. Ekonomi kreatif harus lebih berkembang,” ucapnya.
Ia juga mengakui bahwa Kota Banda Aceh tidak memiliki basis industri besar yang bisa menyerap tenaga kerja dalam skala luas. Oleh karena itu, pemberdayaan UMKM dan sektor ekonomi kreatif berbasis digital menjadi solusi yang realistis dan berkelanjutan.
“Kita enggak punya industri besar di Banda Aceh. Iya kan? Enggak punya pabrik. Kebanyakan UMKM, ekonomi kreatif ini yang harus dikaryakan. Bagaimana digital, teknologi informasi ini harus dikuatkan,” pungkas Irwansyah.
Pernyataan Irwansyah ini menegaskan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, swasta, dan masyarakat untuk membangun ekosistem kerja yang inklusif dan adaptif. Transformasi ekonomi melalui inovasi dan kreativitas diyakini menjadi jawaban atas tantangan besar yang dihadapi kota ini di masa depan. (XRQ)
Reporter: Akil