Halaqah Ramadan di Masjid Oman Al-Makmur: Perjalanan Menyelami Makna Bacaan Al-Qur’an

Share

NUKILAN.id | Feature – Selepas salat tarawih dan witir, suasana di Masjid Oman Al-Makmur masih dipenuhi keheningan yang syahdu. Cahaya lampu-lampu masjid menerangi wajah-wajah jemaah yang tak langsung beranjak pulang. Beberapa memilih tetap duduk bersila, membuka mushaf, membiarkan ayat-ayat suci mengalir dari bibir mereka.

Sementara itu, di beberapa sudut masjid, kelompok-kelompok kecil berkumpul mengitari para pengajar yang dengan sabar membimbing mereka memperbaiki bacaan Al-Qur’an.

Inilah Halaqah Perbaikan Bacaan Al-Qur’an, sebuah program yang menjadi jembatan bagi jemaah untuk lebih mendekatkan diri pada kitab suci, diadakan oleh Masjid Oman Al-Makmur bekerja sama dengan Pondok Studi Islam Mahasiswa (POSTIM).

Malam itu, di antara para peserta halaqah, ada Izzil Muhady, seorang mahasiswa UIN Ar-Raniry Banda Aceh. Dengan mushaf di tangannya, ia tampak khusyuk mendengarkan koreksi dari pengajarnya.

Dalam wawancara dengan Nukilan.id, Izzil mengungkapkan bahwa ia mengikuti halaqah ini dengan niat memperbaiki bacaan Al-Qur’annya.

“Saya ingin meningkatkan kualitas bacaan saya agar lebih baik dan sesuai dengan kaidah tajwid,” katanya.

POSTIM Gelar Halaqah Perbaikan Bacaan Al-Qur’an di Masjid Oman Selama Ramadan. (Foto: Nukilan)

Sebelum mengikuti halaqah ini, Izzil merasa cukup percaya diri dengan kemampuannya membaca Al-Qur’an. Namun, setelah bergabung dalam halaqah, ia menyadari masih ada aspek yang perlu diperbaiki, terutama dalam makharijul huruf dan pelafalan lafaz jalalah.

“Kesulitan utama saya adalah tidak mengetahui secara jelas makharijul huruf, pelafalan lafaz jalalah yang belum pas, serta kejelasan dalam bersuara,” tambahnya.

Baginya, pengalaman mengikuti halaqah ini begitu berharga. Kini, ia lebih memahami bagaimana huruf ت harus dilafalkan dengan benar sesuai makhrajnya.

“Ini adalah pengalaman pertama saya dan cukup berkesan. Saya merasa beruntung bisa belajar langsung dalam halaqah ini,” ujarnya.

Program halaqah ini menjadi angin segar bagi jemaah yang ingin memperdalam pemahaman mereka dalam membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar. Setiap malam, setidaknya ada empat hingga lima pengajar yang siap membimbing jemaah, baik remaja maupun dewasa.

Kesabaran dan dedikasi mereka dalam membimbing peserta menjadi salah satu daya tarik utama dalam program ini. Izzil sendiri mengapresiasi usaha para pengajar yang dengan penuh ketelatenan membimbingnya.

“Ada rencana untuk terus belajar, tetapi mungkin tidak setiap malam,” tuturnya.

Di balik keberlangsungan halaqah ini, ada sosok Haiqal Al Fazal, S.H., Ketua penyelenggara tahsin gratis dari POSTIM. Ia menjelaskan bahwa program ini lahir dari kesadaran akan banyaknya umat Muslim yang masih menghadapi kesulitan dalam membaca Al-Qur’an dengan benar.

“Kami menyadari bahwa masih banyak Muslim yang belum bisa membaca Al-Qur’an dengan baik, sehingga terjadi kesalahan-kesalahan dalam pengucapan dan tajwid,” ungkapnya.

Menurut Haiqal, halaqah ini memiliki tujuan utama untuk membantu jemaah memperbaiki bacaan Al-Qur’an sesuai dengan kaidah tajwid serta menumbuhkan semangat belajar Al-Qur’an, terutama di bulan Ramadan.

Metode yang digunakan pun bertahap, dimulai dari memperbaiki bacaan surat Al-Fatihah hingga membimbing jemaah dalam membaca ayat-ayat pilihan.

“Bagi peserta yang masih pemula, kami mengajarkan dari dasar, termasuk cara melafalkan huruf-huruf hijaiyah dengan benar,” tambah Haiqal.

Tak disangka, program ini mendapat sambutan yang luar biasa dari jemaah. Meski pendaftaran awal hanya mencatat sekitar 30 peserta, kenyataannya jumlah yang hadir setiap malam sering kali melebihi angka tersebut.

Dalam satu halaqah, satu pengajar biasanya membimbing satu hingga enam orang, menciptakan suasana belajar yang lebih personal dan efektif.

Malam semakin larut, namun semangat para peserta halaqah tak juga redup. Suara lantunan ayat-ayat suci masih terdengar, diiringi dengan bimbingan lembut dari para pengajar.

Di sudut lain masjid, seorang jemaah yang tampak lebih tua dari Izzil tengah memperbaiki pelafalannya. Ia tampak serius, seolah tak ingin menyia-nyiakan kesempatan belajar ini.

Haiqal berharap, halaqah ini tidak hanya menjadi agenda musiman yang berakhir setelah Ramadan. Ia ingin semangat belajar yang tumbuh di bulan suci ini tetap berlanjut sepanjang tahun.

“Kami harapkan jemaah dan para peserta tidak hanya mencukupkan diri dengan program tahsin di bulan Ramadan ini saja. Semoga ini menjadi motivasi agar mereka tetap belajar setelah Ramadan, baik di kelas tahsin yang diadakan pihak lain maupun melalui program POSTIM sendiri,” pungkasnya.

Di balik rutinitas ibadah Ramadan, halaqah ini menjadi ruang refleksi dan pembelajaran bagi banyak jemaah. Lebih dari sekadar memperbaiki bacaan, mereka sedang menyelami makna di balik setiap huruf dan ayat yang dilantunkan.

Di dalam masjid yang masih diterangi lampu-lampu malam itu, tersimpan harapan bahwa setiap peserta bisa keluar dengan bacaan yang lebih baik, hati yang lebih lapang, dan iman yang semakin kokoh. (XRQ)

Reporter: Akil

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img

Read more

Local News