Nukilan.id – Sabtu (4/6/2022) akan menjadi momen istimewa baru bagi Indonesia di bidang olahraga internasional. Karena untuk pertama kalinya, Indonesia tepatnya Jakarta akan menjadi tuan rumah dan menggelar salah satu rangkaian seri dari kompetisi balap cukup bergengsi, yakni Formula E.
Gelaran kompetisi satu ini bisa dibilang sangat dinanti tidak hanya oleh masyarakat dalam negeri, namun juga penggemar dari berbagai negara. Bahkan terungkap jika untuk sementara ini, tiket untuk kompetisi yang berlangsung dengan nama Jakarta E-Prix 2022 tersebut mayoritas terjual ke WNA yang datang ke tanah air.
Hal tersebut disampaikan oleh Menparekraf Sandiaga Uno, yang memperoleh data penjualan tiket dari Vice Managing Director Formula E Jakarta, Gunung Kartiko.
“Berdasarkan data saat ini lebih dari 50 persen penjualan tiket ajang balap Formula E terjual oleh Warga Negara Asing (WNA). Sebanyak 14.800 tiket Formula E dari 52.500 kursi yang disediakan telah laku terjual.,” ujar Sandiaga, mengutip Detik.com.
Memang belum dijual langsung seluruhnya, pihak penyelenggara telah menetapkan akan membuka sebagian kecil penjualan tiket secara langsung di lokasi pada hari H.
Spesifikasi mobil
Formula E atau Jakarta E-Prix sendiri cukup dinanti oleh masyarakat lokal karena berbagai alasan. Meski level Formula E masih berada di bawah Formula 1, namun kesempatan ini diharapkan dapat memberi gambaran seperti apa euforia yang akan terasa dari aksi mobil dengan konsep aerodinamis ketika ‘digeber’ dengan kecepatan 200 kilometer per jam, namun tetap menapak dengan mulus di permukaan aspal sirkuit yang ada di Jakarta.
Kesempatan ini juga bisa jadi istimewa bagi beberapa kalangan penggemar olahraga balap mobil yang biasanya hanya bisa menikmati kompetisi ini di layar kaca. Karena akhirnya bisa menyaksikan secara langsung seperti apa ragam teknologi yang belum pernah terlihat, dalam berbagai ajang balap internasional yang sebelumnya sudah hadir di Indonesia.
Satu hal yang menjadi pusat perhatian sudah pasti adalah kendaraan atau mobil yang akan dipakai oleh para pebalap itu sendiri. Sedikit membahas lebih detail mengenai spesifikasinya, secara umum diketahui jika mobil Formula E memang mengandalkan tenaga listrik.
Kehadiran ajang balap ini sendiri bahkan disebut memiliki tujuan utama untuk menunjukkan potret masa depan kendaraan listrik dunia. Untuk gelaran di tahun ini sendiri, mobil yang digunakan adalah mobil generasi ke-2.
Mengutip keterangan yang dimuat pada laman resmi FIA Formula E, diketahui jika mobil yang memiliki dimensi panjang sekitar 5.160 mm, lebar 1.770 mm, tinggi 1.050 mm, dan jarak antara roda (wheelbase) sekitar 3.100 mm ini, mampu berakselerasi dengan jarak 0-100 kilometer dalam waktu 2,8 detik.
Sementara itu mengenai kecepatan maksimal, mobil generasi 2 yang menyimpan kapasitas energi lebih besar dari mobil generasi pertama ini dapat berakselerasi hingga kisaran 280 kilometer per jam.
Mobil ini memang memiliki bobot lebih besar yakni 903 kilogram (termasuk pengemudi), di mana sekitar 385 kilogramnya adalah bobot dari baterai ganda. Namun di samping peningkatan tersebut, ada efisiensi karena pebalap tidak perlu lagi menghentikan aksinya di tengah-tengah sesi balap hanya untuk mengganti kendaraan. Di mana hal itu lazim dilakukan saat Formula E masih menggunakan mobil generasi pertama.
Attack Mode
Ada satu istilah unik lain yang juga wajib diketahui bagi mereka yang mungkin baru pertama kali menonoton secara langsung ajang Formula E di Jakarta nantinya. Istilah atau lebih tepatnya teknologi yang dimaksud adalah attack mode.
Pernah mendengar atau mengetahui fitur boost atau penambah kecepatan, pada beberapa game balap mobil seperti Mario Kart atau Crash Team Racing (CTR)?
Konsep dari attack mode sendiri sama seperti fitur tersebut, yakni teknologi pada mobil Formula E yang dapat digunakan untuk meningkatkan tenaga mobil selama beberapa saat. Momen ini digunakan pebalap untuk mengejar atau menyalip pebalap lainnya.
Namun yang perlu diketahui, para pebalap tidak bisa mengaktifkan fitur atau teknologi ini dengan sembarangan. Ada beberapa peraturan tertentu yang biasanya ditetapkan oleh FIA satu jam sebelum balapan dimulai.
FIA biasanya akan mengumumkan mulai dari jumlah atau berapa kali fitur attack mode boleh digunakan, lamanya durasi, hingga di titik mana fitur tersebut boleh digunakan. Karena itu, biasanya pebalap dan tim hanya memiliki waktu minim untuk menentukan strategi dalam menyusul lawan saat sesi balap berlangsung dengan sebaik-baiknya. Dan sesi ini yang tak dimungkiri biasanya menciptakan ketegangan sendiri bagi para penonton dan penggemar selama balapan berlangsung.
Sebagai gambaran, untuk Formula E musim 2021/2022 ini sendiri FIA diketahui telah menetapkan setiap mobil hanya bisa mendapatkan tenaga maksimal 225 kW dalam penggunaan attack mode. Namun terbaru peraturan tersebut ditingkatkan sekitar 30 kW dari sebelumnya, yang artinya para pebalap dapat melaju dengan tenaga maksimal sebesar 250kW.
Connected tyre dan kamera driver’s-eye view
Ban (connected-tyre) garapan Michellin khusus untuk Formula Einfo gambar
Tak berhenti sampai di situ, masih ada teknologi lain yang tak kalah menarik dari ajang Formula E, yakni penggunaan ban khusus yang dibuat oleh Michellin bahkan disebut berbeda dengan ban Formula 1.
Sejalan dengan visi memperlihatkan visi ramah lingkungan, ban yang digunakan oleh semua mobil dalam ajang Formula E sendiri disebut dibuat dengan proses produksi yang mengedepankan prinsip sama.
Mulai dari proses produksi, pengangkutan, hingga ke titik tujuan ajang Formula E, semuanya diklaim mengutamakan netralitas emisi karbon. Satu hal yang penting, ban yang dimaksud juga disebutkan memiliki teknologi connected tyre.
Artinya, sistem tersebut dapat memudahkan tim dalam melacak performa ban, seperti memantau tekanan dari jarak jauh dan menghasilkan data yang terenkripsi, untuk diamati kondisinya. Hal tersebut bisa dilakukan meski ban sedang berakselerasi ketika mobil digunakan oleh pebalap di tengah sesi balap.
Teknologi lain yang digunakan dan tak kalah menarik dari Formula E adalah keberadaan kamera yang disematkan pada helm setiap pebalap. Atau lebih detailnya, kamera ini diberi nama driver’s-eye view, karena dapat memperlihatkan kondisi lintasan secara langsung seola-olah dari sudut pandang pebalap. Teknologi tersebut bahkan sampai diadopsi langsung oleh Formula 1 untuk gelaran di musim ini.