NUKILAN.id | Tapaktuan – Kemerosotan harga minyak nilam kian menghantui petani di Aceh Selatan. Tanaman yang menjadi sumber pendapatan bagi banyak petani itu kini menghadapi tantangan berat, mulai dari anjloknya harga hingga dampak perubahan iklim. Namun, para petani mengaku belum merasakan perhatian nyata dari pemerintah.
Dalam wawancara dengan Nukilan.id, Alman, salah seorang petani nilam di Aceh Selatan, mengungkapkan kekecewaannya terhadap sikap pemerintah yang dinilai abai terhadap kondisi para petani.
“Sampai saat ini dari awal proses penanaman sampai dengan proses panen tidak ada peran tangan pemerintah. Bahkan sampai pada titik dimana nilam seeprti tak lagi berharga, pemerintah masih belum membuka mulut dalam hal ini,” kata Alman pada Rabu (26/2/2025).
Selain harga yang anjlok, perubahan iklim juga menjadi tantangan tersendiri bagi para petani nilam. Perubahan cuaca yang tidak menentu berdampak langsung pada pertumbuhan tanaman, namun hingga kini belum ada solusi nyata yang diterapkan untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Tomi Aksan, rekan Alman yang juga petani nilam, menuturkan bahwa mereka hanya bisa menerima keadaan tanpa strategi khusus untuk menghadapi dampak iklim yang semakin tidak menentu.
“Iklim tentu sangat berdampak pada pertumbuhan nilam. Namun belum ada strategi khusus dalam menangani perubahan iklim ini, pasrah sajalah,” kata Tomi Aksan.
Melihat kondisi ini, Alman mengusulkan agar pemerintah segera mengambil peran lebih besar dalam membantu petani nilam, terutama dalam membuka akses pasar yang lebih luas agar mereka tidak lagi bergantung pada tengkulak lokal yang sering kali membeli dengan harga rendah.
“Menurut saya solusinya adalah perlunya andil pemerintah, baik daerah maupun pusat dengan cara membuat mekanisme dan membuka akses pasarnya. Sehingga kami tidak lagi menjual melalui tengkulak ini, namun langsung jual ke agen eksportir,” harap Alman.
Menurutnya, jika pemerintah tidak segera turun tangan, nasib petani nilam akan semakin sulit. Ia menekankan bahwa pemerintah seharusnya lebih aktif dalam memberikan solusi dibandingkan tengkulak yang selama ini menjadi satu-satunya jalur distribusi bagi petani.
“Pemerintah harus lebih aktif dari tengkulak. Hal ini penting bagi kesejahteraan petani nilam,” tutup Alman.
Dengan berbagai tantangan yang dihadapi, petani nilam di Aceh Selatan berharap adanya perhatian dan kebijakan konkret dari pemerintah agar sektor pertanian nilam dapat kembali bangkit dan memberikan kesejahteraan bagi mereka. (XRQ)
Reporter: Akil