Nukilan.id – Selain pandemi Covid-19, cuaca buruk juga menimbulkan dampak bagi banyak pedagang. Termasuk Ruli, salah seorang pedagang yang menjual Jambu Madu di kawasan Jl. T. Panglima Nyak Makam, Kuta Baru, Kecamatan Kuta Alam, Banda Aceh.
“Sudah beberapa hari cuaca buruk, sering hujan, di tambah lagi kondisi Covid-19. Sehingga berkurangnya pelanggan yang membeli Jambu Madu,” kata Ruli saat diwawancarai Nukilan.id, Jum’at (2/4/2021).
Ruli menjelaskan bahwa, pada saat cuaca normal, biasanya membawa 3 kardus (90 kg) Jambu Madu, namun disaat cuaca buruk seperti ini ia hanya membawa 1 kardus (30 kg) Jambu Madu, jadi berkurang 60kg atau 2 kardus sehari.
“Usaha Jambu Madu hasil sering diluar perkiraan, penghasilan tak menentu. Kadang sewaktu-waktu sering nombok untuk menutupi modal yang kami gunakan untuk usaha,” ungkapnya.
Ia juga menyebutkan, Harga jual Jambu Madu 20.000-25.000 rupiah/kg, dalam 1 kardus bisa mendapatkan keuntungan kurang lebih 300.000 rupiah.
“Kalau Jambu Madu itu laku semua dalam 1 kardus, kita mendapatkan labs 300.000 rupiah. Tapi, sering juga barang tidak habis kami bawa pulang kembali,” ungkapnya.
Namun, lanjutnya – berbeda pada saat cuaca normal, keuntungan yang ia dapatkan bisa tembus 500.000-600.000 rupiah/hari.
“Kalau dalam keadaan cuaca normal bisa sampai tembus 500 sampai 600 ratus ribu laba per hari,” tambahnya.
Ruli menjelaskan, masa simpan Jambu Madu juga terbatas. Lebih dari 3 hari Jambu mulai membusuk.
“Apalagi cuaca kurang membaik, karena Jambu dikategorikan tumbuhan organik, cepat membusuk,” ujarnya lagi.
Menurut Ruli, sekarang berjualan bukan hanya menunggu ditempat. Oleh karena itu, ia memanfaatkan media sosial sebagai lapak untuk berjualan Jambu Madu secara online.
“Kita jual online Jambu Madu, biasanya yang pesan pihak Hotel dan intansi-intansi yang ada di Aceh,” ujar Ruli, yang setiap hari berjualan di depan kantor Dinas Pertanian Tanaman Pangan Aceh.
Selain itu, warga Ulee Kareng asal Binjei ini juga mengaku bahwa, Jambu Madu yang dijualnya itu, dipesan langsung dari stabat, kabupaten Langkat, Sumatera Utara (Sumut).
Sementara itu, Ruli juga menceritakan bahwa, dirinya dan keluarga kurang lebih sudah 7 (tujuh) tahun bergelut di bidang usaha Jambu Madu.
“Alhamdulilah sekarang sudah mempunyai kebun Jambu Madu sendiri di Binjei, sebanyak 1.400 batang Jambu Madu,” kata Ruli.
Ia menjelaskan, sistem penanaman Jambu Madu yang ditanam menggunakan pot ataupun polibet
“Kalau langsung di tanah kadar airnya terlalu tinggi, Jambu jadi hambar, Kalau dipot terasa manis,” jelas Ruli.
Ruli juga menceritakan bahwa, ia pernah mencoba menanam Jambu Madu di Aceh, yaitu di Jantho dan Blangbintang. Namun, buah Jambu Madunya tidak pernah selamat.
“Kalau di Jantho buah Jambu Madu sering dimangsa monyet, di blangbintang kebanyakan landak,” kata Ruli.[Irfan]