NUKILAN.id | Tapaktuan – Sejak beberapa hari terakhir, ketenangan warga di Kluet Tengah, Aceh Selatan, terusik oleh kehadiran gajah liar yang turun dari hutan dan masuk ke pemukiman. Kehadiran hewan besar ini tidak hanya menimbulkan keresahan, tetapi juga merusak perkebunan warga yang menjadi sumber mata pencaharian utama mereka.
Lembaga Pariwisata dan Pecinta Alam Mahasiswa Islam (LEPPAMI) turut angkat bicara terkait situasi ini. Melalui pernyataan yang disampaikan oleh Tonicko Anggara, LEPPAMI mendesak Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh untuk segera mengambil tindakan. Menurut Tonicko, langkah cepat dari BKSDA sangat dibutuhkan agar konflik antara manusia dan satwa liar ini tidak berujung pada korban jiwa maupun kerugian ekonomi yang lebih besar.
“Satu minggu yang lalu, kami mengunjungi beberapa desa di Kluet Tengah dan mendengar langsung keluhan dari masyarakat. Gajah yang turun ke pemukiman ini tidak hanya mondar-mandir, tetapi juga merusak kebun-kebun warga. Kebun-kebun ini adalah sumber penghidupan mereka,” ujar Tonicko.
Tonicko menambahkan, masalah seperti ini sudah pernah terjadi sebelumnya dan bahkan menelan korban jiwa serta kerugian materi yang tidak sedikit. Karena itu, ia menegaskan bahwa BKSDA harus serius dan sigap dalam menangani kasus ini.
“Kami tidak ingin ada korban jiwa atau kerugian lebih lanjut seperti yang pernah terjadi di masa lalu. Pihak berwenang, dalam hal ini BKSDA, harus bertindak cepat dan serius. Jangan sampai masyarakat terus menjadi korban akibat lambannya penanganan,” tegasnya.
Masyarakat Kluet Tengah melalui LEPPAMI berharap BKSDA segera mengevakuasi gajah-gajah tersebut agar tidak lagi merusak kebun mereka. Kekhawatiran utama warga adalah terjadinya konflik yang lebih besar, termasuk kemungkinan adanya korban jiwa jika situasi ini tidak segera diatasi. Warga juga menegaskan pentingnya penanganan yang efektif untuk menghindari bencana serupa di masa depan.
Editor: Akil