NUKILAN.id | Banda Aceh – Sebanyak 90 ekor tukik jenis belimbing dilepasliarkan di Laut Lampuuk, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh. Pelepasliaran ini dilakukan oleh Staycation Joel Bungalows sebagai bagian dari upaya menjaga kelestarian biota laut.
“Tukik ini dilepasliarkan setelah 41 hari berada di penangkaran,” kata Pengelola Staycation Joel Bungalows, Zulfitri, di Aceh Besar, Selasa (13/2/2025).
Tukik-tukik tersebut berasal dari telur penyu yang sebelumnya dibeli Zulfitri dari nelayan atau pemburu setempat. Biasanya, telur penyu dijual untuk dikonsumsi dengan harga Rp10 ribu per butir. Namun, alih-alih membiarkannya dikonsumsi, ia memilih untuk menetaskannya terlebih dahulu sebelum melepasliarkan ke habitat aslinya.
“Ada 110 butir telur penyu yang saya beli, tetapi hanya sekitar 90 yang menetas,” katanya.
Upaya Konservasi dan Edukasi
Menurut Zulfitri, inisiatif menyelamatkan tukik belimbing ini sejalan dengan bisnis yang ia jalankan di sektor pariwisata laut. Baginya, menjaga ekosistem laut adalah tanggung jawab bersama, terutama bagi mereka yang menggantungkan hidup di sektor tersebut.
“Saya punya usaha di kawasan laut, saya terpanggil untuk menyelamatkan ini. Apalagi saya juga bergerak di bidang pariwisata sehingga berkeinginan menyelamatkan biota laut,” ujarnya.
Penyu belimbing sendiri berperan penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem laut. Namun, populasinya terus menurun akibat perburuan dan eksploitasi telur. Tanpa penyu di laut, keseimbangan ekosistem dapat terganggu, yang berdampak buruk bagi spesies lainnya.
“Kalau penyu ini tidak ada di laut, saya yakin ini akan membuat efek yang tidak bagus untuk kehidupan spesies yang ada di laut,” tambahnya.
Sejak tahun 2014, Zulfitri telah menjalankan kegiatan konservasi ini. Selain bertujuan menyelamatkan tukik, ia juga ingin mengedukasi masyarakat setempat agar lebih peduli terhadap kelestarian lingkungan. Ia menyadari bahwa melarang langsung pengambilan telur penyu bukanlah solusi yang efektif. Sebagai gantinya, ia memilih untuk membeli telur tersebut dengan harga yang sama seperti di pasar, agar nelayan memiliki alternatif yang lebih ramah lingkungan.
“Kalau kita larang, jangan mengambil, mereka pasti tetap mengambil karena sudah pencahariannya di situ. Jadi, saya edukasi kepada mereka daripada jual ke pasar, lebih baik jual ke kami dengan harga yang sama,” katanya.
Demi mendukung upaya ini, Zulfitri telah mengalokasikan dana khusus untuk membeli telur penyu dari nelayan atau pemburu setempat. Ia tidak pernah menolak siapa pun yang datang membawa telur penyu untuk dijual.
“Siapa pun yang bawa telur penyu, saya tampung semua, kadang-kadang bisa seribu butir, kadang-kadang 500 butir, kadang-kadang 400 butir. Tergantung, pokoknya siapapun yang bawa, saya tidak pernah menolak. Saya selalu menyediakan uang untuk beli telur penyu dan menetaskannya untuk menyelamatkan bumi ini,” pungkasnya.
Editor: AKil