Nukilan.id – Pejabat Bupati Aceh Barat Daya (Abdya), Darmansah, mendeklarasikan Gerakan Ibu Asuh, pada Selasa, 3 Januari 2023 di Kota Blangpidie. Inovasi percepatan penurunan stunting di kabupaten ini merupakan program dari Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) dan Dharma Wanita Persatuan (DWP) setempat.
Turut hadir pada pencanangan Gerakan Ibu Asuh tersebut, Kepala Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Nasional (BKKBN) Aceh, Sahidal Kastri, Ketua TP PKK Kabupaten Abdya, Zulhijjah Darmansah dan sejumlah kepala dinas.
Dalam sambutannya, Pj Bupati Abdya, Darmansah, mengatakan, program Gerakan Ibu Asuh ini merupakan salah satu support sistem yang sangat baik untuk kabupaten ini di dalam mengentaskan Stunting.
Selanjutnya, Darmansah mengatakan, belum tuntas masalah stunting, kini ditemukan kasus polio di Aceh. Menurutnya keduanya ini menjadi momok yang sangat menakutkan bagi Pemerintah Kabupaten Abdya. Untuk itu ia berharap gerakan ini bisa masif diseluruh Abdya hingga mencapai 500 Ibu Asuh dan angka stunting Abdya turun dengan drastis.
Disebutkan, penurunan angka stunting ini merupakan amanah nasional bagi Pj. Bupati yang dilantik diseluruh Indonesia sehingga menjadi program prioritas.
“Ada agenda besar yang kita keroyok bersama sama, tentumya kita berharap Gerakan Ibu Asuh ini dapat menyebar kepada semua kalangan. Upaya pencegahan dan percepatan penurunan stunting adalah tanggungjawab kita bersama,” ujar Darmansah.
Lanjutnya, tidak saja pihak Pemerintah, unsur masyarakat lainya pun, menurutnya bisa mengambil peran masing-masing dalam hal penanganan stunting di Abdya. Selain itu, ia juga meminta kepada masyarakat agar memahami hal dasar bahwa penting untuk menumbuhkan kesadaran dan pemahaman tentang pola asuh anak yang tepat.
Menurutnya lagi, dengan memperhatikan asupan gizi makanan di dalam keluarga, pemberian Air Susu Ibu, dan pengecekan kesehatan secara berkala, baik di Puskesmas maupun Posyandu, serta imunisasi, sangat penting upaya ini dilakukan agar kasus stunting di Aceh Barat Daya berkurang.
Hasil Survei Status Gizi Indonesia tahun 2021 diketahui Aceh berada pada urutan ketiga secara nasional dengan prevalensi stunting sebesar 33,2 persen. Sementara itu angka stunting di Aceh masih berada di atas 30 persen atau masuk dalam 10 besar daerah dengan angka stunting tertinggi di Indonesia.
Kepala Perwakilan BKKBN Aceh menyebutkan sementara itu Kabupaten Abdya berada diposisi ke-10 tingkat kabupaten/kota dengan pravelensi stunting mencapai 33,2%. Artinya, dari 100 anak di Abdya, 33 anak di antaranya mengalami stunting.
Ditingkat kabupaten/kota di Aceh, sebut Sahidal lagi, kasus tertinggi stunting di Gayo Lues sebesar 42,9 %, Subulussalam 41,8 %, Bener Meriah 40,0 %, Pidie 39,3 %, Aceh Utara 38,8 %, Aceh Timur 38,2 Â %, Aceh Tengah 34,3 %, Aceh Tenggara 34,1 %, dan Aceh Jaya 33,7 %.
“Pemerintah menggiatkan orangtua asuh bagi anak stunting. Hari ini di Abdya, Pj. Bupati mendeklarasikan Gerakan Ibu Asuh yang merupakan program dari PKK dan Dharma Wanita, hal ini guna mendukung percepatan penurunan stunting. Saya mengajak masyarakat di Abdya berperan mendukung gerakan ini. Penanganan stunting tidak bisa sendiri-sendiri, tetapi harus sinergi dengan semua pemangku kepentingan. Sebab ini terkait erat dengan sumber daya manusia yang berdaya saing,” kata Sahidal.
Stunting, kata Sahidal Kastri, bukanlah penyakit. Stunting adalah pertumbuhan anak yang tidak semestinya, di mana anak mengalami pertumbuhan yang pendek. Stunting juga memengaruhi kecerdasan anak. Anak yang mengalami stunting, kecerdasannya lebih rendah.
“Sekarang ini yang menjadi persoalan penanganan stunting di Acej belum berjalan optimal. Namun, kami terus memperkuat sinergisitas agar pencegahan stunting bisa lebih maksimal,” kata Sahidal Kastri.
Menurut Sahidal Kastri, penanganan stunting tidak hanya mengurusi masalah kesehatan. Akan tetapi juga persoalan sanitasi lingkungan, masalah air bersih, termasuk masalah pendewasaan usia perkawina, dan lainnya.
“Banyak pemangku kepentingan terlibat menangani stunting. Di antaranya pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten kota, dan lainnya,” kata Sahidal Kastri.
Selain itu Kaper juga menegaskan pentingnya kualitas data. Kalau setiap orang bisa menangani satu anak stunting, ini akan ikut berkontribusi selesaikan kasus stunting di Abdya.
Ketua Tim Penggerak PKK Abdya Zulhijjah Darmansah mengatakan, anak stunting di Aceh Barat Daya mencapai 1.042 orang. Jumlah itu tersebar di 13 Pukesmas di sembilan kecamatan dan 152 gampong (desa) di Abdya.
Ketua PKK Abdya menyebutkan ada sebanyak 73 anak stunting dalam kondisi mendesak yang harus segera ditangani. Salah satu caranya adalah Gerakan Ibu Asuh. Program dari PKK dan DW ini dengan memberi uang tunai sebesar Rp300 ribu per anak selama tiga bulan. Uang itu diberikan kepada Tim Gizi Dinas Kesehatan.
“Uang tersebut untuk membeli tambahan gizi kepada anak stunting Progarm ini bukan saja memberi tambahan gizi, tetapi juga melakukan pemeriksaan rutin kepada anak stunting di rumah sakit selama tiga bulan, sejak Januari hingga Maret. Kita berharap program ini untuk merubah dari anak stunting menjadi anak yang sehat,” harapnya. []