Sinergi Akademisi dan Praktisi Dorong Peternakan Terpadu untuk Kemandirian Pangan di Aceh Barat

Share

NUKILAN.id | Banda Aceh – Universitas Teuku Umar (UTU) kembali menunjukkan peran strategisnya dalam pengembangan sektor pangan nasional. Lewat Seminar Nasional Peternakan yang digelar pada Senin, 28 April 2025, UTU menjadi panggung kolaborasi antara akademisi, pemerintah, dan praktisi dalam mendorong penguatan peternakan terpadu sebagai solusi kemandirian pangan Indonesia.

Bertempat di Aula Cut Nyak Dhien, acara ini mengusung tema “Strategi Pengembangan Usaha Peternakan Terpadu Mendukung Kemandirian Pangan Indonesia”. Kegiatan ini juga dirangkai dengan pelantikan pengurus Himpunan Ilmuwan Peternakan Indonesia (HILPI) wilayah Aceh periode 2025–2028, menandai awal sinergi yang lebih terstruktur dalam pengembangan sektor peternakan di Aceh.

Hadir dalam seminar ini berbagai pihak penting, mulai dari akademisi perguruan tinggi, BAPPEDA Aceh Barat, Dinas Perkebunan dan Peternakan Aceh Barat, peneliti dari Pusat Riset Sapi Aceh dan Ternak Lokal Universitas Syiah Kuala, hingga perwakilan SMK dan organisasi mahasiswa.

Ketua Panitia sekaligus Ketua Jurusan Peternakan UTU, Mudatsir, S.Pt., M.Si., dalam sambutannya menegaskan bahwa seminar ini merupakan bagian dari implementasi Rapat Kinerja Tahunan UTU.

“Ini adalah agenda strategis jurusan sebagai realisasi dari Rapat Kinerja Tahunan UTU dalam memacu peningkatan SDM dan usaha peternakan melalui pendekatan akademis, manajemen, dan teknologi,” ujarnya.

Sementara itu, Dekan Fakultas Pertanian UTU, Ir. Rusdi Faizin, M.Si., menilai pentingnya integrasi strategi peternakan terpadu sebagai jawaban atas tantangan pangan nasional.

“Kegiatan ini sangat strategis di zaman sekarang, didukung oleh kebijakan pemerintah yang fokus pada bidang pangan, yang salah satunya peternakan sebagai penyediaan sumber protein hewani. Dengan adanya penerapan strategi integrated farming, mudah-mudahan bidang peternakan akan semakin berdampak bagi kemandirian pangan Indonesia,” kata Rusdi.

Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan UTU, Dr. Ir. M. Aman Yaman, M. Agric.Sc., yang hadir mewakili Rektor, turut menyampaikan harapan besar dari UTU terhadap dampak nyata kegiatan ini.

“Kami di Universitas Teuku Umar memiliki harapan besar agar kegiatan ini tidak hanya menjadi forum diskusi semata, tetapi juga mampu menghasilkan kegiatan-kegiatan nyata yang berdampak langsung pada peningkatan dan pengembangan usaha peternakan terpadu, khususnya di wilayah Aceh yang kita cintai ini, dan Indonesia pada umumnya,” tuturnya.

Tiga Narasumber, Satu Visi untuk Kemandirian

Seminar ini menghadirkan tiga narasumber ahli di bidang peternakan. Dr. Ir. M. Aman Yaman, M. Agric.Sc., yang juga dosen senior UTU, membawakan materi tentang tantangan dan strategi pengembangan peternakan terpadu. Ia menekankan perlunya sistem pertanian terintegrasi yang sesuai dengan kondisi lokal Aceh.

“Saya berharap dengan adanya HILPI wilayah Aceh akan menghasilkan suatu model peternakan berbasis integrated farming system sesuai dengan kondisi lingkungan di provinsi Aceh,” ungkap Aman Yaman.

Narasumber kedua, Prof. Dr. Ir.agr. Asep Gunawan, S.Pt., M.Sc., Ketua IPTP IPB University sekaligus Ketua HILPI Pusat, membahas soal pentingnya peningkatan kualitas genetik ternak lokal untuk mendukung produktivitas pangan.

“Peningkatan produktivitas ternak lokal dengan cara peningkatan sumber daya genetik yang menjadi aset fundamental di Indonesia,” jelasnya.

Sedangkan narasumber ketiga, Prof. Dr. Ir. Eka Meutia Sari. M.Sc., yang juga Ketua HILPI Aceh terpilih, memaparkan potensi kerbau sebagai kekayaan genetik ternak lokal di Aceh. Ia mengajak semua pihak memahami kembali esensi kemandirian pangan seperti yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012.

“Beliau merefleksikan kembali maksud Kemandirian Pangan menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 yaitu kemampuan negara dan bangsa dalam memproduksi Pangan yang beraneka ragam dari dalam negeri yang dapat menjamin pemenuhan kebutuhan Pangan yang cukup sampai di tingkat perseorangan dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam, manusia, sosial, ekonomi, dan kearifan lokal secara bermartabat.”

Dari forum ilmiah ini, sejumlah rekomendasi penting dihasilkan. Salah satunya adalah perlunya pengembangan model integrated farming system berbasis peternakan skala industri yang terstruktur dan berkelanjutan. Selain itu, ternak lokal seperti kerbau diusulkan menjadi fokus utama dalam pengembangan sektor peternakan, terutama di wilayah Barat Selatan Aceh.

Kolaborasi lintas sektor yang ditunjukkan dalam seminar ini menjadi contoh konkret bagaimana sinergi antara akademisi, praktisi, dan pemerintah dapat memperkuat ketahanan dan kemandirian pangan nasional melalui peternakan terpadu.

Editor: Akil

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img

Read more

Local News