Nukilan.id – Songgolangit (Tridax procumbens) merupakan sejenis tumbuhan, kebanyakan ditemukan sebagai gulma, anggota suku Asteraceae. Berasal dari Amerika tropis, Songgolangit bisa dijumpai di tempat kering, cerah matahari.
Tanaman ini banyak dijumpai juga di Afrika Barat dan daerah tropis lainnya seperti di Indonesia. Kemudian songgolangit tersebar luas ke wilayah India, dan beberapa negara Asia Tenggara.
Di daerah Hawai, tanaman ini biasanya tumbuh di daratan rendah dan yang memiliki iklim kering. Sedangkan di Fiji, Jepang, tanaman songgolangit bisa ditemukan pada ketinggian 600 mdpl, kebun ataupun perkarangan rumah warga.
Di Papua Nunggini, pohon songgolangit juga dapat ditemukan pada ketinggian 0-700 meter dari permukaan laut, terutama di daerah yang memiiki intensitas matahari penuh. Kalau di Indonesia, lebih mudah ditemukan pada pematang sawah, ladang, hingga pinggir jalan.
Awalnya dia dikenal sebagai tanaman pengganggu alias gulma. barulah pada tahun 1906, pekebun kopi di Tasmania, Amerika, menggunakan songgolangit sebagai penutup tanah. Saking banyaknya, penduduk sekitar perkebunan menggunakanya sebagai pakan ternak.
Sejak 1,5 abad silam katumpang – sebutan songgolangit di masyarakat Sunda – banyak ditemukan di Pulau Jawa. Tetapi tidak ada yang tahu pasti siapa yang pertama kali membawanya ke Indonesia.
Namun hal yang jelas di Jawa, terutama di Jawa bagian timur, para tabib kerap menggunakan songgolangit sebagai campuran herbal. Tanaman ini pun cepat menyebar di Pulau Jawa karena mudah tumbuh, terutama daerah yang cukup terkena matahari.
Walau sudah menyebar, songgolangit belum banyak dikenal orang, tetapi jasa tanaman ini tidak bisa disepelekan. Tinggi batangnya cuma 50 cm, itu pun kalau diluruskan, tubuhnya memang meliuk-liuk ke sana kemari.
Meski tubuhnya relatif superpendek, tanaman ini diproklamasikan bernama songgolangit. Songgo artinya menyangga, langit ya langit. Karena itu tanaman ini memiliki arti harfiah yakni menyangga langit.
Belum jelas mengapa tanaman berkhasiat ini dinamakan seperti itu, namun di Inggris tanaman ini disebut sebagai coat button atau kancing jas. Sebutan ini dianggap lebih pas. Sebab, kalau sedang berbunga, bunganya memang mirip dengan kancing jas.
Kelopaknya berwarna putih, melingkar dengan jambul mencuat di tengah warna kuning. Di beberapa daerah tanaman ini memiliki nama lain. Di Jawa misalnya, ada yang menyebutnya glentang, gobesan, katumpang,londotan, orang-aring, prepes, sidawalah, srunen, dan comendelan.
Daya Tahan Hidup
Daya tahan hidup tanaman ini sangat luar biasa. Meski muncul hanya sekitar dua bulan pada saat musim hujan, dia tidak benar-benar mati. Hanya mati suri. Pangkal akarnya masih tersimpan di dalam tanah, menunggu turunnya hujan untuk bisa tumbuh lagi.
Tamanan ini memiliki ciri khas dengan adanya bulu-bulu halus pada seluruh permukaan daunnya. Ketika berbunga, bulu-bulu halus itu juga menempel pada batang bunganya. Sekilas bentuk bunganya mengingatkan pada opium walau ini berwarna kuning.
“Bila bunga mengalami penyerbukaan sempurna, maka akan menghasilkan bunga sebelum akhirnya tumbuh menjadi tanaman baru,” tulsi Moh Habib Asyhad dalam artikel berjudul Songgolangit, Si Kancing Jas Pereda Asam Urat yang dimuat di Intisari.
Songgolangit memiliki bentuk buah yang sangat khas, berupa butiran kecil-kecil, panjang tidak kurang dari 0,5 cm dan ringan. Karena sifat itulah songgolangit lebih mudah berkembang biak.
Hanya dengan bantuan angin, bibit songgolangit bisa cepat menyebar ke berbagai penjuru tempat. Biji-biji tersebut akan berhenti dan tumbuh di habitat baru. Lalu melalui biji, songolangit bisa beranak pinak dengan cara yang disebut geragih.
Menurut Habib, tumbuhan ini biasanya akan merebahkan batangnya ke tanah, kemudian dalam waktu tertentu pada batang yang menyentuh tanah ini akan tumbuh akar. Selanjutnya dia akan menjadi tanaman baru.
Karena itulah, tanaman perdu ini hidup secara menggerombol. Namun, tidak jarang dia tumbuh di sela-sela tanaman bunga di kebun atau tanaman jagung, kedelai, ataupun lombok di tegalan.
Di pedesaan, songgolangit biasa terlihat hidup di tanah-tanah lapang dan pinggir-pinggir jalan. Beberapa kali mudah dijumpai hidup merana di pinggir-pinggir jalan bersama rerumputuan.
Namun, pada tempat yang salah ini, songgolangit malah dicap sebagai tanaman penggangu. Kadang nasibnya begitu merana, karena tanaman ini mudah dicabut. Akarnya memang serabut, tetapi tidak menggigit tanah.
Songgolangit termasuk dalam tanaman yang “tahan banting”. Baik di tanah berhumus ataupun tanah gersang. Biasanya dia akan tumbuh subur. Namun ketika tanaman ini dicabut, songgolangit akan cepat layu.
Mengusir Asam Urat
Namun, setelah layu ternyata tanaman ini baru tidak dianggap sebagai tanaman penganggu. Di beberapa tempat daun tumbuhan ini digunakan sebagai obat bermacam penyakit macam konjungtivis, diare, disentri, luka dan yang berkaitan dengan peradangan.
Seorang ibu rumah tangga bahkan memperoleh berkah dari tanaman ini untuk menyembuhkan suaminya yang sakit rematik. Suaminya ini sudah beberapa kali berobat ke berbagai tempat, bahkan sampai ke luar negeri, tetapi rematiknya tidak juga hilang.
Bahkan, karena menggunakan obat-obatan pabrik terlalu sering, lambung si suami menjadi korban. Namun ketika seorang teman memberi tanaman songgolangit untuk direbus dan diminum airnya, dia pun segera melaksanakannya.
“Sebelumnya, berbagai tempat dijelajahi buat berburu songgolangit. Beruntunglah, sebulan kemudian kadar asam urat sang suami turun drastis,” jelas Habib.
Para ilmuan di Universitas Airlangga dan Universitas Katolik Widya Kencana ternyata tergelitik dengan songgolangit sebagai campuran herbal. Tanaman ini terbukti berkhasiat analgesik dan antinflamasi.
Analgesik ialah penghilang rasa sakit dan antiflamasi disebut juga antiradang. Hal yang istimewa, penelitian itu menyebutkan songgolangit tak beracun. Dia disebut aman bagi liver dan ginjal.
“Tanaman anggota keluarga suku Asteraceae itu juga kalium, magnesium, dan kalsium yang baik untuk tubuh,” paparnya.
Saat ini diketahui terdapat 3 zat aktif pada songgolangit: flavanoid tanin, saponin tanin, dan flavonoid saponin. Flavonid tanin bersifat menyejukan dan menghilangkan rasa nyeri rematik pada tulang dan pinggang.
Saponin tanin berguna sebagai antiradang, antibiotik, peluruh kencing, pereda sakit, dan penurun asam urat. Hal yang terakhir adalah flavonoid saponin, juga bersifat analgesik.
Sebagai analgesik dan antiflimasi songgolangit terasa khasiatnya pada konsentrasi 40 persen atau 2,2 gram berat kering daun. Itu setara dengan jumlah seduhan berbentuk teh sebanyak 1 kantong berukuran 8 cm x 8 cm.
Begitu juga pada ginjal, peminum teh songgolangit mengalami penurunan kreatinin. Tanaman ini juga cocok untuk penderita artritis gout atau asam urat. Selama satu bulan pemakaian dapat menurunkan sebanyak 50 persen kadar asam urat.
Agar bisa mengolah songgolangit menjadi minuman berkhasiat sangat mudah. Daun yang sudah dipetik dicuci bersih. Rebus dalam air sebanyak 250 ml hingga tersisa 200 ml, lalu saring.
Dia dapat diminum dalam kondisi hangat maupun dingin karena sama-sama berkhasiat. Bagi penderita rematik dan asam urat di minum sehari 2 kali masing-masing 1 gelas minum. Dia juga aman bagi yang sehat untuk penambah stamina. [GNFI]