NUKILAN.id | Banda Aceh – Menjelang Pilkada 2024, isu larangan perempuan memimpin kembali mencuat di tengah masyarakat. Kampanye hitam ini menyerukan untuk tidak memilih perempuan sebagai pemimpin, yang kian memanas dengan kembalinya Illiza Sa’aduddin Djamal mencalonkan diri sebagai Wali Kota Banda Aceh.
Terkait isu tersebut, Nukilan.id melakukan penelusuran mengenai tanggapan warga Kota Banda Aceh. Ammar, salah satu pemuda asli Banda Aceh, mengaku merasa aneh dengan isu tersebut. Menurutnya, dalam memilih pemimpin, visi, misi, dan komitmen dalam membangun kota harus menjadi fokus utama.
“Saya yakin masyarakat akan lebih memahami pentingnya visi dan komitmen yang jelas dalam memilih pemimpin,” ujar Ammar.
Ammar juga menyoroti bahwa isu ini sering dimanfaatkan sebagai senjata politik menjelang Pilkada. Ia yakin bahwa warga Banda Aceh kini semakin cerdas dalam menentukan pilihannya.
“Survei terbaru menunjukkan ada peningkatan kesadaran masyarakat terhadap isu-isu ini,” tambahnya.
Senada dengan Ammar, simpatisan Illiza yang enggan disebutkan namanya mengatakan bahwa Illiza akan menjadikan Banda Aceh sebagai kota kolaborasi dengan memanfaatkan potensi ekonomi besar dan menghidupkan kembali kolaborasi antar daerah, termasuk dengan Sabang dan Jantho (Basajan).
Penduduk Banda Aceh yang heterogen, khususnya generasi muda dengan inovasi produk lokal, menjadi fokus utama dalam agenda pembangunan Illiza ke depan.
Ia menyatakan bahwa setelah kepemimpinan Illiza pada tahun 2017 lalu, Kota Banda Aceh menghadapi sejumlah tantangan yang perlu diselesaikan, termasuk dalam tata kelola pemerintahan, pelayanan publik, dan implementasi syariat Islam.
“Saya yakin Bunda (Illiza) kembali mencalonkan dirinya untuk memperbaiki kondisi ibu kota provinsi Aceh yang perlu dibenahi kembali,” ujarnya.
Diketahui, Illiza baru-baru ini maju kembali sebagai anggota DPR RI Dapil Aceh 1 pada Pemilu 2024 dengan perolehan suara yang signifikan. Namun, sayangnya partai PPP tidak mencapai ambang batas parlemen.
Kini, Illiza sebagai anggota DPR RI hasil Pemilu 2019, dan telah memiliki pengalaman sebagai pemimpin di Banda Aceh. Pertama kali terpilih sebagai wakil wali kota pada Pilkada 2007 bersama pasangannya Mawardy Nurdin sebagai wali kota. Illiza kemudian dilantik menjadi Wali Kota Banda Aceh pada tahun 2014 setelah Mawardy meninggal dunia.
Sepanjang kepemimpinan Wali Kota Illiza, penegakan syariat Islam di Kota Banda Aceh cukup tegas dan penataan kota cukup baik. (XRQ)
Reporter: Akil Rahmatillah