NUKILAN.id | Banda Aceh – Kantor Wilayah (Kanwil) Direktorat Jenderal (Dirjen) Bea dan Cukai Aceh terus mendorong peningkatan ekspor impor di Serambi Mekkah, yang saat ini dinilai belum berjalan maksimal meski punya sarana berupa sejumlah pelabuhan yang tersebar di beberapa daerah di Aceh.
Kepala Kanwil Bea Cukai Aceh, Safuadi, mengungkapkan Aceh memiliki beberapa pelabuhan yang mendukung peningkatan ekspor-impor seperti Pelabuhan Malahayati di Aceh Besar, Pelabuhan Krueng Geukueh di Lhokseumawe, Pelabuhan Kuala Langsa di Kota Langsa, Pelabuhan Jetty di Meulaboh, hingga Pelabuhan Calang di Aceh Jaya.
“Bea Cukai tentu saja sangat mendukung dan terus mendorong agar aktivitas ekspor-impor di Aceh melalui beberapa pelabuhan ini berjalan maksimal. Khusus terkait ekspor, Aceh punya banyak komoditi unggulan yang bisa diandalkan dan sangat dibutuhkan oleh pasar internasional seperti minyak kelapa sawit mentah atau yang lebih dikenal dengan istilah CPO (Crude Palm Oil), Kopi, Cangkang dan Kernel Kelapa Sawit, Batu Bara, Pinang, Minyak Nilam, Coklat, dan lain sebagainya,” ujar Safuadi, dalam diskusi dengan pengurus Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) Aceh.
Sekedar informasi, Pengurus AMSI Aceh yang dipimpin langsung oleh Ketua Aryos Nivada melakukan kunjungan silaturahmi ke Kantor Kanwil Bea Cukai Aceh di Lueng Bata, Banda Aceh, pada Selasa (23/4/2024). Kunjungan Pengurus AMSI Aceh ini disambut langsung oleh Kepala Kanwil Bea Cukai Aceh, Safuadi dan jajarannya.
Setelah Aryos Nivada memperkenalkan terkait eksistensi AMSI Aceh, selanjutnya Safuadi menyampaikan banyak informasi dan hal-hal berkaitan dengan kepabeanan dan cukai, potensi ekonomi Aceh, perihal keberadaan sarana ekspor-impor (pelabuhan), komoditi unggulan dari Aceh yang bisa diekspor, hingga masalah peredaran rokok ilegal.
Dalam diskusi dengan Pengurus AMSI Aceh tersebut, Kepala Kanwil Bea Cukai Aceh meminta agar AMSI Aceh dan media massa lainnya lebih greget dalam mengangkat potensi-potensi perekonomian dan investasi serta mendorong pemangku kebijakan dan pemangku kepentingan yang dalam hal ini Pemerintah Aceh dan Pengusaha agar saling sinergi dalam membangun Aceh.
Menurut Safuadi, dengan tidak mengurangi rasa hormat ia melihat selama ini Pemerintah Aceh, Pengusaha atau Pebisnis, dan Akademisi seperti berjalan sendiri-sendiri. Dan menurut penilaiannya, hal inilah yang membuat perekonomian dan kesejahteraan masyarakat Aceh lamban.
“Aceh akan sulit berkembang dan maju kalau Pemerintah, Pengusaha, dan Akademisi berjalan sendiri-sendiri. Semua unsur ini harus saling bersinergi, mendukung satu sama lain. Akademisi memberi dukungan sesuai tupoksinya, Pemerintah memberi kemudahan perizinan dan membangun fasilitas infrastruktur disamping membuat kebijakan agar pertumbuhan ekonomi naik setiap tahunnya, sementara Pengusaha atau Pebisnis berpikir, bergerak, bagaimana membantu Pemerintah agar iklim investasi dan perekonomian tumbuh di lapangan,” ujar Safuadi.
“Kalau ketiga unsur ini saling sinergi saya yakin Aceh akan cepat berkembang dan maju, lapangan pekerjaan akan terbuka luas di banyak tempat dan aktivitas perekonomian di tengah-tengah masyarakat juga akan melejit. Jika ini yang terjadi maka otomatis pembangunan dan kesejahteraan Aceh akan tercapai, sehingga perekonomian Aceh tidak lagi berpangku tangan pada APBA yang disupport melalui Dana Otsus dan sumber dana transfer pusat lainnya,” ungkap Safuadi, seraya menekankan peran media sangat penting dalam hal ini.
Kepala Kanwil Bea Cukai Aceh tersebut meyakini jika investasi berjalan dengan baik, ekspor-impor berjalan lancar di Pelabuhan Langsa, Lhokseumawe, Krueng Raya, hingga Meulaboh, akan mempercepat pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat di Provinsi Aceh.
“Selama ini ada pertanyaan apa yang akan kita ekspor, punya banyak komoditi yang bisa jadi andalan Aceh untuk diekspor, kita punya CPO, cangkang sawit, kita punya batubara, punya kopi, pinang, coklat, dan lain-lain. Selama ini komoditi dari Aceh ini dibawa kemana, ke Medan kan? Lalu pengusaha di Medan bawa kemana, ya diekspor ke luar. Kemudian barang impor juga dipasok ke Aceh melalui Medan. Nah, kalau ekspor barang komoditi unggulan kita bisa langsung di Aceh dan impor juga langsung melalui pelabuhan di Aceh, maka yang menguntungkan adalah Aceh, kita tidak anti Sumatera Utara, tapi kita ingin bagaimana Aceh ini berkembang dan maju seperti mereka,” ujarnya.
Dalam hal ini, tegas Safuadi, Kanwil Bea Cukai Aceh siap dan akan terus melakukan pendampingan terkait perizinan ekspor-impor, dari sisi kepabeanan dan cukai.
“Bea Cukai, tegasnya lagi, berkomitmen mendorong pertumbuhan perekonomian Aceh, membantu memfasilitasi tentang prosedur perdagangan internasional dengan memastikan kelancaran arus barang yang masuk dan keluar dari Aceh,” demikian pungkas Safuadi.
Editor: Akil Rahmatillah