NUKILAN.id | Banda Aceh — Dua puluh tahun lalu, pada 26 Desember 2004, Aceh diterjang oleh tsunami yang meluluhlantakkan hampir seluruh wilayah pesisirnya. Setelah gempa besar berkekuatan magnitudo 9,3 mengguncang kawasan tersebut, ombak raksasa melanda, menghancurkan rumah, bangunan, dan menewaskan ribuan orang.
Dalam situasi yang penuh kepanikan dan keterbatasan, Aceh yang terisolasi dari dunia luar, menerima bantuan dunia dengan bantuan internasional yang berbondong-bondong menawarkan bantuan, namun keterbatasan akses menghambat kedatangan mereka. Namun, di tengah perjuangan penuh tantangan ini, ada pahlawan tak terduga yang berperan dalam evakuasi korban, yaitu gajah Sumatera.
Dilansir dari berbagai sumber, sebelum alat berat dan bantuan internasional tiba, gajah-gajah yang terlatih dari Conservation Response Unit (CRU) Saree di Aceh Besar turun tangan. Gajah-gajah ini, seperti Midok, Lia, dan Amoy, menjadi garda terdepan dalam membersihkan puing-puing, mengangkat pohon tumbang, dan membuka jalur untuk mempercepat proses evakuasi korban.
Gajah, yang sejak zaman dahulu dikenal sebagai hewan pekerja keras, memegang peranan penting di masa bencana tersebut. Keahlian mereka dalam membawa beban, kemampuan berenang dan bertahan di medan sulit, serta kedekatannya dengan manusia membuat mereka menjadi alat bantu yang sangat efektif dalam situasi darurat. Dengan menggunakan sepatu pelindung pada kaki mereka, gajah-gajah ini mampu menavigasi medan berat yang sulit dijangkau oleh manusia atau mesin.
Nukilan.id melihat di Museum Tsunami Aceh, sebuah pameran temporer yang diberi nama “Gajah, Sang Penolong” digelar untuk mengenang kontribusi besar gajah-gajah Sumatera dalam proses evakuasi tersebut. Pameran ini bertujuan untuk mengingatkan masyarakat, terutama generasi muda, akan peran gajah yang sering terlupakan di balik bantuan besar dari berbagai negara. Melalui foto-foto, video, dan replika bangunan yang hancur, pengunjung dapat merasakan kembali suasana dan situasi sulit saat tsunami melanda Aceh.
Pameran ini membuka mata masyarakat tentang pentingnya kesiapsiagaan bencana. Banyak yang tidak tahu tentang kontribusi gajah dalam evakuasi tsunami. Pameran ini memberikan informasi penting bagi kita semua, terutama generasi muda, agar lebih peduli dan siap menghadapi bencana.
Saat ini, Midok, salah satu gajah yang aktif dalam evakuasi, berusia 40 tahun. Meskipun beberapa gajah yang terlibat dalam evakuasi telah meninggal, kontribusi mereka tetap dikenang. Di konservasi, Midok hidup bersama gajah-gajah lainnya, termasuk gajah Thailand. Keberadaan mereka tetap menjadi simbol dari perjuangan tak kenal lelah di saat-saat terberat dalam sejarah Aceh.
Pameran ini menjadi pengingat penting bahwa selain bantuan internasional, keberadaan gajah-gajah Sumatera dalam proses evakuasi tsunami Aceh adalah salah satu kisah heroik yang perlu dikenang dan dihargai. Sebagai makhluk yang telah berperan dalam berbagai aspek kehidupan manusia, keberadaan gajah harus tetap dijaga untuk masa depan, terutama jika mereka kembali diperlukan di masa depan. (XRQ)
Reporter: Akil Rahmatillah