NUKILAN.id | Tapaktuan – Menjelang perayaan Idul Fitri, masyarakat di Aceh Selatan menghadapi tantangan serius akibat lonjakan harga daging yang signifikan. Dalam pembelian daging meugang, harga mencapai puncaknya, memberikan tekanan tambahan pada kantong konsumen.
Salah satu pembeli, Afrida, asal Langsa, mengungkapkan keheranannya atas kenaikan harga yang mencapai Rp. 200.000 per kilogram.
“Saya kaget, biasanya di tempat saya paling mahal Rp. 170.000 per kilo, tapi di sini sampai Rp. 200.000 per kilo,” ungkap Afrida kepada Nukilan.id, Selasa (9/4/2024).
Afrida, seorang pemudik berharap pihak terkait dapat mengambil langkah-langkah untuk menekan harga daging yang masih tinggi tersebut.
“Kita berharap kepada pihak terkait agar bisa menekan harga jual daging meugang. Ini menjadi beban bagi masyarakat kecil yang pendapatan ekonominya tidak menentu,” pinta Afrida.
Di tempat lain, di lapak daging kawasan simpang empat, Sumardi, juga menyampaikan hal yang sama. Ia mengungkapkan baru saja membeli daging sapi dengan harga Rp. 220.000 per kilogram.
“Saya baru saja beli sekilo dengan harga Rp. 220.000 per kilogram,” ujarnya dengan suara terbata-bata.
Namun, hingga berita ini disusun, pihak Pemerintah Kabupaten Aceh Selatan belum dapat memberikan konfirmasi resmi terkait masalah ini. Usaha media ini untuk menghubungi Kadis Peternakan terkendala karena nomor yang dihubungi tidak aktif.
Melonjaknya harga daging menjelang perayaan Idul Fitri di Aceh Selatan telah menimbulkan kekhawatiran dan keluhan dari masyarakat. Permintaan akan intervensi pemerintah untuk mengatasi kenaikan harga daging yang tidak terkendali semakin menguat. Dengan situasi yang terus berkembang, kekhawatiran akan beban ekonomi yang semakin berat bagi masyarakat kecil menjadi hal yang mendesak untuk diperhatikan.
Reporter: Akil Rahmatillah