NUKILAN.id | Banda Aceh — Maraknya kasus bunuh diri di Aceh dalam beberapa waktu terakhir menimbulkan keprihatinan banyak pihak. Salah satu kasus terbaru melibatkan seorang mahasiswi yang ditemukan meninggal dunia di sebuah kamar kos kawasan Darussalam, Banda Aceh. Tragedi ini menyisakan pertanyaan besar: apakah masyarakat Aceh tidak tahu bahwa bunuh diri adalah perbuatan dosa, terlebih Aceh dikenal sebagai daerah yang menerapkan syariat Islam?
Menanggapi hal ini, Miftahul Jannah, seorang akademisi dari UIN Ar-Raniry Banda Aceh, memberikan penjelasan dalam sebuah podcast yang disiarkan oleh SagoeTV.
Dikutip Nukilan.id pada Selasa (29/4/2025), ia menegaskan bahwa pengetahuan masyarakat Aceh terhadap hukum agama sejatinya tidak diragukan.
“Semua orang tahu bahwa bunuh diri itu adalah dosa. Tapi kenapa juga beberapa orang melakukan bunuh diri? itulah karena tekanan hidup yang tidak sanggup dihadapi. Sehingga mencari jalan-jalan yang tidak baik,” ujar Miftahul.
Ia menilai bahwa tekanan hidup yang berat, baik karena persoalan pribadi, sosial, maupun akademik, menjadi penyebab utama seseorang memilih mengakhiri hidupnya. Dalam beberapa kasus, tekanan emosional yang berasal dari hubungan asmara juga turut memicu tindakan nekat tersebut.
“Banyak juga kasus mungkin selain stres akademik juga mungkin kasus percintaan dan putus cinta ikutam untuk aksi (bunuh diri) itu juga,” katanya.
Karena itu, menurut Miftahul, penting bagi kalangan muda, terutama mahasiswa, untuk memiliki kemampuan mengelola emosi dan memahami batas dalam membina hubungan dengan lawan jenis.
“Kalau di kampus kan selalu dosen menyampaikan remaja itu harus pintar-pintar membawa diri pada masa yang baru mengenal pasangan atau mengenal lawan jenis,” tuturnya.
Lebih lanjut, Miftahul juga merujuk pada hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti BRIN, Yurika Fauzia Wardani. Penelitian tersebut mengungkapkan bahwa dari tahun 2012 hingga 2020 terdapat lebih dari 2.000 kasus bunuh diri di Indonesia. Faktor percintaan disebut sebagai salah satu penyebab utama.
“Ada peneliti dari BRIN oleh Bu Yurika Fauzia Wardani. beliau meneliti sejak 2012 sampai 2020 ada 2.000 kasus lebih tentang bunuh diri. saya baca beberapa penelitian beliau, termasuk salah satu penyebab (bunuh diri) itu percintaan,” ujar Miftahul.
Fenomena ini menjadi pengingat bahwa pendekatan agama saja tidak cukup tanpa dukungan psikososial dan kesehatan mental yang memadai. Pencegahan bunuh diri perlu menjadi agenda bersama semua pihak, termasuk pemerintah, lembaga pendidikan, dan keluarga, untuk menciptakan ruang aman bagi masyarakat yang sedang berjuang menghadapi tekanan hidup. (XRQ)
Reporter: Akil