NUKILAN.id | Lhoksukon – Universitas Malikussaleh (Unimal) berperan aktif dalam penyusunan Profil Keanekaragaman Hayati (Kehati) Kabupaten Aceh Utara yang digelar di Aula Kantor Bupati Aceh Utara, Lhoksukon, Selasa (15/10/2024). Teuku Kemal Fasya, M.Hum, dosen sekaligus pakar kebudayaan dari Unimal, hadir sebagai pembicara dalam kegiatan ini.
Acara ini merupakan bagian dari Program Sustainable Environmental Governance Across Regions (SEGAR) yang didanai oleh Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID). Program tersebut bertujuan untuk merumuskan rancangan Peraturan Bupati Aceh Utara tentang Keanekaragaman Hayati, yang diharapkan menjadi pedoman dalam pelestarian lingkungan di daerah tersebut.
Turut hadir dalam kegiatan tersebut para rektor dari berbagai perguruan tinggi di Aceh Utara-Lhokseumawe, tim penyusun dokumen, camat se-Aceh Utara, pimpinan LSM, serta perwakilan dari Forum Mukim dan Forum Geuchik.
Dewa Gumay, Manajer Program USAID SEGAR, dalam sambutannya menekankan pentingnya pengelolaan keanekaragaman hayati di Aceh Utara. Ia juga menyoroti perubahan dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2024 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.
Perubahan ini, menurut Dewa, memberikan pengakuan terhadap wilayah-wilayah preservasi di luar kawasan konservasi yang sebelumnya tidak diatur oleh undang-undang.
“Dengan perubahan ini, ada kemajuan signifikan dalam pengelolaan keanekaragaman hayati di daerah seperti Aceh Utara. Ini memberikan peluang untuk memperkuat perlindungan lingkungan,” ujar Dewa.
Sementara itu, Fauzan, Asisten Sekretaris Daerah Kabupaten Aceh Utara, menyatakan bahwa penyusunan Profil Keanekaragaman Hayati ini adalah langkah konkret dalam mendukung pembangunan berkelanjutan.
“Dokumen ini disusun sebagai tindak lanjut dari Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan merujuk pada Undang-Undang No. 32 Tahun 2024 serta Undang-Undang No. 5 Tahun 1994. Diharapkan langkah ini dapat memperkuat pelestarian lingkungan di Aceh Utara,” jelas Fauzan.
Teuku Kemal Fasya, yang juga menjadi bagian dari tim penyusun Profil Kehati, menyatakan bahwa dokumen ini akan menjadi peta jalan pembangunan berkelanjutan di Aceh Utara.
“Saat ini, kondisi keanekaragaman hayati di Aceh Utara memang belum ideal, tetapi masih ada harapan untuk menyelamatkan biodiversitas yang tersisa di bumi Pasai ini,” ujarnya.
Penyusunan Profil Keanekaragaman Hayati ini diharapkan dapat memperkuat kesadaran publik dan mendorong kebijakan-kebijakan yang lebih ramah lingkungan di Aceh Utara.
Editor: Akil