Nukilan.id – Sejak Rabu, 17 Maret 2021, tagar bertuliskan Stop Asia Hate menjadi trending di Indonesia. Respon ini muncul karena meningkatnya rasisme anti Asia di negeri Paman Sam tersebut.
Di sejumlah wilayah di Amerika Serikat (AS), kekerasan dan tindakan kriminal terhadap warga asia memang mengalami peningkatan, ini terjadi di sepanjang tahun 2020 bahkan lonjakannya mencapai 1.900%.
Bentuk kasusnya pun beragam, mulai dari yang diludahi, hingga pelecehan secara verbal dan penyerangan fisik.
Baca juga: Ketua DPD RI: Stop Kekerasan Terhadap Jurnalis!
PBB pada akhir tahun lalu menyatakan adanya laporan yang pada berada pada tingkat mengkhawatirkan akan kasus tersebut. Begitu juga gugus tugas kejahatan rasial di New York menyelidiki setidaknya 27 insiden. Jumlah tersebut meningkat sembilan kali lipat dibanding tahun 2019.
Bahkan di California tepatnya Oakland, polisi setempat bahkan menambahkan patroli dan mendirikan pos komando di Chinatown. Begitu juga yang disampaikan oleh kelompok advokasi stop AAPI Hate yang dibentuk sejak tahun 2020.
Di mana telah didapatkan laporan sebanyak 2800 insiden kebencian secara nasional kepada masyarakat Asia-Amerika. Stop AAPI Hate sendiri memang dibentuk untuk menanggapi kekerasan rasial akibat pandemi Covid-19 di negara tersebut.
Baca juga: Menlu RI: Hentikan Kekerasan di Myanmar
Bahkan sejak awal pandemi pun, mereka sudah menyiapkan alat pelaporan yang bisa diakses secara online dan mandiri. Jadi memang benar adanya bahwa meningkatkan jumlah kekerasan tersebut ketika virus masuk ke Amerika Serikat.
Di mana retorika ini sebenarnya berawal dari Donald Trump (mantan Presiden Amerika Serikat) yang sering kali menyebutkan pada terjadinya pandemi ini karena Virus China atau Kung Flu. Disampaikan pula oleh co founder Stop AAPI Hate, Russel Jeung, bahwa memang ada korelasi yang jelas antara komentar yang diucapkan Trump.
Para pembela hak-hak sipil mengatakan peningkatan itu tampaknya terkait dengan orang-orang Asia dan Asia-Amerika yang disalahkan atas pandemi, yang pertama kali dilaporkan muncul di China.
Dan lonjakan kejahatan rasial ini pun telah diperingkatkan oleh FBI, di awal-awal wabah datang.
Baca juga: KJRI New York Imbau WNI Melapor Jika Alami Kekerasan Bermotif Ras
Mantan Presiden Donald Trump menyebut virus corona jenis baru sebagai “virus China”, “wabah China”, dan bahkan “kung flu”.
Sehingga muncul istilah virus Cina dan menimbulkan rasa benci yang menyebar secara mudah di media sosial.Kejahatan rasial terhadap warga Asia-Amerika di 16 kota besar AS naik 149 persen dari 2019 hingga 2020 periode ketika kejahatan rasial secara keseluruhan turun tujuh persen.
Lantas alasan apa lagi yang membuat tagar Stop Asian Hate mencuat lagi hari ini. Hal ini dikarenakan telah terjadinya penembakan secara brutal di Atlanta, Georgia, Amerika Serikat di tiga panti pijat yang berbeda pada hari Selasa, 16 Maret 2021.
Pertumpahan darah dimulai pada Selasa malam. Pada malam itu, empat orang tewas dan satu lagi terluka di Young’s Asian Massage di Cherokee County, kata Baker. Dua perempuan Asia termasuk di antara yang tewas di sana, juga seorang perempuan kulit putih dan seorang pria kulit putih, kata Baker. Seorang pria Hispanik menjadi korban luka.
Di Atlanta, polisi yang sedang menangani laporan perampokan tiba satu jam kemudian di salon kecantikan Gold Spa dan di tempat itu menemukan tiga perempuan tewas ditembak, kata Kepala Kepolisian Rodney Bryant kepada para wartawan. Petugas kemudian dipanggil ke spa lainnya di seberang jalan. Di spa itu, satu perempuan ditemukan tewas karena tembakan, kata Bryant.
Keempat perempuan yang terbunuh di Atlanta adalah orang keturunan Asia. Presiden AS Joe Biden mengatakan ia mendapat pengarahan dari Jaksa Agung AS dan Direktur FBI tentang penembakan tersebut.
“Pertanyaan soal motivasi tersebut masih harus dijawab,” kata Biden kepada wartawan di Gedung Putih.
“Tapi apa pun motivasinya di sini, saya tahu bahwa masyarakat Asia-Amerika sangat khawatir.” ujar Bidden, seperti dikutip Hallobogor.com dari Antara.
Tindakan brutal itu menewaskan delapan orang dan enam korban merupakan perempuan Asia dan ini bertepatan dengan lonjakan kekerasan yang marak beberapa waktu ini. [hallobogor.com]