NUKILAN.id | Kutacane – Debat Publik Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kabupaten Aceh Tenggara yang berlangsung Rabu (13/11/2024) menjadi sorotan publik. Debat ini mempertemukan tiga pasangan calon bupati-wakil bupati yang diuji gagasan dan program kerjanya di hadapan panelis serta tokoh masyarakat.
Empat akademisi Universitas Malikussaleh (Unimal) dilibatkan sebagai panelis dalam debat yang digelar di Gedung DPRK Aceh Tenggara pada pukul 19.30 WIB. Mereka adalah Dr. Alfian, Dr. Ismadi, Teuku Kemal Fasya, M.Hum, dan Bobby Rahman, M.Si. Kehadiran para dosen tersebut menunjukkan peran strategis Unimal dalam mendukung demokrasi lokal.
Ketua tim perumus debat, Masri Amin, menyebutkan bahwa debat ini menjadi momentum penting untuk menilai komitmen dan kapabilitas para kandidat.
“Debat ini adalah ujian bagi para calon dalam menunjukkan visi, misi, dan solusi nyata atas isu-isu strategis di Aceh Tenggara,” kata Masri, Kamis (14/11/2024).
Tiga Subtema Krusial
Debat kali ini mengusung tiga subtema utama, yakni:
- Pembangunan infrastruktur, tata kelola pemerintahan, dan reformasi birokrasi.
- Pembangunan ekonomi, pengentasan kemiskinan, pengangguran, dan lingkungan hidup.
- Layanan pendidikan, kesehatan, kebudayaan, serta pencegahan narkoba.
Ketiga pasangan calon yang berkompetisi adalah Paslon 1 HM Salim Fakhry-Heri Al Hilal, Paslon 2 Raidin Pinim-Syahrizal, dan Paslon 3 Pandi Sikel-Khairul Abdi.
Dalam sesi debat, isu transparansi tata kelola pemerintahan dan pengentasan kemiskinan menjadi perhatian utama. Para panelis berupaya menggali jawaban konkret dari para kandidat terkait tantangan tersebut.
Sorotan Para Panelis
Teuku Kemal Fasya menyoroti pentingnya integrasi pembangunan ekonomi dengan pelestarian lingkungan.
“Aceh Tenggara memiliki potensi sumber daya alam yang besar. Namun, tanpa pengelolaan berkelanjutan, potensi ini bisa menjadi bumerang,” ujar Kemal.
Sementara itu, Dr. Ismadi menekankan tantangan di sektor pendidikan dan kesehatan yang kerap menjadi indikator kesejahteraan masyarakat. Ia mempertanyakan kesiapan para kandidat dalam memberikan solusi terhadap masalah tersebut.
Senada dengan itu, Dr. Alfian menilai debat ini sebagai ujian nyata bagi para kandidat.
“Masyarakat membutuhkan jawaban konkret, bukan sekadar janji politik. Panelis sudah menggali hal tersebut, tetapi kesiapan kandidat yang menentukan hasilnya,” katanya.
Peran Strategis Perguruan Tinggi
Keterlibatan dosen-dosen Unimal dalam debat ini mendapat apresiasi dari berbagai pihak. Mereka dianggap mampu memberikan perspektif berbasis data dan analisis kritis yang memperkuat kualitas debat.
“Pilkada bukan hanya tentang siapa yang menang, tetapi juga proses pembelajaran politik bagi semua pihak,” ujar Bobby Rahman di akhir debat.
Debat ini ditutup dengan harapan agar masyarakat Aceh Tenggara dapat menggunakan hak pilihnya secara bijak pada hari pencoblosan mendatang. Demokrasi yang sehat tidak hanya membutuhkan kandidat yang kompeten, tetapi juga pemilih yang kritis dan cerdas.
Editor: Akil