Nukilan.id – Dinas Pendidikan (Disdik) Aceh telah mencatatkan sejumlah capaian prestasi sepanjang tahun 2022. Prestasi ini diharapkan mampu menjadikan dunia pendidikan Aceh menjadi lebih baik ke depan.
Hal itu dibuktikan bahwa 2 tahun berturut turut Provinsi Aceh memperoleh peringkat pertama untuk persentase lulusan terbanyak pada perguruan tinggi negeri melalui jalur tes Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). Pada tahun 2021, jumlah siswa Aceh yang berhasil lulus melalui jalur SBMPTN sebanyak 6.888 siswa dan pada tahun 2022 sebanyak 6.303 (37,01%).
Tak hanya di SBMPTN, Torehan apik juga terlihat di ajang Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN), dimana dalam dua tahun berturut turut Aceh menempati peringkat 10 besar secara persentase dimana 5.262 siswa lulus pada tahun 2021 dan 5.793 siswa pada tahun berikutnya.
Selain peningkatan jumlah lulusan, prestasi anak didik Aceh lainnya ditingkat nasional juga ditunjukan dengan kesempatan untuk tampilnya para peserta didik yang tergabung dalam marching band Gita Handayani di depan presiden RI saat perayaan HUT RI pada tahun 2022.
Menanggapi hal itu, Direktur Eksekutif Jaringan Survei Inisiatif (JSI), Ratnalia Indriasari mengatakan, pencapaian tersebut menunjukkan optimisme bahwa pembangunan pendidikan di Aceh bisa semakin maju.
Kemudian berbicara tentang ketersediaan akses, pencapaian Pendidikan di Aceh sudah berada di atas rata-rata nasional. Angka partisipasi kotor (APK) untuk jenjang SMA dan SMK sudah berada pada angka 92,63. Capaian ini ini lebih besar sebesar 7,4 poin diatas rata-rata nasional yang berada pada 85,23.
Pencapaiaan ini sejalan dengan Indeks Harapan Rata-Rata Lama Bersekolah (HRL) yang saat ini sebesar 14,36 tahun yang juga lebih baik dari rataan nasional yang tercatat di angka 13,08 Tahun.
Selain itu, Ratnalia juga mengapresiasi ikhtiar yang telah dilakukan Dinas Pendidikan Aceh dengan pembukaan kelas jauh. Pada tahun 2022, Dinas Pendidikan Aceh telah memberikan kesempatan dan akses belajar di daerah sangat terpencil seperti di daerah Pameue, Jamat dan Alue Keujreun.
Anak usia sekolah di tiga daerah tersebut sebelumnya tidak mendapatkan akses dan kesulitan untuk mendapatkan akses belajar di jenjang SMA atau SMK.
Tantangan utama yang dihadapi anak usia sekolah di tiga daerah ini adalah karena letak teritori tempat tinggal mereka yang sangat jauh serta kondisi lapangan yang ekstrem.
Namun pada tahun 2022 ini, dengan kehadiran kelas jauh telah membuka kesempatan seluas-luasnya untuk memberikan kesempatan belajar bagi anak usia sekolah di perdalaman.
Tak hanya itu, kata Ratnalia, sistem keterbukaan dalam informasi pendidikan juga perlu. Seperti yang dilakukan Disdik Aceh, saat ini semua pihak bisa mendapatkan akses keterbukaan dalam informasi pendidikan. Akses informasi dan keterbukaan publik tentang kebijakan pendidikan dan anggaran pendidikan sudah semakin baik.
“Begitu juga dalam hal kebijakan pengangkatan kepala sekolah dan pengawas sekolah yang menggunakan metode Button Up, dimana usulan para kepala sekolah dimulai dari tingkat sekolah hingga para kepala cabang dinas dengan melibatkan unsur Guru dan Pengawas Sekolah,” jelasnya.
Selain itu, capaian dinas pendidikan dalam kerjasama dengan para DUDI juga semakin meningkat, baik dalam daerah ataupun luar daerah. Salah satunya adalah dengan terealisasinya kerjasama dengan BPMA pada sektor pengembangan SMK Migas dan Pertambangan begitu juga jurusan jurusan SMK lainnya.
Dari sederet kerjasama strategis yang dibangun Dinas Pendidikan Aceh dengan DUDI, salah satu yang paling membanggakan adalah terjalinnya MoU antara Dinas Pendidikan Aceh melalui SMK 3 Banda Aceh dengan Aerofood Catering Service (ACS).
Pengembangan output hasil produksi SMK di Aceh telah ditindaklanjuti dengan lahirnya Badan Layanan Usaha Daerah (BLUD) yang akan menjadi ujung tombak keberhasilan pembiayaan dan kemandirian siswa-siswi SMK. Upaya ini nantinya akan dapat menjadi media belajar dalam dunia kerja yang tentunya akan menjadi pengalaman yang sulit didapatkan di era seperti saat ini.
Tak hanya itu, terkait guru, Dinas Pendidikan Aceh telah memulai proses menyeluruh untuk mendisiplinkan Guru. Upaya ini diterapkan dengan mengaplikasikan pola 47,5 jam guna tersajinya peningkatan produktifitas guru di sekolah.
Ratnalia menilai keterbatasan anggaran juga tidak membuat Dinas Pendidikan Aceh patah arang dalam meningkatkan mutu Guru, dengan mengubah pola Pendidikan yang sebelumnya tersentral di Provinsi menjadi tersentral di Kabupaten/kota sudah mampu meningkatkan jumlah guru yang dilatih dan penghematan dalam biaya pelatihan.
Bukti dalam peningkatan kualitas mutu guru khususnya di bidang teknologi, telah juga direalisasikan Dinas Pendidikan Aceh dengan penyediaan laptop untuk 230 guru inti. Pada tahun 2022 ini, Dinas Pendidikan membagikan langsung ke tangan para guru inti yang selama ini menjadi penggerak teman sejawat untuk peningkatan kapasitas para guru di daerah.
Tak sampai disitu, keberpihakan negara terhadap anak-anak istimewa di Aceh sudah menjadi contoh bagi wilayah lain di negeri ini. Pada tahun ini Pemerintah Aceh melalui Dinas Pendidikan Aceh menyiapkan sebanyak 5 unit bus sekolah yang khusus di peruntukkan untuk menyediakan akses transportasi bagi anak-anak istimewa, sehingga anak-anak istimewa yang selama tidak memperoleh akses Pendidikan saat ini sudah ditangani oleh para guru dan terapi di sekolah luar biasa yang tersebar di seluruh Aceh. []