9 Kampung Unik Yang Ada di Indonesia

Share

Nukilan.id – Banyak hal menarik yang tersebar luas di wilayah Indonesia, salah satunya adalah tentang kampung yang unik.

Pada umumnya, kampung-kampung ini tidak terlalu jauh berbeda dengan kampung lainnya. Hanya saja ada ciri khas yang muncul sehingga kampung ini disebut sebagai kampung unik.

Penasaran seperti apa saja keunikan kampung-kampung berikut ini? simak satu per satu rangkuman kami.

1. Kampung Warna Warni Jodipan, Malang

Kampung Warna Warni Malang atau yang dikenal juga dengan nama Kampung Jodipan ini adalah hasil tangan dingin dari sejumlah mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang yang menamakan dirinya guyspro.

Mereka menyulap kampung kumuh ini serupa Desa Riomaggiore dan Desa Burano di Italia, Bo-Kaap di Afrika Selatan, Rainbow Family Village di Taiwan atau paling tidak semirip Favela Santa Maria yang ada di Rio De Janerio, Brazil.

Proyek ini dilakukan mulai pada Juni 2016. Inisiatif mahasiswa tersebut ternyata mengundang tangan-tangan kreatif lainnya untuk membantu seperti Komunitas mural lokal Malang, TNI dan Polisi.

Tak tanggung-tanggung, mereka bahu-membahu mengecat sebanyak 91 rumah di tiga RT yang terletak pada RW 02, Kec. Blimbing, Kota Malang.

Alhasil Kampung ini menjadi percontohan cikal bakal berdirinya 24 kampung tematik lainnya di Kota Malang. Mulai Kampung Tridi, Kampung Arema, Kampung Budaya Polowijen, hingga Kampung Kajoetangan Heritage Kota Malang.

2. Kampung Madras, Little India-nya Medan

Kampung Madras adalah kampung unik di Medan yang biasa juga disebut Kampung Keling karena mayoritas penduduknya berasal keturunan India khususnya etnis Tamil.

Awalnya orang-orang Tamil ini datang ke Medan sekitar abad ke-19 untuk menjadi pekerja di industri perkebunan, salah satunya perkebunan tembakau.

Mereka kemudian mendirikan sebuah pemukiman dan menetap di Kota Medan dan seiring waktu akhirnya mereka memiliki hubungan sosial dengan masyarakat Batak dan terjadilah akulturasi.

Terdapat sebuah tempat ibadah umat hindu bernama Kuil Shri Mariamman yang menjadi ikon khas Kampung Madras. Kuil tersebut kerap dipenuhi warga etnis India Tamil saat sedang beribadah atau pada acara besar tertentu.

Sekarang, Kampung Madras tidak hanya diisi oleh orang-orang India saja. Namun terdapat orang-orang dari berbagai daerah seperti Cina, Suku Aceh, Suku Jawa, dan Melayu.

3. Kampung Kembar, Duren Sawit, Jakarta Timur

Kampung Kembar adalah kawasan pemukiman padat penduduk di Jakarta Timur yang dikenal atas keunikannya karena terdapat beberapa pasang anak kembar.

Awal penamaan kampung kembar ini dari seorang Jurnalis yang dihantui rasa penasaran dan berinisiatif menelusuri secara administratif data anak kembar pada tahun 2012.

Setelah ditelusuri, ternyata memang ada belasan pasangan saudara kembar di RW 003 Malaka Jaya, dan akhirnya para wartawan dan mahasiswa datang untuk meliput. Singkat cerita, salah satu media memuat berita dengan menyebut RW 003 Malaka Jaya sebagai “Kampung Kembar”.

Pasangan saudara kembar di RW 003 Malaka Jaya memang memiliki genetik kembar. Orangtua mereka tidak kembar, tetapi genetik kembar diturunkan oleh kakek, nenek, paman atau bibi mereka. Artinya tidak diturunkan langsung.

Pada 2017 terdapat 19 pasangan saudara kembar. Namun, beberapa ada yang menikah sehingga tidak menetap di situ. Ada yang meninggal, ada yang pindah domisili, dan sebagainya.

Saat ini, terdapat 12 pasangan saudara kembar yang masih menetap di RW 003 Malaka Jaya. Mereka dari berbagai usia, dari 7 hingga 70 tahun.

4. Kampung Teletubbies, Sleman, Yogyakarta

Kampung Teletubbies adalah salah satu desa wisata favorit di Sleman, Yogyakarta. Yang membuatnya menarik adalah jejeran rumah berkubah ala tempat tinggal suku Eskimo di Kutub Utara dengan versi warna-warni.

Kendati memanjakan mata pengunjung, kampung ini memiliki sejarah panjang yang mengharukan. Ternyata di balik pembangunan 70 lebih tempat tinggal ini diawali oleh peristiwa gempa hebat di Yogyakarta tahun 2006 lalu yang meluluhlantahkan tanah di sekitar kampung ini.

Akhirnya kawasan bernama asli Nglepen ini coba dibangun kembali oleh NGO dengan membangun rumah berbentuk dome agar kuat dari goncangan gempa.

Ketika pertama kali dibangun rumah-rumah tersebut masih berwarna putih polos dan hanya sekadar dijadikan tempat tinggal biasa.

Namun semakin lama banyak orang yang penasaran dengan bentuk rumah tahan gempat tersebut dan berkunjung untuk melihat rumah dome yang terbilang tidak biasa dibangun di kawasan tropis. Berangkat dari situlah gagasan menjadikan Rumah Domes sebagai desa wisata muncul.

5. Penduduk Bermata Biru di Pulau Siompu, Buton

Pulau satu ini letaknya di barat daya dari Kabupaten Buton Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara. Pulau Siompu dibagi menjadi dua kecamatan, yakni Siompu Timur dan Siompu Barat.

Pulau Siompu bisa dijangkau lewat perjalanan laut dari Kendari, ibu kota Sulawesi Tenggara, dengan tujuan ke Kota Baubau, Pulau Buton. Perjalanan itu butuh waktu enam jam dengan menumpang feri.

Tepat di Kaimbulawa, sebuah desa di Kecamatan Siompu Timur, terdapat sekelompok warga dengan ciri tubuh unik. Mereka berbola mata biru dan berambut pirang mirip bangsa Kaukasia atau orang Eropa.

Fenomena ini pertama kali diungkapkan oleh La Ode Yusrie, seorang peneliti bersama lembaga Summer Institute Linguistic (SIL) yang sedang melakukan riset mengenai dialek lokal unik di Siompu Timur di awal 2016.

Secara historis, saat Portugis singgah di Pulau Siompu, Raja setempat menikahkan anaknya dengan salah satu orang Portugis sehingga daripada pernikahannya melahirkan beberapa keturunan.

6. Kampung Cyber, Tamansari, Yogyakarta

Kampung Cyber adalah salah satu RW di Kampung Wisata Taman Sari yang pernah dikunjungi pendiri (CEO) Facebook, Mark Zuckerberg.

Kampung dengan Kepala Keluarga (KK) tak lebih dari 100 ini juga satu-satunya peraih penghargaan dari produsen minuman ringan, AJE Indonesia, dengan hibah Rp100 juta untuk pembekalan infrastruktur internet.

Hampir semua warga yang ada di kampung unik ini melek teknologi. Setiap rumah dilengkapi koneksi jaringan internet, bahkan area pos ronda saja dipasang hotspot gratis.

Anak-anak seumuran SD di sini pun sudah mahir menggunakan komputer untuk berselancar di internet.

Kampung Cyber Taman Sari memiliki situs yang bisa kalian ketuk dan kunjungi. Pada situs tersebut, kamu bisa melihat berbagai macam pernak-pernik khas Yogyakarta yang bisa dijadikan oleh-oleh untuk kerabat.

Meski mengusung modernitas tingkat tinggi, tapi warga sekitar enggan meninggalkan budaya dan kearifan lokal yang telah terjaga sejak zaman dahulu.

Tak lupa, satu hal yang membuat kampung unik ini begitu khas adalah mural di tembok-tembok yang mengusung pesan edukatif.

Hampir seluruh gambar mural bernuansa khas etnik Jawa yang mampu menonjolkan jati diri kampung modern berbalut budaya lokal.

7.Kampung Cokelat, Blitar, Jawa Timur

Kampung Coklat merupakan destinasi wisata edukasi yang terletak di Blitar, Jawa Timur. Tepatnya, Kampung Coklat berada di Banteng-Blorok No 18 Desa Plosorejo, RT 01/06, Kademangan, Plosorejo, Kecamatan Kademangan, Kabupaten Blitar.

Kawasan ini dibangun oleh Kholid Mustafa, peternak ayam yang kemudian banting stir mengelola 120 pohon kakao milik keluarga setelah wabah virus flu burung yang mematikan usaha ternaknya.

Tempat ini memanfaatkan gudang dan kebun coklat sebagai tempat wisata untuk keluarga yang belum ada di sekitar Blitar. Begitu memasuki wisata kampung coklat, pengunjung akan mencium aroma semerbak coklat di sekitar area.

Pengunjung juga akan melihat tempat penjemuran coklat, kebun coklat yang ditata rapi dan outlet yang menyediakan olahan coklat, seperti ice coklat, ice cream, hingga mie coklat.

8. Kampung Wae Rebo, Flores, NTT

Wae Rebo adalah sebuah desa adat terpencil di Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur. Terletak di ketinggian 1.200 m di atas permukaan laut ini ternyata hanya memiliki 7 rumah utama yang disebut Mbaru Niang.

Desa Wae Rebo menwarkan wisata budaya dan alam yang sangat asri dan unik. Letaknya yang cukup terpencil dan diatas ketinggian menambah kesan takjub bagi para wisatawan

Wae Rebo dinyatakan UNESCO sebagai Warisan Budaya Dunia pada Agustus 2012 menyisihkan 42 negara lain.

Untuk mencapai Wae Rebo, kalian mesti menapaki perjalanan sekitar 6 km dari Desa Dintor ke Desa Denge dengan menggunakan motor. Perjalanan dari Denge menuju Wae Rebo, kira-kira memakan waktu pendakian selama 3 jam dengan menyusuri daerah terpencil yang dikelilingi hutan lebat yang belum terjamah, menyebrangi sungai serta melintasi bibir jurang.

9. Kampung Inggris, Pare, Kediri

Kampung Inggris Pare adalah satu kawasan perkampungan yang terletak di Desa Tulungrejo dan Desa Pelem, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri, Jawa Timur.

Di kawasan ini terdapat sekitar 100 lembaga bahasa Inggris maupun bahasa asing lainnya. Tak ubahnya potret tempat belajar, pemandangan keseharian di Kampung Inggris Pare seperti kampus yang disesaki oleh para pelajar.

Sejarah berdirinya Kampung Inggris Pare ini diinisiasi oleh satu lembaga kursus bernama Basic English Course (BEC) di Desa Tulungrejo tanggal 15 Juni 1977 oleh Kalend Osein.

Pendirinya sendiri adalah seorang santri asal Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur yang sempat belajar di Pondok Modern Darussalam Gontor, Ponorogo, Jawa Timur, lalu kemudian ke Pare untuk belajar dan mengajar bahasa Inggris. [GNFI]

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img

Read more

Local News