Oleh: Yusri Kasim
Ketahanan pangan dan hortikultura tentu sangat penting untuk kesejahteraan masyarakat dan juga untuk menjaga stabilitas ekonomi dan nasional. Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi setiap saat serta memiliki arti dan peran yang sangat penting bagi kehidupan suatu bangsa.
Jika ketersediaan pangan lebih kecil daripada kebutuhannya, maka bisa menciptakan ketidakstabilan ekonomi yang pada akhirnya bisa memunculkan berbagai gejolak sosial dan politik. Bahkan, kondisi pangan yang kritis juga bisa membahayakan stabilitas ekonomi dan juga stabilitas nasional.
Contohnya, ketika beras yang merupakan makanan pokok utama mengalami kenaikan harga saat krisis ekonomi 1997/1998 yang berkembang menjadi krisis multidimensi telah memicu kerawanan sosial yang membahayakan stabilitas ekonomi dan nasional.
Ketahanan Pangan dan Hortikultura
Pangan merupakan segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, perikanan, kehutanan, peternakan, air, dan perairan. Baik diolah maupun tidak yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi manusia. Termasuk bahan baku pangan, bahan tambahan pangan, dan bahan lainnya yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, atau pembuatan makanan atau minuman.
Pangan dikelompokkan menjadi 2 yaitu pangan nabati dan pangan hewani. Pangan nabati seperti beras, jagung, kedelai, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, sayuran, buah, minyak goreng, dan gula putih. Kemudian pangan hewani berasal dari hewan seperti daging sapi dan kerbau, daging ayam, ikan, telur, dan juga susu.
Ketahanan pangan dan hortikultura tentunya sangat penting, apalagi semakin tahun, masyarakat di Indonesia semakin banyak sehingga bertambah pula kebutuhan akan pangan. Pertumbuhan masyarakat tersebut tentunya juga harus diiringi dengan pertumbuhan kesediaan pangan agar masyarakat bisa tetap mendapatkan makanan dengan mudah.
Sementara itu, hortikultura adalah budidaya tanaman kebun, diambil dari kata hortus yang dalam bahasa Yunani berarti tanaman kebun dan cultura yang berarti budidaya. Lebih luasnya lagi istilah hortikultura mengacu pada budidaya tanaman kebun menggunakan teknik modern meliputi beberapa cakupan kerja.
Cakupannya seperti pembenihan, pembibitan, kultur jaringan, pemberantasan hama dan penyakit, pemanenan, pengemasan, hingga akhirnya didistribusikan secara massal. Jenis komoditas hortikultura terbagi menjadi 4 jenis, yaitu tanaman sayur seperti bayam, kangkung, wortel, kol, bawang, dan lainnya.
Tanaman buah seperti pisang, mangga, melon, rambutan, belimbing, apel, dan lainnya. Selain sayur dan buah, tanaman hias atau bunga juga termasuk tanaman hortikultura. Seperti mawar, melati, krisan, dahlia, gladiol, lili, dan sebagainya. Terakhir yaitu tanaman obat atau tumbuhan herbal seperti lengkuas, kunyit, jahe, temulawak, kayu manis, dan masih banyak lagi.
Budidaya hortikultura biasanya dilakukan dalam skala besar yaitu untuk memenuhi permintaan pasar. Dengan begitu maka hortikultura ikut berperan dalam penyediaan pangan masyarakat, menunjang perekonomian terutama para petani, meningkatkan kesehatan, serta memuat fungsi sosial budaya.
Strategi dalam Ketersediaan Benih dan Kemandirian Benih
Untuk mencapai ketahanan pangan dan hortikultura, tentu membutuhkan ketersediaan dan kemandirian benih. Sebab benih merupakan salah satu faktor penentu hasil panen yang tinggi. Terjangkaunya ketersediaan benih, ketepatan jenis dan varietas yang sesuai dengan kebutuhan pasar, serta harga yang terjangkau tentu mampu memberikan hasil akhir pada kualitas dan kuantitas yang bagus.
Kemudian kemandirian benih dapat diartikan sebagai terpenuhinya kebutuhan benih secara mandiri dalam negeri maupun daerah. Artinya daerah mampu menyediakan benih sendiri untuk kebutuhan para petaninya. Dengan kemandirian benih ini tentunya bisa memberdayakan petani sekitar dan menjadi peluang usaha bagi produsen benih.
Untuk mencapai ketersediaan dan kemandirian benih yang bermutu dan berkualitas tentunya juga diperlukan strategi yang pas. Sebab untuk mencapainya memanglah tidak semudah yang dibayangkan. Salah satu strategi yang bisa diterapkan yaitu dengan pembinaan petani, sebab benih yang bermutu tentu datangnya juga dari petani.
Pembinaan tersebut pun beragam, mulai dari pengenalan bagaimana benih yang bagus serta bagaimana cara menciptakannya hingga mengenalkan berbagai teknologi pertanian. Petani tentu harus diarahkan supaya bisa menghasilkan benih berkualitas. Mulai dari pemilihan benih, persiapan lahan, proses penanaman, pupuk, perawatan hingga pemanenan.
Jika petani bisa memahaminya dengan benar dan tepat tentu ketersediaan dan kemandirian benih akan tercapai. Seiring perkembangan zaman teknologi pertanian juga kian canggih. Hal tersebut pun pastinya memberikan dampak positif bagi para petani sebab bisa meningkatkan kemudahan dalam penanaman, perawatan hingga panen.
Contoh teknologinya yaitu seperti adanya mesin pemilah bibit unggul yang bisa menentukan bibit mana yang bisa menghasilkan tumbuhan terbaik. Lalu terdapat transplanter yang membantu untuk memberikan jarak yang pas antar padi yang ditanam sehingga tanaman bisa tumbuh dan menghasilkan benih yang baik.
Dengan strategi ketersediaan dan kemandirian benih yang tepat tentu setiap daerah juga bisa mencapainya. Dengan begitu maka pangan dan hortikultura yang dihasilkan berkualitas serta mencukupi kebutuhan masyarakat. Ketahanan pangan dan hortikultura pun akan tetap terjaga.(Adv)
Penulis: Yusri Kasim, Anggota Badan Cadangan Logistik Strategis (BCLS) Kajian Lingkungan hidup strategis (KLHS) Kementerian Pertahanan 2021