NUKILAN.id | Lhokseumawe – Meskipun tinggal di tengah mayoritas Muslim di Kota Lhokseumawe, Provinsi Aceh, seorang mahasiswa asal Papua, Mair Yikwa, mengaku merasa nyaman dan tidak pernah mengalami tindakan rasisme atau diskriminasi lainnya.
Mahasiswa Universitas Malikussaleh (Unimal) Aceh Utara ini mengatakan bahwa teman-teman kuliahnya dan masyarakat Aceh sudah seperti saudara sendiri, meskipun berbeda keyakinan dan latar belakang.
“Teman kuliah saya dan juga masyarakat Aceh sudah seperti saudara sendiri walaupun berbeda keyakinan dan juga berbeda paras wajah,” ujar Mair pada Jumat, 19 Juli 2024.
Karena terkendala mahalnya harga tiket pesawat, Mair sudah tiga tahun tidak pulang ke Papua. Meski demikian, ia tetap merasa betah tinggal di Lhokseumawe berkat sambutan hangat dari warga setempat.
“Sudah tiga tahun nggak pulang, tapi tidak masalah karena sambutan hangat yang diberikan oleh warga Aceh menjadikan saya betah tinggal bersama kaum mayoritas Islam,” katanya.
Selain itu, Mair juga telah mengikuti Mata Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Gampong Bayu, Kecamatan Kuta Makmur, Kabupaten Aceh Utara. Di sana, ia kembali merasakan sambutan baik dari warga pedalaman.
Pengalaman ini membuat Mair semakin yakin bahwa perbedaan bukanlah penghalang untuk hidup berdampingan dan saling menghargai. Ia berharap kisahnya dapat menjadi inspirasi bagi banyak orang tentang pentingnya toleransi dan persaudaraan di tengah keberagaman.
Mair Yikwa adalah salah satu contoh nyata dari bagaimana keragaman budaya dan agama dapat berjalan harmonis di Indonesia. Kehangatan dan keterbukaan masyarakat Aceh telah membuktikan bahwa perbedaan justru bisa memperkaya dan mempererat persaudaraan.
Editor: Akil