Serba Serbi Meugang, Tradisi Unik Menyambut Ramadan di Aceh

Share

NUKILAN.id | Banda Aceh – Sebagai salah satu daerah yang mayoritas penduduknya adalah Muslim, Aceh memiliki banyak tradisi yang masih dilestarikan hingga kini. Salah satu tradisi itu adalah “meugang” atau juga dikenal dengan berbagai sebutan antara lain Makmeugang, Haghi Mamagang, Uroe Meugang atau Uroe Keuneukoh.

Di tengah pesatnya perkembangan zaman, tradisi-tradisi budaya tetap menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat. Salah satunya adalah tradisi Meugang atau Makmeugang, sebuah tradisi yang masih tetap dilestarikan di berbagai daerah di Aceh.

Ritual Makmeugang tidak hanya sekadar proses memotong dan memasak daging, tetapi juga menjadi momen untuk berkumpul, berbagi cerita, serta mempererat hubungan bersama keluarga tercinta. Hal ini menjadi bukti kekayaan budaya dan kebersamaan yang masih kental terasa di tengah modernisasi zaman.

Dalam tradisi meugang, peran pedagang daging sapi sangatlah vital. Kami telah berkesempatan untuk berbincang dengan dua pedagang daging sapi segar terkemuka di Pasar Tradisional di Banda Aceh. Mereka berbagi pengalaman dan pandangan mereka terhadap tradisi yang telah menjadi bagian dari kehidupan mereka.

Ahmadun, salah seorang pedagang daging sapi di pasar peuniti mengatakan, meugang adalah momen yang dinantikan oleh masyarakat Aceh setiap tahunnya. Sebagai pedagang daging, dirinya mengaku tidak pernah absen berjualan ketika hari meugang tiba.

“kami berusaha menyediakan daging sapi segar setiap meugang, karena kami tahu pentingnya momen ini bagi masyarakat Aceh,” ujarnya kepada Nukilan, Minggu, (10/3/2024).

Sementara itu, Amin, pedangang daging sapi lainnya menambahkan, dirinya merasa bangga bisa menjadi bagian dari tradisi yang telah turun-temurun ini. Melihat senyum bahagia para pembeli ketika mendapatkan daging yang mereka inginkan untuk meugang adalah kepuasan tersendiri bagi baginya.

“Pembeli senang, kita juga ikut senang juga,” kata Amin.

Tidak hanya para pedagang, peran pembeli juga tak kalah penting dalam menjaga keberlangsungan tradisi ini. Dua pembeli setia, Ali dan Ibu Fitri, dengan antusias menceritakan pengalaman mereka dalam menyambut datangnya hari meugang.

Menurut Ali, meugang adalah salah satu momen yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat Aceh setiap tahunnya. Ini adalah kesempatan untuk berkumpul bersama keluarga besar, menikmati hidangan yang lezat.

“Ini tentunya menjadi momen bagi setiap keluarga untuk berkumpul dan menyantap hidangan bersama,” ujar Ali,

Sedangkan Fitri menekankan, baginya meugang bukan hanya sekadar acara, tetapi juga merupakan warisan budaya yang harus dilestarikan.

“Kita harus tetap mempertahankan tradisi ini agar dapat diwariskan kepada generasi mendatang,” ujar Fitri.

Dengan semangat kebersamaan dan kecintaan terhadap budaya, tradisi meugang terus menggeliat di Aceh. Meskipun zaman terus berubah, kekayaan budaya ini tetap menjadi salah satu bagian yang tak tergantikan dari identitas masyarakat Aceh.

Reporter: Akil Rahmatillah

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img

Read more

Local News