Nukilan.id – Kepala Perwakilan Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasioan (BKKBN) Aceh, Drs Sahidal Kastri MPD, berharap Tim Pendamping Keluarga (TPK) yang telah terbentuk dan diberi SK untuk bekerja keras supaya angka stunting di Naga Raya turun.
“TPK di Nagan Raya harus bekerja keras, sebab TPK yang telah diberi SK diharapkan angka stunting didaerah tugasnya turun dan mengetahui permasalahan yang muncul sehingga terjadi stunting,” kata Sahidal, Selasa, 13 Desember 2022.
Hal itu dikemukakan saat membuka diskusi panel manajemen kasus stunting tingkat kabupaten/kota di Nagan Raya, yang diikuti sebanyak 50 peserta dari berbagai unsur seperti bidan, kepala Puskesmas, kepala desa, PKB, PLKB dan sejumlah aparatur desa.
Sahidal mengatakan, permasalahan stunting bukan hanya tugas BKKBN, tetapi segala lintas sektor lain, sehingga perlu kerjasama yang baik termasuk TPK yang sudah dibentuk mulai tingkat provinsi hingga sampai tingkat gampong.
Sebab, kata Sahidal, penangganan stunting di mulai dari hulu (desa/gampong), dimana setiap hari di hulu terjadi pernikahan dan jika TPK dan lintas sektor tidak bekerja, akan muncul kasus stunting baru. Namun, jika bekerjasama dengan lintas sektor itu ada, kasus stunting dapat dicegah.
Begitu juga dengan diskusi ini, yang nara sumbernya berasal dari lintas sektor akan diketahui permasalahan yang muncul sehingga tidaj terjadinya kasus stunting dikemudian hari.
Banyak hal yang dibicarakan pada diskusi itu, dan kita berharap ada ditemukan suatu hasil yang baik, sehingga memudahkan dalam penyusunan RTL untuk menentukan kebijakan pemerintah di tahun 2023,” kata Sahidal.
Sebelumnya, Ns Helmi, Kabid Dalduk pada Dinas Pemberdayaan Masyarakat Gampong, Pengendali Penduduk dan Pemberdayaan Perempuan (DPMGP4) menyampaikan diskusi panel manajemen kasus stunting tingkat kabupaten/kota di Nagan Raya, yang diikuti sebanyak 50 dengan narasumber berasal di BKKBN Aceh, Bappeda Nagan Raya, DPMGP4 Nagan Raya, rumah sakit dan Dinkes Nagan Raya.
Ia mengatakan, saat ini Nagan Raya menduduki posisi diurutan 11 tingkat provinsi dengan angka stunting 32,5 persen. Dan dari data 2022 diperoleh jumlah keluarga beresiko stunting sebanyak 16.368, bayi berusia dibawah dua tahun berjulmlah 2.794 orang dengan menderita stunting sebanyak 187 orang.
“Penyebab kasus stunting, hampir 60 persen ditemukan sanitasi yang belum layak dan baik, selain permasalaha gizi dan asupan asi yang kurang,” rilis Humas BKKBN Aceh