[KLARIFIKASI] Video Dukungan Anies Baswedan untuk Dua Paslon Wali Kota Banda Aceh Dibuat dengan AI

Share


NUKILAN.id | Banda Aceh – Menjelang Pilkada 2024, masyarakat Banda Aceh dihebohkan dengan dua video viral yang mengklaim dukungan Anies Baswedan kepada pasangan calon wali kota yang berbeda. Kedua video ini menciptakan perdebatan panas di media sosial hingga memicu keresahan di tengah masyarakat.

Cek Video melalui TrueMedia.org. (Foto: Tangkapan layar)

Video pertama yang diunggah melalui akun TikTok resmi calon Wali Kota Banda Aceh, Teuku Irwan Djohan, menampilkan Anies Baswedan seolah mendukung pasangan nomor urut empat, Teuku Irwan Djohan-Khairul Amal. Sementara itu, video kedua yang beredar di Instagram melalui akun @kotabandaaceh mengklaim Anies mendukung pasangan nomor urut tiga, Aminullah Usman-Isnaini Husda.

Verifikasi Video dan Gambar

Untuk memverifikasi apakah sebuah video itu asli atau palsu, Nukilan.id menggunakan dua alat pengecekan, yaitu TrueMedia.org dan Google Lens.

TrueMedia.org adalah platform yang dirancang untuk membantu pengguna mendeteksi apakah suatu konten dihasilkan oleh kecerdasan buatan (AI). Platform ini menggunakan algoritma canggih untuk menganalisis berbagai aspek konten, seperti gaya bahasa, struktur kalimat, dan konsistensi data, guna menentukan kemungkinan konten tersebut dibuat oleh AI.

Langkah-langkah Menggunakan TrueMedia.org:

  1. Akses Situs Web: Kunjungi situs web TrueMedia.org.
  2. Masukkan Konten: Salin dan tempelkan teks, gambar, atau video yang ingin dianalisis ke dalam alat yang disediakan.
  3. Jalankan Analisis: Klik tombol “Analisis” untuk memulai proses pengecekan.
  4. Periksa Hasil: Tunggu beberapa saat hingga proses selesai. Hasil analisis akan memberikan persentase kemungkinan bahwa konten tersebut dihasilkan oleh AI.

Cara Menginterpretasi Hasil:

  • Persentase Tinggi: Jika hasil menunjukkan persentase tinggi (misalnya 80% atau lebih), kemungkinan besar konten tersebut dihasilkan oleh AI.
  • Persentase Rendah: Jika persentase rendah, konten mungkin tidak dibuat oleh AI, namun ada faktor lain yang mempengaruhi hasil analisis.
  • Hasil Tidak Pasti: Jika alat tidak dapat memberikan hasil yang pasti, itu bisa disebabkan oleh karakteristik konten yang unik atau karena keterbatasan algoritma deteksi.

Hasil dari analisis menggunakan TrueMedia.org menunjukkan Little evidence of manipulation, artinya tidak ada indikasi kuat bahwa konten tersebut dimanipulasi.

Selain itu, kami juga menggunakan Google Lens, sebuah fitur dari Google untuk memverifikasi gambar. Google Lens memungkinkan kita untuk mencari informasi lebih lanjut tentang gambar, seperti asal-usulnya, informasi terkait, atau produk serupa.

Cara Memverifikasi Gambar dengan Google Lens:

  1. Melalui Ponsel:
    • Buka aplikasi Google atau Google Photos.
    • Pilih gambar yang ingin diverifikasi dari galeri ponsel.
    • Klik ikon Google Lens (berbentuk lensa kamera).
    • Tunggu hasil penelusuran yang ditampilkan oleh Google Lens.

    Atau, Anda bisa langsung menggunakan kamera:

    • Buka aplikasi Google Lens.
    • Arahkan kamera ke gambar atau objek yang ingin Anda telusuri.
    • Tekan tombol shutter untuk mengambil gambar, lalu tunggu hasilnya.
  2. Melalui Komputer (Google Chrome):
    • Buka situs yang memuat gambar yang ingin diverifikasi.
    • Klik kanan pada gambar dan pilih opsi “Telusuri gambar dengan Google Lens”.
    • Atau, klik ikon kamera di bilah pencarian Google dan unggah gambar untuk mencari informasi terkait.

Hasil verifikasi menggunakan Google Lens menunjukkan bahwa Nukilan.id menemukan beberapa video yang identik, terutama di Instagram. Video-video tersebut mengandung berbagai konten serupa, mulai dari endorsement untuk calon kepala daerah lainnya, dukungan terhadap partai politik tertentu, hingga iklan lowongan pekerjaan. Temuan ini mengindikasikan bahwa video tersebut tersebar di berbagai platform dengan konten yang hampir sama.

Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa video ini diduga kuat merupakan hasil manipulasi AI.

Manipulasi dengan AI: Suara dan Video

Perlu diketahui bahwa, kecerdasan Buatan (AI) telah berkembang pesat hingga memungkinkan pembuatan konten yang sangat realistis namun sepenuhnya palsu. Kemajuan ini membuka peluang untuk manipulasi yang dapat berdampak besar pada individu, organisasi, hingga masyarakat secara keseluruhan. Berikut adalah beberapa bentuk manipulasi dengan AI yang semakin marak:

  1. Deepfake
    • Definisi: Deepfake adalah teknologi AI yang memungkinkan pengeditan video atau audio dengan tingkat realisme yang tinggi, sehingga tampak seolah-olah seseorang melakukan atau mengatakan sesuatu yang sebenarnya tidak pernah mereka lakukan.
    • Cara Kerja: AI dilatih dengan data wajah dan suara individu, kemudian digunakan untuk mengganti wajah atau suara asli dalam sebuah video dengan wajah atau suara orang lain.
    • Contoh:
      • Video politikus yang mengucapkan kata-kata kontroversial.
      • Video selebriti yang melakukan tindakan tidak senonoh.
      • Rekaman suara seseorang yang memberikan perintah palsu.
  2. Kloning Suara
    • Definisi: Kloning suara adalah teknologi AI yang mampu meniru suara seseorang dengan sangat akurat.
    • Cara Kerja: AI menganalisis sampel suara seseorang, lalu menghasilkan suara sintetis yang hampir tak bisa dibedakan dari suara aslinya.
    • Contoh:
      • Penipuan telepon yang meniru suara kerabat atau pejabat.
      • Pembuatan konten palsu yang seolah-olah diucapkan oleh tokoh terkenal.
  3. Manipulasi Video
    • Definisi: Selain deepfake, AI juga dapat digunakan untuk memanipulasi video dengan cara lain, seperti mengubah ekspresi wajah, latar belakang, atau bahkan menciptakan gerakan yang sebenarnya tidak pernah terjadi.
    • Contoh:
      • Video yang menunjukkan seseorang melakukan kekerasan padahal itu tidak pernah terjadi.
      • Video yang mengubah konteks suatu peristiwa, menciptakan kesan yang menyesatkan.

Teknologi-teknologi ini menunjukkan betapa pentingnya kesadaran dan kehati-hatian dalam mengonsumsi informasi di dunia digital, agar kita tidak mudah terjebak dalam manipulasi yang berpotensi merusak reputasi atau bahkan kepercayaan publik.

Penjelasan Pakar

Fenomena ini mengundang perhatian Destika Gilang, Koordinator Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) Wilayah Aceh. Dalam wawancara dengan Nukilan.id, Destika menyebutkan bahwa video tersebut kemungkinan besar hasil manipulasi teknologi, termasuk kecerdasan buatan (AI), yang digunakan untuk menyebarkan disinformasi.

“Kami telah memantau penyebaran hoaks yang meningkat menjelang Pilkada. Video-video seperti ini kerap diedit dengan teknologi canggih, sehingga sulit dibedakan dari konten asli,” ungkap Destika.

Menurutnya, platform media sosial seperti TikTok dan Instagram memperburuk situasi dengan menciptakan ruang gema yang memperkuat keyakinan tanpa verifikasi. “Generasi muda yang menjadi pengguna utama media sosial harus lebih kritis dalam mengonsumsi informasi. Jangan sampai terjebak dalam bias politik yang berujung pada polarisasi,” tambahnya.

Destika menekankan pentingnya kolaborasi antara berbagai pihak untuk mencegah penyebaran hoaks yang dapat memicu konflik selama Pilkada. Aparat kepolisian, penyelenggara pemilu, hingga masyarakat sipil harus bekerja sama menjaga kondusifitas demokrasi.

“Aparat kepolisian harus tegas terhadap pelaku penyebaran hoaks dan intimidasi. Penegakan hukum yang kuat menjadi kunci mencegah konflik. Selain itu, KIP dan Panwaslu harus menjalankan tugasnya secara independen dan profesional,” tegas Destika.

Ia juga mengingatkan pentingnya literasi digital bagi masyarakat untuk melawan disinformasi.

“Mafindo terus melakukan edukasi dan pengecekan fakta untuk meningkatkan kesadaran masyarakat. Pemilih harus cerdas memilih pemimpin berintegritas yang mampu membawa kemajuan bagi Aceh,” jelasnya.

Destika turut mendesak Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) untuk segera menurunkan konten hoaks dan ujaran kebencian di media sosial. Ia juga meminta polisi siber lebih proaktif dalam mendeteksi dan menangani kasus serupa.

“Teknologi pendeteksian sudah tersedia. Sekarang tinggal bagaimana mengoptimalkannya untuk kepentingan masyarakat,” imbuh Destika.

Di akhir wawancara, Destika mengajak masyarakat untuk menjaga kedamaian selama Pilkada.

“Pilkada adalah pesta demokrasi, bukan ajang untuk menyebar kebencian atau perpecahan. Pilihlah pemimpin yang memiliki gagasan dan visi untuk Aceh,” ujarnya.

Mafindo berkomitmen memantau dinamika politik Aceh jelang Pilkada 2024 dan memastikan bahwa demokrasi berjalan secara damai dan adil.

“Kita semua bertanggung jawab menjaga keharmonisan masyarakat. Jangan biarkan disinformasi menghancurkan apa yang telah kita bangun bersama,” pungkasnya.

Fenomena ini menjadi pengingat pentingnya kewaspadaan dalam mengolah informasi digital, terutama di tengah tensi politik yang kian memanas. (XRQ)

Reporter: Akil Rahmatillah

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img

Read more

Local News