NUKILAN.id | Banda Aceh – Memasuki usia ke-112 tahun, Muhammadiyah terus diapresiasi atas perannya dalam menjaga kerukunan umat beragama dan seagama di berbagai wilayah, termasuk di Aceh. Sebagai salah satu organisasi keagamaan terbesar di Indonesia, Muhammadiyah dinilai mampu menghadirkan pendekatan moderat dan inklusif yang menjadi perekat di tengah keberagaman.
Menurut T. Aulia Rahman, kader Ikatan Pelajar Muhammadiyah Aceh, Muhammadiyah berkontribusi signifikan dalam menciptakan harmoni di Aceh yang memiliki dinamika keberagamaan cukup kompleks.
“Sebagai organisasi keagamaan yang moderat dan inklusif, Muhammadiyah mampu menetralisir sentimen-sentimen sektarian,” ujar Aulia saat diwawancarai Nukilan.id, Senin (18/11/2024).
Ia menjelaskan bahwa Muhammadiyah memiliki pendekatan yang terbuka terhadap berbagai kelompok keagamaan, termasuk Jamaah Tabliq, golongan Salafi Wahabi, kelompok Ikhwan, hingga Syiah.
“Kelompok-kelompok ini sering kali menghadapi potensi persekusi di wilayah yang cenderung didominasi ormas keagamaan konservatif,” tambahnya.
Tak hanya menjaga kerukunan antarumat seagama, Muhammadiyah juga berperan aktif dalam menjalin keharmonisan antarumat beragama. Kontribusi ini diwujudkan melalui amal usaha sosial dan lembaga pendidikan yang dimiliki Muhammadiyah di berbagai wilayah Aceh.
“Melalui lembaga pendidikan dan amal usaha sosialnya, Muhammadiyah menjadi ruang interaksi yang positif bagi seluruh elemen masyarakat, tanpa melihat perbedaan keyakinan,” tutup Aulia.
Peran Muhammadiyah dalam menjaga kerukunan ini juga tercermin dalam survei Litbang Kompas yang dirilis Senin (18/11/2024). Sebanyak 91 persen responden menilai Muhammadiyah memiliki kontribusi positif dalam pembangunan bangsa, dan 36,1 persen di antaranya menyebut peran organisasi ini sangat besar dalam menjaga harmoni umat beragama.
Dengan usia yang semakin matang, Muhammadiyah terus menunjukkan kiprah nyata dalam merawat keberagaman, sekaligus memperkuat fondasi persatuan bangsa. (XRQ)
Reporter: Akil Rahmatillah