NUKILAN.id | Palembang – Di tengah uji coba program makan siang gratis di SDN 166 Palembang, Sumatera Selatan, sebuah kisah haru mengemuka. Devi, seorang siswi kelas VI, memilih untuk tidak makan makanan yang diberikan kepadanya. Alih-alih menyantapnya, Devi membawa pulang makanan tersebut untuk diberikan kepada ibunya yang bekerja keras sebagai asisten rumah tangga (ART).
Saat teman-temannya sudah asyik menikmati makan siang, Devi duduk terdiam di mejanya. Seorang polisi wanita yang terlibat dalam pembagian makan siang itu, Yetty, mendekatinya dan bertanya mengapa ia tidak makan. Dengan mata berkaca-kaca, Devi menjawab, “Untuk mama.”
“Kenapa enggak dimakan, sayang?” tanya Yetty. Devi dengan lembut menjawab, “Untuk mama.” Ketika ditanya apakah ia tidak lapar, Devi dengan tegas mengatakan, “Enggak.”
Devi bercerita bahwa ayahnya telah meninggal dunia beberapa bulan lalu, dan ibunya bekerja sebagai ART untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari mereka. Devi pun berjalan kaki ke sekolah setiap hari, ditemani oleh kakaknya.
“Papa sudah meninggal. Mama ngepel di rumah orang,” kata Devi dengan suara lirih. Mendengar itu, Yetty dan teman-teman Devi yang berada di sekitar tidak dapat menahan haru.
Makan Siang yang Dibawa Pulang
Setelah pulang sekolah, Devi membawa empat kotak makan siang ke tempat ibunya bekerja. Suryati (50), ibu Devi, terkejut melihat anak bungsunya membawa pulang makanan tersebut.
“Waktu dia pulang ke tempat saya kerja, katanya, ‘Mamak, pulang ada nasi, sudah makan belum?’ Ada 4 kotak dia bawa dikasih ibu Polwan Polda,” kenang Suryati dengan mata berkaca-kaca.
Saat Suryati pulang kerja, ia dan Devi bersama-sama menyantap makan siang tersebut. Dua kotak sisanya dibagikan kepada kakak-kakak Devi yang sedang bekerja.
“Saya kaget waktu tahu dia rela tidak makan, dan malah membawa makanan itu untuk saya,” ujar Suryati, yang bekerja sebagai ART dengan upah Rp 700.000 per bulan.
Kisah Kehidupan yang Berat
Sejak suaminya meninggal dunia pada Juli 2023, Suryati berjuang untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Meskipun pendapatannya terbatas, ia berusaha keras agar anak-anaknya, terutama Devi, tetap bisa bersekolah dengan baik. Mereka tinggal di sebuah kontrakan yang disewa oleh anak sulungnya, dan Devi harus berjalan kaki selama 15 menit menuju sekolah setiap harinya.
Kepala Sekolah SDN 166 Palembang, Yumarsih, menyebut Devi sebagai siswa pendiam namun sangat tekun belajar. Devi bahkan pernah masuk dalam 10 besar di kelasnya. Yumarsih berharap program makan siang gratis dapat terus dilanjutkan karena sangat membantu siswa-siswa kurang mampu seperti Devi.
“Program ini sangat membantu, terutama bagi anak-anak yatim dan mereka yang tidak mampu. Semoga bisa berlanjut,” kata Yumarsih.
Dengan segala keterbatasan yang ada, sikap Devi yang penuh kasih sayang kepada ibunya menjadi bukti nyata ketabahan seorang anak yang rela berkorban demi orang yang ia cintai.
Editor: Akil