Intip Keunggulan Alpukat Cipedak, Berasal dari Jakarta

Share

Nukilan.id – Terlanjur lekat akan citra pemukiman padat penduduk dan pusat kegiatan bisnis dengan bangunan gedung yang menjulang tinggi, bukan hal aneh kalau saat ini banyak orang memandang Jakarta sebagai kota yang nyaris tidak mempunyai sumber daya alam berupa tanaman berbuah yang khas dan identik dengan daerahnya.

Belum terlalu banyak yang tahu, kalau sampai saat ini nyatanya ada salah satu wilayah di Jakarta yang masih memiliki potensi besar terhadap budidaya jenis buah populer dan banyak digemari, yakni alpukat.

Dijuluki Alpukat Cipedak, sesuai namanya buah ini merupakan hasil perkebunan unggulan dari petani buah yang berada di Kelurahan Cipedak, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan.

Bukan sembarang alpukat, buah lonjong berkulit hijau yang dihasilkan dari daerah tersebut terkenal akan keunggulannya yang berbeda jika dibandingkan dengan alpukat jenis lain yang ada di Indonesia.

Menurut Dinas Pertanian Provinsi Jakarta, buah alpukat cipedak memiliki keunggulan dari segi masa berbuahnya yang lebih produktif, tekstur daging yang legit, manis, dan gurih layaknya mentega, serta kulit yang tipis sehingga membuat buah tersebut bisa dikupas layaknya pisang.

Dari mana sebenarnya asal-muasal alpukat ini dan bagaimana pengembangannya?

Varietas unggul yang lahir pada tahun 1990-an

Menilik periwatan yang dihimpun dari berbagai sumber, diketahui jika sebenarnya sejumlah alpukat cipedak hasil pohon yang selama ini dibudidaya merupakan buah peranakan secara generatif dan vegetatif dari pohon generasi ketiga yang saat ini sudah berusia 25 tahun.

Pohon alpukat generasi pertama sendiri diketahui sudah mati, sementara itu varietas alpukat unggul generasi kedua diketahui lahir dari tangan salah seorang warga lokal bernama Nisan Badar lewat teknik sambung pucuk, pada kisaran tahun 1990-an.

Sejak saat itu, alpukat yang dihasilkan di kelurahan Cipedak dikembangkan oleh sejumlah warga, dan membuat beberapa warga di desa tersebut berprofesi sebagai petani alpukat.

“Pohon alpukat yang sekarang ini adalah generasi ketiga, karena generasi pertama sudah enggak ada, sudah mati. Generasi kedua oleh Pak Badar, orangnya sudah enggak di sini, kebunnya sudah enggak ada. Alhamdulillah masih ada satu pohon generasi ketiga yang kami selamatkan yang sekarang 25 tahun usianya,” ujar salah satu warga bernama Jazuri, mengutip Kompas.com.

Bukan hanya dari segi rasa, buah alpukat cipedak sendiri dikenal unggul karena wujudnya yang tidak memiliki serat seperti buah alpukat pada umumnya, daging buah nampak bersih dengan warna kuning cerah. Selain itu, alpukat cipedak juga tidak disukai ulat yang selama ini memang diketahui kerap hinggap pada buah alpukat.

Sementara itu jika dilihat dari segi tampilan luar maupun ukuran, alpukat cipedak sebenarnya tidak memiliki perbedaan seperti buah alpukat pada umumnya, bentuknya lonjong dengan warna kulit hijau yang terkadang disertai binting kuning.

Nyaris kehilangan identitas cipedak

Dijelaskan jika tanaman alpukat cipedak sebenarnya bisa tumbuh pada wilayah dengan kondisi tanah gembur, tidak mudah tergenang air, subur, dan banyak mengandung bahan organik. Sesuai dengan lokasinya yang berada di pemukiman Jakarta, alpukat cipedak dapat tumbuh baik pada wilayah dataran rendah sampai dataran tinggi, dengan tinggi lahan sekitar 5-1500 meter di atas permukaan laut.

Membutuhkan waktu cukup lama untuk bisa menghasilkan buah, tanaman alpukat baru bisa dipanen saat sudah ditanam selama dua tahun. Disebutkan jika biasanya pohon alpukat cipedak memiliki masa panen raya pada bulan Maret-April dan September-Oktober.

Terlepas dari kerakteristik tersebut, sebelumnya diceritakan jika keabsahan mengenai alpukat cipedak ini sempat menimbulkan kebimbangan. Saking unggul dan populer karena bibitnya mulai banyak dikembangbiakkan di luar wilayah Cipedak, sempat ada yang mengakui jika alpukat cipedak berasal dari wilayah lain.

Bukan tanpa alasan, karena saat itu alpukat yang dihasilkan memang belum secara resmi diberi nama ‘cipedak’. Tersohornya alpukat tersebut bahkan disebut pernah berpotensi memutus sejarah atau riwayat asal muasalnya yang berasal dari Kampung Cipedak.

Awalnya sosok yang melahirkan varietas ini yaitu Pak Badar tidak ingin mengambil pusing persoalan tersebut. Namun salah seorang warga yang tadi disebutkan di atas yakni Jazuri, tidak ingin identitas alpukat tersebut hilang.

Ia pun memimpin upaya untuk mendaftarkan alpukat yang dimaksud sebagai varietas asli Jakarta. Membuahkan hasil, akhirnya nama asli alpukat cipedak pun baru resmi diakui di tahun 2015, dan tercatat sebagai potensi hortikultura pertanian lokal khas Jakarta Selatan. [GNFI]

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img

Read more

Local News