Nukilan.id – Sejak mengalami gejolak perang saudara selam 10 tahun atau satu dekade, negeri Suriah mengalami krisis multidimensi. Jatuhnya ratusan ribu korban jiwa menambah krisis dan kepiluan di negeri yang tadinya dikenal makmur tersebut.
Dikutip dari AFP, Syrian Observatory for Human Rights (SOHR), lembaga pemantau hak asasi manusia yang berbasis di Inggris melaporkan bahwa sebanyak 388.000 nyawa melayang selama perang saudara di Suriah.
Baca juga: Suriah Cegat Rudal Israel di Langit Damaskus
Dari semua korban tewas tersebut, sebanyak 117.388 di antaranya merupakan warga sipil. Sedangkan sebanyak 22.000 korban tewas adalah anak-anak. Kematian warga sipil tersebut sebagian besar disebabkan oleh rezim pemerintah Suriah dan milisi sekutu pemerintah.
Sebelumnya, pada Desember 2020, lembaga itu melaporkan jumlah korban tewas selama perang saudara di Suriah sebanyak 387.000 jiwa. Itu berarti, hanya berselang beberapa bulan, korban tewas akibat gejolak di negeri tersebut telah bertambah sebanyak 1.000 jiwa.
Selama 2020, tercatat ada sekitar 10.000 orang yang kehilangan nyawanya akibat perang saudara di Suriah. Pertempuran juga melambat tahun ini ketika gencatan senjata diadakan di Suriah barat laut dan perhatian beralih ke penanggulangan pandemi virus corona.
Syrian Observatory for Human Rights juga mendokumentasikan setidaknya 16.000 orang meninggal di penjara dan pusat penahanan pemerintah sejak konflik meletus pada 2011. Para korban tersebut dijebloskan ke penjara setelah penindasan brutal terhadap protes anti-pemerintah.
Kendati demikian, Syrian Observatory for Human Rights memperkirakan jumlah korban tewas yang sebenarnya kemungkinan lebih tinggi.
Itu karena penghitungan lembaga tersebut tidak termasuk 88.000 orang yang diyakini telah meninggal karena penyiksaan di penjara. Saat ini, pemerintah yang berpusat di Damaskus mengendalikan lebih dari 60 persen wilayah Suriah.
Baca juga: Turki Sesalkan Pengabaian Situs Sejarah di Banda Aceh
Perang saudara juga memaksa lebih dari setengah populasi Suriah meninggalkan rumah mereka. Syrian Observatory for Human Rights menambahkan, sekitar 200.000 orang dilaporkan hilang.
Saat ini, wilayah Damaskus berhasil dikontrol setelah memenangi serangkaian pertempuran yang didukung Rusia melawan para milisi dan pemberontak sejak 2015. Wilayah yang masih sulit dijangkau pemerintah Suriah adalah Idlib, sepanjang wilayah perbatasan di utara Suriah, dan wilayah timur laut Suriah.
Idlib merupakan kantong pemberontak terakhir sedangkan wilayah perbatasan di utara Suriah telah dikuasai Turki. Di sisi lain, wilayah timur laut Suriah dikuasai oleh milisi Kurdi yang didukung Amerika Serikat (AS).[nu.or.id]
Baca juga: BNPT: Jangan Ada Lagi Anak Muda Jadi Teroris