Menyusul, ada PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang juga merosot hingga 5,31% menjadi Rp 5.350 per saham. Penurunan tersebut pun semakin memperdalam penurunan saham bank yang dekat dengan wong cilik ini sejak awal tahun menjadi 6,55%.
Tak terkecuali, bank-bank papan tengah juga terpantau mengalami penurunan harga. Ambil contoh, PT Bank Mega Tbk (MEGA) dan PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) yang masing-masing merosot 1,46% dan 3,81%.
Vice President Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengungkapkan bahwa sektor perbankan tersengat sentimen negatif naiknya inflasi Amerika Serikat (AS). Kondisi tersebut pun mengurangi proyeksi penurunan suku bunga di tahun ini.
Tak hanya itu, Wawan melihat pelaku pasar juga merespons dengan naiknya yield US Treasury Bill 10 tahun hingga 4,6%. Kondisi itu merupakan level tertinggi di tahun ini yang merefleksikan harapan penurunan suku bunga berkurang.
“Krisis geopolitik antara Iran dan Israel juga menambah sentimen negatif yang memicu penguatan dolar AS karena adanya flight to safety,” ujar Wawan.
Wawan pun memprediksi sentimen negatif tersebut hanya akan bersifat jangka pendek menyengat saham-saham perbankan. Dengan catatan, kondisi geopolitik tidak memanas dan data inflasi AS untuk April tidak kembali meningkat.
Jika kondisi terbalik yang terjadi, Wawan melihat Bank Indonesia bisa saja justru akan menaikkan suku bunga untuk menjaga rupiah. Alhasil, koreksi bagi saham-saham perbankan bisa terjadi untuk jangka menengah.
“Tetapi dalam jangka panjang koreksi tetap menjadi kesempatan untuk berinvestasi yang lebih menarik,” ujar Wawan.