PT PEMA Komersialisasikan Kredit Karbon di Aceh

Share

NUKILAN.id | Banda Aceh — PT Pembangunan Aceh (PT PEMA) resmi mengumumkan langkah strategis untuk mengkomersialisasikan potensi kredit karbon dari kawasan hutan dan lahan kritis di Aceh. Melalui pendekatan berbasis Nature-Based Solutions (NBS), proyek ini menargetkan lebih dari 100.000 hektare lahan di Bireuen, Bener Meriah, Aceh Tengah, dan Aceh Timur.

Sebagai catatan, NBS adalah metode perlindungan dan pengelolaan ekosistem alam secara berkelanjutan, yang tidak hanya menjaga keanekaragaman hayati, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Langkah ini menjadi bagian dari komitmen Aceh dalam mendorong transisi menuju ekonomi hijau yang inklusif dan berbasis restorasi lingkungan. Selain itu, proyek ini juga membuka jalan baru dalam monetisasi jasa ekosistem.

Kolaborasi dengan Sagint Hadirkan Teknologi Real-Time

Untuk mendukung validitas dan transparansi proyek, PT PEMA menggandeng Sagint, sebuah perusahaan teknologi asal Arab Saudi dan Amerika Serikat. Sagint akan menyediakan infrastruktur digital yang memungkinkan validasi, registrasi, serta monitoring stok karbon secara real-time.

Dengan pemanfaatan teknologi berbasis Artificial Intelligence (AI), data geospasial, dan uji biomassa di lapangan, proyek ini memenuhi standar internasional dalam pengukuran dan pelaporan karbon, atau yang dikenal sebagai MRV (Measurement, Reporting, and Verification).

Transformasi Tata Kelola Hutan Berbasis Masyarakat

Menurut Direktur Komersial PT PEMA, Faisal Ilyas, proyek ini bukan semata-mata soal nilai ekonomi karbon, melainkan juga menyentuh aspek sosial dan tata kelola lingkungan.

“Kami percaya, potensi karbon Aceh harus dikelola oleh orang Aceh sendiri dengan standar global. Kami ingin menjadikan hutan sebagai aset strategis yang menghasilkan nilai ekonomi tanpa menebang satu pohon pun,” ujar Faisal Ilyas.

Saat ini, PEMA tengah menyelesaikan proses pemetaan legal dan sosial terhadap lahan-lahan yang potensial. Pendekatan ini mencakup hutan adat, hutan desa, hutan lindung, hingga lahan gambut.

Menariknya, proses ini melibatkan akademisi, LSM lingkungan, dan komunitas lokal. Pendekatan transdisipliner seperti ini dinilai mampu menciptakan legitimasi sosial yang kuat dalam pengelolaan karbon.

Potensi Ekonomi Mencapai Ratusan Juta Dolar

Berdasarkan skenario konservatif, lahan yang disasar diperkirakan mampu menyerap rata-rata 10 ton CO₂ per hektare per tahun. Dengan demikian, proyek ini berpotensi menghasilkan lebih dari 1 juta ton CO₂e setiap tahunnya.

Jika mengacu pada harga karbon global saat ini, yakni antara USD 10 hingga USD 20 per ton, maka nilai ekonomi proyek ini dapat mencapai USD 100 juta hingga 200 juta per tahun dalam beberapa tahun mendatang.

Aceh Menuju Ekonomi Hijau Berbasis Bukti Ilmiah

Proyek kredit karbon ini menjadi simbol arah baru pembangunan ekonomi di Aceh. Tidak lagi bergantung pada ekstraksi sumber daya alam secara konvensional, melainkan pada model pembangunan berkelanjutan dan ilmiah.

Pemerintah Aceh pun menyambut baik langkah ini. Sebab, proyek ini dinilai mampu menjawab tantangan krisis iklim sekaligus memperkuat posisi Aceh dalam peta transisi energi nasional.

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img

Read more

Local News