NUKILAN.id | Banda Aceh – Jubir pasangan calon Gubernur-Wakil Gubernur Aceh nomor urut 2, Muhammad Shaleh, kembali mendapat kritik tajam dari Jubir pasangan calon nomor 1, Syakya Meirizal. Dalam sebuah pernyataan pada Sabtu, 2 November 2024, Syakya menilai tanggapan Shaleh terkait imbauan agar H. Muzakir Manaf (Mualem) mundur dari jabatan Waliyul Ahdi atau Wakil Wali Nanggroe dan Dewan Pengawas Badan Pengelola Migas Aceh (BPMA), sebagai bentuk “kegagalan memahami konteks”.
Menurut Syakya, Shaleh salah kaprah karena fokus pada regulasi dan prosedur, padahal pernyataan tersebut lebih mengedepankan aspek moralitas dan etika politik.
“Shaleh gagal memahami konteks pernyataan kami soal etika politik yang menuntut Mualem mundur dari jabatannya. Ini bukan soal aturan atau prosedur, tetapi soal moralitas dan kepantasan seorang pemimpin,” ujar Syakya, Sabtu.
Syakya menyebutkan bahwa Mualem yang saat ini menjabat dan menerima gaji dari dua posisi penting di pemerintahan dianggap tidak menunjukkan keteladanan. Menurutnya, hal ini menimbulkan pertanyaan di tengah masyarakat, terlebih jika dibandingkan dengan calon kepala daerah lainnya yang diharuskan mundur dari jabatan yang digaji negara.
“Seorang calon pemimpin harus bersikap patut dan pantas. Para kandidat lainnya sudah mengikuti aturan dengan mundur dari jabatan mereka yang digaji oleh negara. Lalu kenapa Mualem terlihat diberi keistimewaan?” kata Syakya.
Ia juga menggarisbawahi potensi konflik kepentingan dari jabatan Waliyul Ahdi yang berpotensi dimanfaatkan dalam Pilgub mendatang.
Syakya bahkan menyebut bahwa hubungan antara Waliyul Ahdi dengan Pj Sekda Aceh, Khatibul Wali, semakin memperkuat potensi adanya pemanfaatan kekuasaan untuk kepentingan politik tertentu.
“Hubungan ini menciptakan potensi pemanfaatan jabatan. Fakta ini tak bisa dipungkiri,” ungkapnya.
Dalam pernyataannya, Syakya tak segan menyindir Shaleh dengan analogi yang cukup tajam. Menurutnya, Shaleh seperti “radio tua yang sudah patah antenanya” karena dianggap gagal menangkap makna pernyataan Syakya dengan baik.
“Shaleh sudah berargumen dengan logika yang sesat, dan sayangnya malah mengelabui publik dengan cara ini,” tegas Syakya.
Ia juga menyamakan Shaleh dengan seorang striker gaek yang terlalu tergesa-gesa dalam menendang bola hingga arah tendangannya meleset jauh dari sasaran.
“Bang Shaleh seperti moto krok, yang penting sudok,” ujar Syakya menutup komentarnya sambil tertawa, menyindir Shaleh yang dianggapnya gegabah dalam berargumen.
Pernyataan Syakya ini memanaskan perdebatan antara kedua kubu, mengingat Pilkada Aceh semakin dekat dan persaingan antar kandidat kian sengit.
Editor: Akil