Upaya Hindari Kantong Plastik untuk Pembagian Daging Kurban

Share

Nukilan.id – Ditetapkan jatuh pada tanggal 10 Juli 2022 oleh Kementerian Agama, momen perayaan Iduladha sekaligus kurban di Indonesia tinggal menghitung hari.

Proses penyembelihan, pemotongan, hingga pembagian daging kurban tak dimungkiri jadi salah satu momen yang paling dinanti. Karena selain bersedekah, ada nilai kebersamaan yang biasanya dilakukan oleh sekelompok warga di lingkungan tertentu saat melakukan hal tersebut.

Dalam kebiasaan yang ada, umumnya daging kurban akan dibungkus dalam sebuah kantong plastik dengan jumlah yang sama rata, sampai kemudian dibagikan ke masyarakat sekitar. Namun, hal tersebut yang nyatanya menjadi sorotan dari segi kelestarian lingkungan.

Ada ribuan bahkan jutaan kelompok masyarakat di berbagai penjuru Indonesia, jika semuanya menggunakan kantong plastik sebagai pembungkus daging kurban, tak terbayang sebanyak apa sampah kantong plastik yang akhirnya akan mencemari lingkungan.

Potensi 124 juta lembar kantong plastik

Berangkat dari kondisi di atas, sama seperti tahun-tahun sebelumnya Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) kembali mengeluarkan imbauan, untuk menghindari penggunaan kantong plastik dalam membungkus daging kurban.

Menurut perkiraan KLHK, di tahun 2022 ini setidaknya akan ada sebanyak 1.814.403 ekor hewan kurban yang disembelih di Indonesia.

Berdasarkan angka tersebut, jika semua masyarakat masih menggunakan kantong plastik sebagai pembungkus, diperkirakan akan ada sebanyak 124.265.950 lembar kantong plastik yang berpotensi menjadi sampah dan mencemari lingkungan.

Melalui Surat Edaran Menteri LHK Nomor SE.4/MENLHK/PSLB3/PLB.2/6/2022 tentang Pelaksanaan Hari Raya Idul Adha Tanpa Sampah Plastik, masyarakat diharapkan dapat lebih banyak dan memilih untuk menggunakan pembungkus daging alternatif selain kantong plastik. Hal tersebut disampaikan oleh Sinta Saptarina, selaku Direktur Pengurangan Sampah KLHK.

“Kami mohon Gubernur, Wali Kota, dan Bupati dapat menyebarluaskan Iduladha tanpa plastik ini kepada masyarakat di lingkungannya,” ujar Shinta, mengutip Republika.

Lebih lanjut, KLHK mengimbau agar nantinya setiap panitia pembagian daging kurban dapat menggunakan alternatif wadah yang memiliki sifat dapat didaur ulang, atau berupa pembungkus organik yang.

Lain itu, diharapkan setiap titik pemotongan hewan kurban juga memiliki sarana pengelolaan sampah terpilah di lokasi pembagian daging kurban.

Ragam alternatif pembungkus daging kurban

Tidak hanya dari segi pencemaran lingkungan, penggunakan kantong plastik sebagai pembungkus nyatanya juga bisa memberikan dampak buruk bagi kesehatan. Karena pada dasarnya plastik dibuat dari material kimia yang apabila berada di kondisi panas atau kondisi tertentu, partikel penyusunnya dapat melebur dan menyatu dengan makanan di dalamnya.

Beberapa material penyusun plastik yang selama ini dikenal berbahaya terdiri dari BPA (Bisphenol A), HDPE, dan masih banyak lagi. Sudah banyak penemuan yang melaporkan jika kandungan plastik yang luruh dan mengontaminasi manusia dapat memicu sejumlah penyakit.

Sejumlah penyakit yang dimaksud terdiri dari kanker, gangguan imunitas, gangguan endokrin, dan penyakit berbahaya lainnya.

Lantas, apa saja jenis pembungkus alternatif yang bisa digunakan untuk membungkus daging kurban? Pilihan paling umum adalah kotak bambu atau besek yang sudah cukup banyak digunakan.

Di beberapa tempat, penggunaan kotak satu ini sudah menjadi hal umum dan lebih populer dibanding plastik. Terlebih lagi, besek yang dipakai pun bisa kembali digunakan secara berulang-ulang untuk keperluan tertentu di dapur.

Namun apabila memang sudah tak lagi bisa digunakan, besek pun tidak serta merta menjadi sampah melainkan dapat menjadi material yang dapat diolah sebagai kompos. Selain besek, wadah juga bisa memanfaatkan pembungkus lain yang berasal dari alam, yakni berbagai jenis daun.

Ragam jenis daun yang dimaksud pertama terdiri dari daun talas. Selain untuk daging kurban, jenis daun satu ini di Sumatra banyak digunakan untuk membungkus makanan. Tapi bukan sembarang petik, biasanya yang digunakan adalah daun talas tua dengan diameter panjang sekitar 15-20 sentimeter. Pemilihan ukuran tersebut bertujuan supaya makanan atau daging yang dibungkus di dalamnya tidak tumpah.

Kemudian ada daun patat yang memiliki bentuk mirip dengan daun kunyit. Daun patat dikenal sangat aman untuk dijadikan pembungkus makanan karena punya sifat antibakteri. Di Bogor, jenis daun ini cukup umum digunakan sebagai pembungkus daun kurban.

Selain itu, masih terdapat jenis daun lainnya yang memiliki manfaat sama seperti daun jati, daun simpor, daun pisang, dan daun pepaya yang diyakini bisa membuat daging kurban menjadi lebih empuk saat diolah. [GNFI]

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img

Read more

Local News