NUKILAN.id | Jakarta – Setiap 22 Februari, Indonesia memperingati Hari Istiqlal, sebuah momen penting yang berkaitan dengan sejarah masjid terbesar di Asia Tenggara, Masjid Istiqlal. Berlokasi di pusat ibu kota Jakarta, masjid ini menjadi simbol nasional sekaligus kebanggaan umat Islam di Indonesia.
Sejarah Peresmian Masjid Istiqlal
Hari Istiqlal ditetapkan berdasarkan tanggal peresmian masjid tersebut oleh Presiden Soeharto pada 22 Februari 1978. Peresmian ini ditandai dengan pemasangan prasasti di area tangga pintu As-Salam. Nama Istiqlal sendiri berasal dari bahasa Arab yang berarti ‘merdeka’, mencerminkan rasa syukur atas kemerdekaan Indonesia.
Dikutip Nukilan.id dari situs resmi Kemendikbud, pembangunan Masjid Istiqlal dimulai dari inisiatif Presiden Soekarno. Sebagai bagian dari proyek besar pembangunan nasional, peletakan batu pertama dilakukan pada 24 Agustus 1951 oleh Soekarno sendiri. Tanggal tersebut bertepatan dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.
Salah satu aspek unik dari Masjid Istiqlal adalah pemilihan arsiteknya, Frederich Silaban, seorang Kristen Protestan. Silaban memenangkan sayembara desain dengan konsep yang mencerminkan kebesaran Tuhan dan semangat kemerdekaan bangsa. Namun, proses pembangunannya mengalami kendala karena kondisi politik yang tidak stabil.
Pembangunan kembali dimulai pada tahun 1966 di bawah koordinasi Menteri Agama KH. M. Dahlan dan KH. Idham Chalid. Setelah perjalanan panjang selama 17 tahun, akhirnya masjid ini rampung dan diresmikan pada 1978.
Tantangan Pembangunan
Masjid Istiqlal menghadapi banyak tantangan, terutama di masa peralihan politik pasca-G30S 1965. Situasi yang penuh gejolak membuat pembangunan terhenti beberapa kali. Selain itu, meskipun konstruksi fisiknya selesai pada 1961, perubahan kepemimpinan dari Soekarno ke Soeharto turut mempengaruhi momentum peresmian.
Menariknya, sebelum peresmian resmi, masjid ini sudah digunakan untuk salat Idul Fitri pertama pada 30 November 1970 oleh Presiden Soeharto dan ribuan jamaah.
Lokasi dan Arsitektur
Masjid Istiqlal berdiri di bekas Taman Wilhelmina, tidak jauh dari Monumen Nasional (Monas). Lokasinya yang berhadapan langsung dengan Gereja Katedral Jakarta mencerminkan semangat toleransi beragama di Indonesia.
Bangunan utama masjid terdiri atas lima lantai dan satu lantai dasar. Kubah besar berdiameter 45 meter ditopang oleh 12 tiang besar, sementara menara tunggal setinggi 96,66 meter menjulang di sudut selatan. Masjid ini mampu menampung lebih dari 200 ribu jamaah.
Pusat Ibadah dan Aktivitas Sosial
Selain sebagai tempat ibadah, Masjid Istiqlal menjadi kantor berbagai organisasi Islam, tempat kegiatan sosial, serta tujuan wisata. Banyak tamu negara, mulai dari presiden hingga duta besar, pernah mengunjungi masjid ini. Wisatawan non-Muslim juga diperbolehkan masuk, meskipun akses mereka terbatas dan harus didampingi pemandu.
Perayaan hari besar Islam seperti Ramadhan, Idul Fitri, dan Idul Adha selalu dipusatkan di sini dengan kehadiran Presiden Republik Indonesia. Acara-acara tersebut disiarkan langsung oleh televisi nasional.
Masjid Istiqlal adalah lebih dari sekadar bangunan, ia merupakan simbol kemerdekaan, toleransi, dan semangat persatuan yang terus bergema dalam sejarah bangsa Indonesia. (XRQ)
Reporter: Akil